7

Pemain inti tim basket putri Meisei :

1. Natsuyo Kame (Kapten/Shooting Guard) #4
2. Shuichi Nana (Power Forward) #8
3. Yasahiro Nori (Center) #5
4. Uyeda Shima (Point Guard) #11
5. Hideki Naoka (Small Forward) #12

Kelas 1:

1. Keira Hanazawa | Point Guard (PG)
2. Hara Fukui | Shooting Guard (SG)
3. Aki Hasegawa | Point Guard (PG)
4. Fuse Aoyama | Small Forward (SF)

Kelas 2:

1. Naoka Hideki | SF
2. Nami Humiya | SG
3. Oka Chiba | C
4. Jun Isamu | PF
5. Uyeda Shima | PG

Kelas 3:

1. Nana Shuichi |PF
2. Kame Natsuyo | SG
3. Nori Yasahiro | C

Coach : Akimoto Yasushi.
Guru Pembimbing : Shiro Hotaka.
Manajer 1 : Amarisa Mitsuru.
Manajer 2 : -

Note : Penulisan nama di narasi menggunakan format (nama depan) + (nama belakang)

Pada adegan pertandingan, aku akan pakai nomor punggung dengan format seperti (#1) untuk menunjukkan tokohnya. Supaya enggak kebanyakan nama. (Mungkin akan terjadi perubahan)

***

“Untuk tujuan hari ini, aku mau tim kita memimpin 10 poin di akhir kuarter pertama.” Pelatih Akimoto menutup penjelasannya mengenai strategi yang akan mereka terapkan dan mengangguk.

Para pemain inti dari kedua sekolah memasuki lapangan. Keira dan teman-temannya yang duduk di bangku cadangan masih mengenakan jaket olahraga mereka, tetapi tetap bersiap untuk menanti giliran memasuki lapangan menggantikan pemain utama.

Tip-off dilakukan, Nori selaku center sekaligus pemain tertinggi dalam tim melakukan lompatan untuk merebut bola yang dilemparkan wasit ke udara. Lawannya juga melakukan hal yang sama, pemain bernomor punggung #2 secara fisik, #2 memiliki tubuh lebih tinggi daripada Nori.

Bukan hanya badannya yang besar, tetapi kedua lengannya juga panjang. Keira mulai menganalisis dalam hati. Dia memperhatikan pertandingan di depannya dengan saksama untuk dijadikan acuan ketika masuk lapangan nanti.

#2 berhasil mendapatkan bola pertama, ujung jarinya menyentuh bola dan mengarahkan bola itu ke telapak tangannya. Itu kali pertama Keira melihat seniornya Nori kalah dalam hal lompatan dan ketinggian, wajah sang gadis bermata kelabu tersebut tampak masam.

Nori melakukan defense, kelihatannya #2 berniat untuk melakukan jump shot. Dugaan Nori tepat, karena bola melambung tak lama setelahnya dan gadis itu melompat untuk melakukan blok. Sayangnya perbedaan tinggi, membuatnya gagal meraih bola dan SMA Namori mendapatkan poin pertama mereka.

Permainan berlanjut. Kame melakukan pass, mengirim bola kepada Shima. Keduanya melewati sejumlah pemain dan Shima mengoper bola kembali kepada kapten tim. Kame bersiap melakukan tembakan tiga angka, dia melompat dan bola melambung ke arah ring dengan sempurna. Sayangnya, tembakan itu diblok oleh pemain nomor #2 yang dengan cepat melakukan serangan balasan bersama timnya.

“Berapa tinggi pemain nomor dua itu?” gumam Keira.

“Kurang lebih, hampir mendekati 190 sentimeter atau mungkin malah sudah 190 sentimeter. Katanya dia berdarah campuran,” balas Hara dan Keira mengangguk.

Kalau misalkan 190 sentimeter, berarti hanya benda empat sentimeter saja dari Nori-senpai.

#2 melakukan shot, tembakannya mengenai pinggir ring.

Rebound!” Aki dan Fuse kompak berseru.

Nana yang berada di bawah ring meloncat, dia memasukkan bola gagal tadi ke dalam ring dan menghasilkan poin. Tembakan-tembakan dari #2 selanjutnya terus saja meleset, selalu mengenai pinggiran ring yang berakhir menjadi poin untuk Meisei melalui rebound.

“Akurasi tembakannya menurun?” Hara mengernyit.

Oka Chiba yang duduk di sebelahnya lantas berkata, “Dengar, melakukan defense bukan hanya dengan melakukan blok. Menggagalkan shot juga termasuk.” Senior kelas dua itu menunjuk Nori yang berdiri di belakang #2, membuatnya tidak bisa banyak bergerak. Sebagai sesama center, dia merasa perlu memberi penjelasan.

“Aku dan Nori-senpai sering bermain bersama, kau juga pasti pernah merasakannya Hara. Itu namanya tekanan dari pemain. Nori-senpai memberi tekanan kepada #2, sehingga dia tidak bisa melakukan tembakan dengan benar. Selain itu, Nori-senpai juga memblokir ruang geraknya, membuat dia harus menciptakan keputusan cepat antara melakukan pass atau langsung melakukan shot.  Namun, kalau pass beresiko untuk ditangkap oleh Shima selaku Point Guard, maka satu-satunya pilihan dia adalah shot. Saat itulah, kegagalannya memasukkan bola terjadi.”

“Dengan memusatkan konsentrasi dan yakin bahwa kau bisa menghentikan tembakan dari orang yang lebih tinggi dan besar darimu, tekanan seperti itu bisa tercipta. Bahkan kalau tanganmu tak sampai, teruslah melompat seolah-olah kau bisa meraihnya. Satu sentuhan saja, maka sudah dapat merusak poros bola dan meningkatkan kemungkinan meleset.”

Hara mengangguk paham. Belakangan pelatih memang memintanya, Oka, dan Nori untuk berlatih bersama sebagai seorang center.

Keira tersenyum kecil. Untuk kesekian kalinya, shot #2 meleset dari dalam ring. Bola yang jatuh tidak berhasil di-rebound, tetapi Shima sudah menangkapnya dan langsung dioper menuju Naoka. Serangan balasan tim Meisei berhasil menembus pertahanan tim Namori dan Naoka mencetak dua angka setelah melakukan dunk.

“Itu hanya dua poin, ayo rebut kembali poin kita.” Kapten tim Namori berseru, dia melakukan bounce pass ke pemain nomor #10. Namun, sebelum #10 sempat mendapatkannya, Shima memotong garis passing tersebut dengan memantulkan bola ke lantai lapangan.

Pantulan bola melambung menuju ke arah ring lawan. Nana melompat dan menangkap bola di udara, kembali melakukan dunk. Permainan terus berlanjut, sampai kemudian bel pertanda kuarter pertama usai berbunyi dengan keunggulan Meisei.

25-9

“Kerja bagus semuanya.” Pelatih Akimoto bertepuk tangan singkat, lantas membiarkan para pemain duduk di kursi panjang sambil meluruskan kaki.

Murid-murid kelas satu dan dua bersama Manajer Risa, menyerahkan botol-botol minuman juga handuk kepada pemain sambil memberikan mereka beberapa pujian dan pijatan.

“Keira, kau akan menggantikan Shima di kuarter kedua,” titah Pelatih. “Ini saatnya untuk melihat bagaimana kemampuanmu di dalam pertandingan langsung. Meskipun begitu, kita tidak bisa membiarkan perbedaan angkanya mengecil selama Shima berada di luar lapangan.”

Wanita berjaket merah itu menatap seluruh regunya satu per satu, Uyeda Shima mengangguk menerima keputusan sang pelatih sambil menenggak minuman.

“Kalau kita lihat secara langsung, selain #2 keempat pemain sisanya tidaklah terlalu sulit untuk ditaklukkan. Maka pada kuarter kedua ini adalah masalah waktu, sampai berapa lama Nori mampu menahan #2. Karena hanya dia yang bisa menyaingi gadis itu dalam hal tinggi dan besar tubuh.”

“Serahkan itu padaku.” Nori mengepalkan tangan.

Pelatih kemudian menatap Hara dan Oka bergantian. “Aku akan memutuskan siapa yang selanjutnya menggantikan Nori, selama dia beristirahat nanti. Untuk itu, perhatikan bagaimana senior kalian menahan lawan merepotkan ini.”

“Siap!” Kedua siswi itu mengangguk mantap.

Keira melepaskan jaketnya. Dia merasa berdebar kencang karena semangat.

“Berjuanglah, Tuan Putri.” Fuse meraih jaket milik Keira dan melipatnya asal-asalan. Aki yang berdiri di dekat gadis berambut cokelat itu memberikan beberapa tepukan ringan di punggung.

“Berjuanglah,” bisik gadis berjepit rambut tersebut.

Masih ada sisa sedikit waktu sampai kuarter kedua dimulai. Para pendukung sekolah Namori memberikan seru-seruan penyemangat untuk tim mereka, terutama pemain di bangku cadangan yang umumnya merupakan junior. Keira mengamati gimnasium dengan saksama, pandangannya berhenti pada sekelompok remaja laki-laki yang menerobos kerumunan pendukung Namori yang menghalangi pintu masuk.

“Wah, udah kuarter dua. Kita telat!”

“Jangan bicara seolah-olah kita bukan telat karenamu, Hideo.”

“Eh, tapi kita sedang unggul, Kapten!”

Tatapan Hideo bertemu dengan Keira, laki-laki itu lantas melambaikan kedua tangan panjangnya dengan semangat. Hideo menempelkan tangan di sekitar mulut lantas berseru, “Kami datang untuk mendukung kalian! Berjuanglah, Tim Putri!”

Tiga dari lima orang pemain inti tim basket putra lantas mengeluarkan kertas-kertas karton aneka warna dan merentangkannya di atas kepala mereka. Kertas-kertas itu bertuliskan: Kalian pasti bisa!; Berjuanglah!; Jangan sampai kalah! (note: kalau kalah, berikan aku nomor ponsel kalian).

Setelah tip-off, lagi-lagi #2 berhasil melancarkan serangan dari bola pertama dan menghasilkan dua poin. Dia menatap Nori kesal.

Kapten Kame melakukan three-point shot, tetapi tembakannya terlalu rendah.

Nori melakukan screen untuk menghalangi laju #2, Keira meloncat dan menangkap bola. Gadis itu melakukan dribbling menuju ring lawan, memasuki kuda-kuda menembak dan membiarkan seorang pemain lawan melompat untuk memblokirnya. Tangan Keira terangkat seolah dia akan menembak, ketika nyatanya gadis itu malah melakukan back passing melewati punggung ke arah Kapten Kame.

Kame melakukan three-point shot, kali ini masuk dan para pendukung Meisei berseru. Naoka mendekati Keira dan memberinya tepukan di belakang kepala.

“Wah, dia melakukannya seolah-olah itu hal yang mudah.” Yuudai tertawa pelan. Sebagai sesama point guard, dia sangat mengerti kesulitan teknik barusan.

Back passing adalah teknik untuk mengelabui lawan dengan cara melempar bola melewati punggung. Biasanya dilakukan dengan posisi pemain di lapangan, tetapi Keira tadi sedang dalam kondisi melompat karena akan melakukan jump shot yang ternyata digunakannya sebagai umpan untuk back passing sempurna. Teknik mengumpan ini sangat memperhatikan timing juga akurasi yang tinggi. Keira sebagai pengumpan, harus mengetahui posisi lawan sekaligus rekannya sebelum mengoper bola dan dia melakukan semua itu dalam posisi berada di udara selama sepersekian detik.

Setelah tembakan Kame tadi, Kapten Namori mengambil alih bola dan melakukan dribbling menuju ring tim Meisei. Dia mengoper bola ke belakang, menuju pemain #2.

Gadis tinggi itu menangkap bola, memasuki kuda-kuda untuk melakukan shot. Namun, Nori menghalangi, siap memblokir. #2 lantas memantulkan bola ke lantai lapangan, menuju rekannya yang lain.

“Apa yang kau lakukan? Tantang dia!” protes pemain #7 sambil menerima bounce pass #2.

Pemain #7 adalah seorang shooting guard seperti Kame. Dari posisinya berdiri, dia melakukan tembakan tiga poin sempurna yang memperpendek jarak skor kedua sekolah.

Tak lama, kuarter kedua berakhir dengan kondisi Namori yang mulai mengejar ketertinggalan poin. Skor akhir pada kuarter kedua adalah: 39-25.

Pada kuarter ketiga, Keira diistirahatkan dan Aki menggantikannya. Fuse juga masuk sebagai pengganti Naoka selaku small forward dan pertandingan berjalan dengan lebih ketat dari sebelumnya. Poin saling mengejar sampai di detik-detik terakhir, Pelatih Akimoto kembali memasukkan Uyeda untuk menggantikan Aki juga Oka sebagai pengganti Nori yang sudah bermain sejak kuarter pertama. Pada babak ini, perbedaan skor tipis sekali antar kedua sekolah yakni : 74-71.

Di kuarter terakhir, Keira kembali bermain menggantikan Uyeda. Pelebaran jarak terjadi berkat passing gadis bermarga Hanazawa itu lakukan semuanya tepat sasaran. Pada menit keempat puluh, peluit tanda pertandingan berakhir berbunyi.

Para pendukung Meisei bersorak senang saat kesepuluh pemain berbaris saling berhadapan dan wasit mengumumkan skor akhir pertandingan beserta pemenangnya.

“Dengan total skor 89-81 maka kemenangan adalah untuk SMA Meisei.”

Kedua tim saling membungkuk hormat. “Terima kasih banyak!”

***

Setelah membereskan semua barang-barang mereka. Regu Meisei berterima kasih pada regu Namori yang telah bersedia melakukan latih tanding hari ini. Karena Namori berada di prefektur Tokyo berbeda dengan Meisei yang ada di prefektur Kanagawa, sekolah keduanya tidak akan bertemu di babak penyisihan. Namun, jika mereka sama-sama lolos sebagai perwakilan prefektur masing-masing, maka pertandingan selanjutnya adalah turnamen Interhigh.

Tim basket putra sudah pulang sejak pertandingan selesai. Mereka hanya memberi ucapan selamat dan bersalaman, juga dukungan karena sama-sama akan melaju ke babak penyisihan. Keira juga menemui Hideo dan laki-laki itu menjelaskan secara singkat, bahwa kemarin timnya menang tipis 92-91.

“Tim kami memenangkan Interhigh tahun lalu.” Hideo berkata, dia menyodorkan teh kotak dingin pada Keira. “Karena itu, kami tidak perlu bermain di penyisihan sejak awal. Tapi, dari ronde kelima. Keuntungan yang cukup bagus, bukan?” Laki-laki berambut hitam pendek dengan model agak berantakan itu tersenyum lebar, satu tangan dimasukkan ke dalam saku jaket olahraga.

Keira menatap minuman pemberian Hideo, lantas menerimanya sedikit ragu. Dia juga pernah mengalami keuntungan yang disebutkan Hideo barusan sewaktu masih SMP. “Kerja bagus,” puji gadis itu singkat sambil menusuk minumannya. Kali ini Keira sedang terbayang sesuatu yang pasti terjadi pada babak penyisihan nanti. Apalagi kalau bukan bertemu dengan rekan lamanya sewaktu SMP.

“Suatu saat nanti, mau one-on-one melawanku?”

Pertanyaan Hideo membuat pikiran Keira buyar. Dia menatap laki-laki itu sambil menyesap sedotan dan mengangguk. “Tidak masalah.” Senyum kecil merekah di wajahnya yang sedikit berkeringat.

“Bagus. Aku akan menagihnya suatu saat nanti.”

Langit senja menjadi pemandangan pertama yang Keira lihat setelah melangkah keluar dari gimnasium sekolah Namori. Tadi pertandingan yang cukup melelahkan untuknya, meskipun tidak bermain penuh seperti Kapten Kame sejak kuarter pertama.

Pelatih Akimoto mengingatkan soal pemain yang akan menjadi starter sewaktu babak penyisihan nanti, kemudian Hara menawarkan mereka untuk makan-makan di kedai ramen keluarganya dan semua orang setuju. Dengan kondisi lapar dan lelah, tentu saja mereka butuh porsi besar makanan saat ini.

Setelah makan, regu Meisei berbincang singkat dan saling mengobrol tentang apa saja. Tidak hanya kejadian-kejadian di lapangan tadi, analisis kekuatan lawan, atur strategi, dan lain-lain. Namun, juga hal-hal acak seperti sepatu baru yang mau dibeli khusus untuk pertandingan tahun ini.

Pelatih Akimoto berdeham, membuat semua pandangan gadis-gadis di meja makan mengarah padanya. Wanita berusia hampir tiga puluh tahun tersebut meletakkan tangan di atas meja yang sudah bersih, sementara gadis-gadis bimbingannya memperbaiki posisi duduk dan menyimak dalam diam.

“Langsung saja. Setelah penilaian yang kulakan sejak hari pertama kalian berlatih sampai pertandingan tadi. Aku memutuskan untuk tidak mengubah susunan pemain inti. Kecuali ....” Pelatih Akimoto menatap Keira, “Keira, kau akan jadi starter untuk pertandingan tahun ini. Berjuanglah dan terus berlatih bersama seniormu.”

---

Tip-off adalah gerakan melambungkan bola ke atas yang dilakukan oleh wasit. Bola yang ada di udara, kemudian diperebutkan oleh dua pemain dari tim sebagai bola pertama.

Bounce-pass adalah teknik memantulkan bola ke lantai lapangan, sebagai bentuk passing atau operan.

Dalam pertandingan basket ada empat kuarter, masing-masing kuarter waktunya sepuluh menit.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top