Part. 4 - Attracted.
"Jadi ini yang kalian lakukan selama aku tidak ada? Dengan pergi ke klub malam dan pulang tengah malam, kemudian membuat masalah dengan pria hidung belang dan hampir dikerjai?" desis Noel tajam sambil menatap Alena dan Ashley bergantian.
Seperti biasanya, bukan Alena dan Ashley Namanya jika tidak membuat masalah. Dia bahkan tidak habis pikir tentang ayah mereka, yaitu Nathan dan Juno, entah sudah melakukan hal sebesar apa di masa lalu sampai harus mendapatkan anak perempuan yang memiliki watak dan sifat yang sama dengan mereka. Untungnya, Vanessha tidak seperti ayahnya, batin Noel.
Setelah interaksi singkatnya dengan Vanessha, Noel harus menerima telepon Joel dan tidak senang dengan apa yang harus dilakukannya. Tidak punya pilihan selain menerima perintah dari kakak tertua yang seperti kebakaran jenggot saat mengetahui wanita kesayangannya hampir dikerjai dan harus menjemput mereka setelah menghajar teman pria yang ingin mengerjai Alena.
"Kami sudah disini, Brother. Lagi pula, kami tidak akan celaka karena kau sudah pasti ada disekitar kami, bukan?" balas Alena sambil mendesis sinis.
Menggertakkan gigi, Noel sangat tidak menyukai kelakuan adik sepupunya yang ingin sekali dia beri hukuman sekeras-kerasnya. Jika tidak mengingat tante kesayangannya, Lea, dia tidak akan berbaik hati pada anak perempuannya itu.
"Aku tidak akan segan untuk memberitahukan semua kelakuan kalian dan memberikan bukti pada para ayah saat ini juga! Kupastikan juga kalian akan dipulangkan dan diasingkan di mansion keluarga yang selalu kalian sebut sebagai penjara detik ini juga!" ucap Noel dingin dan menatap keduanya dengan tatapan seperti ingin menelannya hidup-hidup.
Ashley langsung bereaksi dengan mencengkeram satu tangan Noel karena mereka duduk bersebelahan di ruang utama mansion. "Tidak! Kumohon kau tidak melakukan hal seperti itu, Noel! Aku akan dendam padamu dan membalasmu seumur hidupku!"
"Kita tahu siapa yang akan menjadi pemenangnya, bukan?" desis Noel sambil menoleh sinis pada Ashley.
Ashley menekuk bibir cemberut dan kini memasang ekspresi memohon yang terlihat palsu. "Kau menyayangi kami, aku yakin itu, dan kau tidak akan tega melakukannya seperti yang sudah-sudah."
"Aku sama sekali tidak akan ragu untuk melakukannya jika kau terus menguras habis kesabaranku dengan drama seperti itu!" balas Noel tegas yang langsung membuat Ashley mendesah kecewa sambil melepaskan cengkeramannya.
"Kau sudah berjanji pada kami, Noel!" ujar Alena langsung.
"Kau tidak pernah menuruti apa yang kuperintahkan, jadi kenapa kau merasa berhak untuk menagih janjimu?" sembur Noel kesal.
Alena dan Ashley menatap Noel dengan heran sebab tidak seperti biasanya pria itu terlihat marah dan menunjukkan emosi sebesar itu. Bagi mereka, Noel adalah orang yang tidak pernah serius dan justru selalu mendukung mereka di setiap kali mereka berbuat ulah.
"Apa kau punya masalah? Jika ya, ceritakan saja, dan jika tidak, jangan lampiaskan kepada kami," ujar Alena dengan tatapan menilai.
Mendengus kasar, Noel menatap Alena tajam, kemudian mengubah posisi duduk untuk di sofa utama agar bisa menatap Alena dan Ashley bergantian.
"Ini adalah peringatan terakhir yang kuberikan, jika sekali lagi kalian berbuat ulah, maka aku tidak akan segan melakukan apa yang ingin kulakukan sejak lama!" tukas Noel dengan dingin dan penuh penegasan.
Dia bisa melihat ekspresi Alena dan Ashley tertegun dan mereka langsung mengubah posisi duduk untuk lebih tegak dan tampak gelisah.
Bukan tanpa alasan Noel begitu marah pada keduanya. Semua karena niat mereka dalam membuat Vanessha harus berkencan dengan pria asing yang adalah salah satu teman bajingan yang dikenal Alena.
"Dan satu lagi, aku tidak suka jika kalian berniat untuk merusak Vanessha dengan mengenalkannya pada pergaulan buruk seperti itu! Apa yang menurut kalian biasa, itu tidak sama dengannya!" ucap Noel dengan nada suara tidak ingin dibantah.
Alena spontan memutar bola mata dan Ashley hanya mendesah malas saat mendengar ucapan Noel. Sudah menjadi rahasia umum diantara mereka berdua jika Vanessha adalah kesayangan Noel, sama seperti Alena bagi Joel.
"Jadi, semua alasan tantrummu adalah karena kami berniat baik untuk membawa Vanessha menikmati masa mudanya?" tanya Alena tidak habis pikir.
"Niat baik katamu?" desis Noel tajam.
"Kurasa dia sudah cukup umur untuk mengenal dunia kuliah dan pergaulan yang seperti ini, Noel. Kau tidak bisa terus menjaganya seperti Uncle Liam," sahut Ashley santai.
"Dengan mengenalkannya pada bajingan tengik itu?" balas Noel sinis.
"Oh, please, Noel, Felix tidak seburuk itu," timpal Alena.
"Yeah, tidak seburuk itu sampai penilaianmu terhadap pria memang masih sangat seburuk itu sehingga mendapatkan bajingan tengik yang ingin menggaulimu tadi!" balas Noel semakin naik pitam.
"Baiklah, Brother! Kami tahu jika apapun yang mengganggumu jika berurusan dengan adik kesayanganmu itu tidak akan ada benarnya dan tidak akan ada habisnya, jadi kami minta maaf, oke? Apa kami diperkenankan untuk ke kamar kami?" ucap Ash;ey sambil menatap Noel masam.
"Tidak sebelum kalian mendapat ganjaran dariku," balas Noel yang langsung dibalas erangan kecewa dari keduanya.
"Seriously?" decak Alena kesal.
"Aku akan bekukan semua akses kalian selama satu bulan penuh, dimulai dri kartu kredit, ponsel, mobil, dan kalian akan dirumahkan kecuali jadwal kuliah," ucap Noel tegas.
"Yang benar saja!" seru Ashley sambil beranjak dan bertolak pinggang. Terlihat begitu tidak terima dengan ucapan Noel barusan.
"Jaga sikapmu atau aku akan menambah ganjaran yang tidak seberapa ini," ujar Noel dingin dan Ashley hanya menggeram kesal.
"Jika kami menolak?" tanya Alena lantang.
"Aku akan memberitahukan semua urusan ini pada para ayah dan kita akan tahu jika ganjaran yang kuberikan tidak berarti apa-apa, dibandingkan denga napa yang akan kalian dapatkan dari mereka," jawab Noel lugas.
Keduanya kembali mengerang kecewa sambil mendengus kasar entah berapa kali disana tapi sudah tidak berani membalas apa-apa. Dia yakin jika apa yang dia tegaskan kali ini membuat keduanya tidak berkutik.
"Kembali ke kamar kalian," ucap Noel sambil beranjak.
"Noel!" panggil Alena saat dia memutar tubuh untuk berlalu dan berhenti untuk menoleh dengan malas.
"Jangan memberi ganjaran pada Vanessha tentang Felix, itu adalah ulah kami," lanjut Alena dengan ekspresi cemas.
"Benar! Vanessha hanya menjalani apa yang kami inginkan karena dia memang tidak tahu menahu soal itu, kami yang merencanakannya semua, jangan membawa dia dalam urusan seperti ini. Dia baru tinggal disini tidak sampai dua minggu," tambah Ashley yang disambut anggukan Alena.
Senyum Noel mengembang saat mendapati keduanya menyayngi Vanessha sampai tidak ingin sahabat mereka mendapat ganjaran akibat perbuatan mereka. Tapi sayangnya, Noel sudah menyiapkan hukuman tersendiri bagi Vanessha yang sama sekali tidak mendengarkan perintahnya dan seolah menantangnya.
"Tentu saja tidak," balas Noel santai. "Kalian bisa ke kamar untuk beristirahat karena sudah hampir subuh."
Segera kembali untuk berjalan menuju kamarnya, ponselnya bergetar dan Noel mendesah malas sambil mengangkatnya tanpa perlu melihat siapa yang meneleponnya.
"Jangan pernah menyuruh Alena untuk menaiki kendaraan umum!" desis suara tajam disebrang sana.
"Aku tidak memberi hukuman semacam itu, El. Bisakah kau tidak menyebalkan sedetik saja?" balas Noel malas dan sudah gerah dalam menghadapi Joel jika itu berurusan dengan Alena.
"Aku akan mengatur seorang supir dan mobil khusus untuk membawanya nanti," balas Joel seolah tidak peduli dengan apa yang disampaikan Noel barusan.
Noel memutar bola mata dan mendengus tidak suka. "Lain kali, kau saja yang langsung berhadapan dengannya, jangan menyuruhku lagi!"
"Kalau begitu, bagaimana jika aku menyampaikan segala sesuatu yang ingin kau lakukan pada Uncle Liam perihal putri kesayangannya?" sahut Joel yang membuat Noel menggertakkan gigi.
"Kita sepakat untuk tidak mencampuri urusan masing-masing, El!" tukas Noel dengan nada peringatan.
Terdengar senyuman sinis dari sebrang sana dan itu membuat Noel semakin jengkel.
"Kapan kau akan kembali?" tanya Joel kemudian.
"Setelah satu urusan kecil yang harus kutangani itu selesai," jawab Noel ketus.
"Baiklah."
Telepon dimatikan.
Noel kembali berjalan menuju kamar pribadinya dengan pikiran-pikiran yang memenuhi isi kepala. Duduk di tepi ranjang sambil menaruh dua siku di atas lututnya, Noel terdiam sambil mengingat apa yang ayahnya katakan tentang mendapatkan seseorang yang pantas untuk diri sendiri membutuhkan insting dan chemistry yang kuat.
Dan ucapan itu terus diingatnya sejak dirinya mulai tertarik pada Vanessha yang kala itu masih berusia sepuluh tahun. Merasa konyol dengan dirinya sendiri, Noel mencoba untuk mengabaikan rasa tertariknya itu dengan menjalani masa remaja pada umumnya dan mulai berpacaran dengan varian wanita yang disukainya.
Ternyata apa yang dilakukannya tidak berhasil karena di setiap kali pertemuan keluarga besar dimana seluruh keluarga dari para sahabat ayahnya berkumpul di mansion utama mereka, di setiap kali itulah Vanessha tetap menarik perhatiannya. Malahan dirinya semakin menyukai wanita itu.
Tidak menyukai dengan Vanessha yang sudah mulai memberanikan diri untuk menentangnya, Noel menggeram pelan sambil menghabiskan malam itu dengan tidak tidur. Ada urusan kecil yang harus dia lakukan dan mulai menyusun rencana.
"Apa kau sudah yakin jika titik temunya bertepatan dengannya?" tanya Noel saat sudah berjalan menuju lobby dimana Russel, orang kepercayaannya, sudah berdiri menyambutnya disana.
Russell mengangguk.
"Dan dia sudah keluar?" tanya Noel lagi.
"Sepuluh menit yang lalu dengan Vince," jawab Russell.
"Pastikan Vince membawanya dengan baik," desis Noel saat Russell membukakan pintu mobil untuknya.
"Sudah kuperingatkan, Sir," balas Russell sambil mengangguk.
Memiliki janji temu yang sebenarnya tidak disukai tapi Noel harus melakukannya karena tidak menginginkan adanya gangguan selagi dia mengincar hal lain dalam hidupnya. Kali ini, dia harus menemui mantan kekasih dua minggunya yang sudah diputusinya sejak tiga bulan lalu tapi masih terus mengganggunya.
Britney, wanita pirang yang pernah menarik perhatiannya karena memiliki lekuk tubuh yang sukses membuat semua pria berfantasi liar hanya dari melihatnya saja. Cantik, tapi terlalu agresif, membuat Noel tidak ingin lagi mendekatinya karena sudah pasti akan merepotkan.
Begitu tiba di sebuah kafe yang cukup ramai, Noel segera masuk dan mendapati Britney yang tampak begitu antusias dalam menyambut kedatangannya di sana. Tanpa ekspresi, juga bersikap biasa saja, Noel segera duduk di kursi kosong yang ada di depan Britney tanpa mengindahkan wanita itu yang sudah beranjak berdiri dan hendak memeluk.
"Tidak ada salam pelukan atau apapun?" tanya Britney yang masih berdiri dan menatapnya dengan ekspresi tidak percaya.
"Kurasa dengan aku yang mau datang untuk menemuimu pun sudah cukup," jawab Noel datar.
Britnet duduk di hadapannya dengan ekspresi tidak senang. "Jangan bersikap brengsek jika kau juga merindukanku, Noel. Kita tahu jika hubungan ini bisa berhasil selama kita mau berjuang, bukan?"
"Dan sudah kuberitahu sejak tiga bulan lalu bahwa tidak ada kata perjuangan dalam hubungan singkat itu. Kita hanya menikmati waktu bersama, itu saja," balas Noel tanpa ragu.
"Noel, aku..."
"Berhentilah mengejar atau mencariku, Britney. Jangan berpikir jika aku datang kesini untuk menerimamu, tapi sebaliknya, aku memberi penegasan dan peringatan terakhir padamu. Jika kau masih tidak mendengarku, aku tidak akan melunak," sela Noel tajam.
Britney melebarkan matanya dan tampak begitu terkejut dengan ucapan Noel. "Apa kau mengancamku?"
"Aku hanya memberitahu apa yang perlu kusampaikan dan tidak peduli dengan apa tanggapanmu," sahut Noel.
"Aku hanya ingin kau..."
Ucapan Britney sama sekali tidak didengarnya ketika sorot mata Noel sudah menangkap kedatangan seseorang yang baru saja menempati meja yang berada di sudut terpojok. Seorang diri tapi tampak begitu cemerlang dengan hanya terdiam saja.
"Noel!" terdengar desisan tajam dari Britney yang membuatnya mengalihkan tatapan.
Noel tidak memberi respon apapun selain menatapnya datar.
"Apa kau mendengarku?" tanya Britney dengan ekspresi kesal.
"Aku ada disini hanya sekedar mampir karena sebenarnya aku sudah memiliki janji temu dengan seseorang," jawab Noel santai.
"A-Apa?"
"Aku sudah menyampaikan apa yang perlu kusampaikan padamu," ucap Noel sambil beranjak berdiri dan segera meninggalkan Britney begitu saja tanpa mengindahkan panggilannya.
Vanessha, itulah wanita yang sedang duduk di sana dan baru saja memesan pada pelayan yang sudah berlalu dengan membawa buku menu dari mejanya. Senyum Noel mengembang saat tatapan Vanessha menangkap kedatangannya dengan ekspresi kagetnya yang kentara.
"N-Noel?" ucap Vanessha bingung saat Noel langsung menghampirinya.
Tidak membalas, Noel langsung membungkuk untuk menjepit dagu Vanessha, mengangkat wajahnya, dan langsung mencium bibirnya tanpa ragu. Bibir itu terasa seperti apa yang dibayangkannya selama ini. Manis, lembut, dan hangat. Tidak begitu lentur karena belum pernah berciuman dan itulah yang membuat Noel senang bukan main.
Bukan tanpa alasan dia melakukan ciuman itu, ciuman yang adalah ciuman pertama Vanessha, tapi juga dimanfaatkan olehnya untuk memanasi Britney yang berseru tidak terima layaknya wanita gila di belakang sana.
"Jangan bersuara, ikuti saja permainanku," bisik Noel setelah menghentikan ciuman sambil menatap dengan ekspresk penuh peringatan meski senyum masih melekat di wajahnya.
Vanessha yang masih kebingungan, juga terlihat menahan emosi disana, kini tersentak saat mendengar adanya hentakan kasar di mejanya dan sukses menarik semua perhatian di sana. Dengan santai, Noel menegakkan tubuh untuk berbalik menatap Britney yang tampak murka sambil menggeram melihat Vanessha.
"Dasar jalang! Berani-beraninya kau..."
"Tutup mulutmu, Britney!" sela Noel saat mendengar Britney mengumpat. "Kau tidak diperkenankan untuk berkata seperti itu padanya. Jaga ucapanmu dan hargai kekasihku!"
"A-Apa?" decak Vanessha dengan nada tidak percaya sambil menoleh pada Noel.
"Kau tidak bisa melakukan hal ini padaku, Noel!" desis Britney geram.
"Aku sangat bisa karena kita tidak memiliki hubungan apa-apa, Britney. Enyahlah dari sini," balas Noel tajam.
Britney mulai menangis tapi menatap penuh amarah pada Vanessha disana. Spontan, Noel bergeser untuk menutupi Vanessha dari balik tubuhnya agar Britney tidak lagi menatap Vanessha.
"Aku akan membuat perhitungan denganmu, Bitch, aku..."
"Dengarkan aku, Britney!" sela Noel tajam dan dia sepenuhnya mendapatkan perhatian Britney lewat suaranya yang tegas dan dalam namun penuh peringatan. Tangisan Britney berhenti dengan ekspresi yang tidak terbaca disana saat sudah bertatapan dengan Noel sekarang.
"Jika kau berani menyentuhnya, aku bersumpah akan membuat hidupmu berantakan," ucap Noel dengan nada suara yang hanya bisa didengar oleh Britney lewat sorot matanya yang tajam dan terlihat tidak terbantahkan.
Tidak lagi berbicara, Britney mendengus kasar dan melirik sinis pada Vanessha, kemudian mundur perlahan, lalu berbalik untuk meninggalkan mereka dengan hentakan heels yang kasar. Noel berbalik dan melihat Vanessha tahu-tahu sudah beranjak berdiri, kemudian... plak! Sebuah tamparan mendarat mulus di pipinya. Damn, rutuknya dalam hati.
"Aku tidak menyangka jika kau harus membuatku menjadi wanita perebut kekasih orang dengan menciumku sembarangan di tempat umum! Tidakkah kau tahu jika itu adalah ciuman pertamaku?" sembur Vanessha dengan suara gemetar dan mata yang berkaca-kaca.
"Aku bisa menjelaskannya," balas Noel tenang.
"Tidak! Aku tidak membutuhkan penjelasan! Aku hanya ingin pergi dari sini dan tidak melihatmu untuk sementara waktu!" sahut Vanessha cepat sambil mengambil tas tangannya, hendak berjalan tapi berhenti untuk menatap Noel sejenak. "Aku tidak jadi makan dan kuharap kau membayar pesananku karena aku tidak ingin berlama-lama lagi disini."
Dan seperti itulah, Noel menatap kepergian Vanessha dengan ekspresi tidak percaya dan terkesima dengan apa yang didapatinya hari itu. Dia tidak menyangka jika wanita itu kini terlihat begitu berani dan membuat rasa tertariknya semakin membesar.
Updated by minca.
Fri, 5 Jul 2024 (21.45)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top