12
Pemain inti tim basket putri Meisei (saat ini) :
1. Kame Natsuyo (Kapten/Shooting Guard) #4
2. Isamu Jun (Power Forward) #3
3. Nori Yasahiro (Center) #5
4. Uyeda Shima (Point Guard) #6
5. Naoka Hideki (Small Forward) #7
Kelas 1:
1. Keira Hanazawa | Point Guard (PG)
2. Hara Fukui | Shooting Guard (SG)
3. Aki Hasegawa | Point Guard (PG)
4. Fuse Aoyama | Small Forward (SF)
Kelas 2:
1. Naoka Hideki | SF
2. Nami Humiya | SG
3. Oka Chiba | C
4. Jun Isamu | PF
5. Uyeda Shima | PG
Kelas 3:
1. Nana Shuichi |PF
2. Kame Natsuyo | SG
3. Nori Yasahiro | C
Coach : Akimoto Yasushi.
Guru Pembimbing : Shiro Hotaka.
Manajer 1 : Amarisa Mitsuru.
Manajer 2 : -
Note : Penulisan nama di narasi menggunakan format (nama depan) + (nama belakang)
Untuk menghindari kebingungan karena terlalu banyak nama, penulis akan menggunakan format angka pada beberapa pemain lawan. (Cth : #1)
***
Akira dan Jun berhadapan. Lebih tepatnya, Akira kini menjaga Jun sama seperti yang dilakukan gadis itu pada Nana tadi.
Pertandingan kembali berlanjut. Shima melakukan pass pada Naoka, Naoka langsung memukul bola tersebut kepada Kapten mereka yang kemudian mencetak angka dari gerakan lay-up.
Bola dipegang oleh Tim Haruna, mereka hendak melakukan passing cepat seperti pada kuarter sebelumnya. Namun, Jun berhasil memutus rantai operan tersebut dan mencetak angka.
Keira dan teman-teman kelas satunya tersenyum sambil bersorak senang. Sebelum pertandingan, Pelatih Akimoto meminta regu Meisei untuk menonton pertandingan-pertandingan dari lawan yang akan mereka hadapi. Meskipun belum tentu akan bertemu Tim Haruna, mereka tetap memasukkan mereka ke dalam kategori lawan yang mungkin akan jadi merepotkan nantinya.
Berkat Manajer Risa, Tim Meisei mendapatkan rekaman seluruh pertandingan Haruna bahkan di babak penyisihan ini sebelum berhadapan dengan Meisei. Gadis berkacamata itu pula yang memberikan sejumlah analisis kekuatan lawan dan membeberkan informasi tentang gaya bermain Tim Haruna. Menurut Pelatih Akimoto, teknik permainan Tim Haruna memiliki pola, terutama gerakan rantai passing yang menyulitkan lawan merebut bola. Namun, jika bisa terbiasa dengan gaya bermain mereka dan memutus rantai tersebut, maka kendali pertandingan dapat digenggam.
Jun melakukan jump shot, memasukkan bola ke dalam ring dan untuk kali pertama, Meisei memimpin angka pada pertandingan kali ini. 63-66
Waktu hanya tersisa dua puluh detik lagi. Alur permainan diperketat, setiap tim saling menyerang gigih. Poin demi poin terus bekerjasama, di seluruh court Haruna melakukan pertahanan terbaik mereka, yakni man-to-man defense. Setiap pemain memiliki penjaganya masing-masing.
Shima memegang bola, dia kesulitan melewati point guard Haruna. Beruntung Naoka hadir dan menjaga pemain #5 itu di belakang. Sehingga ketika Shima lewat, #5 yang berbalik tertahan oleh tubuh Naoka di belakangnya. Teknik screen.
Saat kembali hampir dijaga, Shima mengoper bolanya kepada Jun. Akira menjaga Jun, membuat siswi Meisei kelas dua tersebut harus mengubah alur pass dari menuju Nori ke Kame. Kapten Meisei berhasil lolos dari penjagaan berkat bantuan screen Shima. Dia menangkap passing Jun dan melakukan tembakan sebelum lawan sempat memblokir.
Bola melambung di udara, bel penanda pertandingan kuarter ketiga usai telah berbunyi dan benda bundar tersebut memasuki ring. Poin untuk Tim Meisei. Mereka memimpin dengan jumlah skor 63-69.
Pada kuarter keempat, Keira dan Nana dimasukkan kembali untuk menggantikan Shima dan Jun. Naoka diistirahatkan, Fuse menggantikan small forward kelas dua tersebut.
Walau sempat bermain gugup dalam pertandingan, mengetahui bahwa siswi kelas satu sepertinya---Keira---juga ada di lapangan membuat Fuse bersemangat dan permainannya pun menjadi cukup stabil.
Pelatih Akimoto memanfaatkan pertandingan babak terakhir ini untuk membangun ikatan antara Keira dan Fuse sebagai sesama siswi kelas satu. Dengan masuknya pemain utama yang sama dengan kuarter pertama, maka Pelatih Akimoto merasa bahwa mengganti sedikit pemain di lapangan tidak menjadi kekhawatiran utama.
Lebih-lebih senior seperti Kapten Kame dan Nori yang bermain tanpa henti sejak awal, bisa dikatakan telah terbiasa pada ritme permainan Haruna. Sedangkan Nana dan Keira yang sedari tadi memperhatikan dari pinggir lapangan seperti Fuse, bisa cepat menyesuaikan. Tiga dari lima pemain Tim Meisei berada dalam kondisi bagus dalam hal stamina, sehingga mereka bisa menguasai jalannya pertandingan di babak terakhir tersebut.
Bola terakhir dimasukkan oleh Fuse sebagai penanda pertandingan berakhir. Hasilnya adalah kemenangan Tim Meisei dengan peroleh skor 76-79.
Fuse berteriak bahagia, sorakan penonton membahana di seluruh stadium menutupi suara gadis penggemar fantasi tersebut. Keempat pemain lainnya mengelilingi Fuse, turut berseru senang. Keira merangkul gadis yang lebih pendek darinya tersebut dan Fuse memeluknya sebentar. Para anggota klub di bangku cadangan memasuki lapangan, turut memberikan semangat. Pelatih Akimoto dan Manajer Risa hanya berdiri dari bangku sambil bertepuk tangan, sekilas Manajer Risa tampak meneteskan air mata.
Keira melihat Akira terpaku di tempatnya berdiri. Tangan mengepal, pandangan kosong, dan sekujur tubuh basah oleh keringat. Gadis itu perlahan mendekati lawannya dan baik ekspresi maupun gestur tubuh Akira langsung berubah, gadis itu menjadi defensif. Dia kelihatan kesal, frustrasi, sekaligus ingin menangis.
“Aku mengerti.” Keira menyodorkan tangan untuk bersalaman. “Sampai ketemu lagi.” Dia berkata tulus.
Ini tahun pertama Akira bermain, tetapi baik kondisi fisiknya maupun teknik bermain sudah dapat menyamai para senior. Dia bahkan tidak digantikan sejak awal, menandakan bahwa Pelatih Tim Haruna mempercayai kemampuan gadis tersebut dan setelah melihat permainannya tadi, Keira yakin kenapa hal itu bisa terjadi. Ini hanya dugaan Keira, tetapi sepertinya Akira memiliki bakat alami di permainan basket.
Ragu-ragu, Akira balas mengulurkan tangan. Keduanya bersalaman dan gadis kelas satu itu berbalik menuju kapten timnya sambil mengusap mata. Ketika dia baru jalan beberapa langkah, Akira berbalik dan menatap Keira. “Aku bermain basket karenamu dan kalah olehmu. Ini bukan akhir, tahun depan ... aku pasti akan mengalahkanmu.”
SMA Meisei dan SMA Haruna berada di prefektur yang sama. Jadi pasti mereka akan cukup sering saling berhadapan, di luar pertandingan hari ini.
“Aku tidak mengalahkanmu. Kami yang melakukannya,” ralat Keira. Nori hadir dari belakang point guard kelas satu tersebut dan merangkulnya.
Kedua tim berbaris saling berhadapan. Tangan di belakang punggung selagi wasit meneriakkan pemenang.
“Dengan total 79 dan 76. SMA Meisei memenangkan pertandingan!”
“Arigatou Gozaimasu!”
Aki dan Hara langsung memeluk kedua teman seangkatan mereka sambil memberi selamat.
“Aku tidak percaya kita akan melaju ke babak semifinal.” Suara Aki tercekik, gadis itu tampak seperti akan menangis.
Hara menahan tawa di tenggorokan. “Aku sudah berfirasat kalau kita akan menang dan berikutnya, aku pasti akan bertanding di lapangan juga seperti kau dan Aoyama.” Gadis bertubuh gempal tersebut mengangguk serius.
Tim Meisei kemudian memasuki ruang ganti. Mereka beristirahat sejenak sambil memakan buah pisang, serta beberapa menu sehat yang sudah disiapkan manajer. Gadis itu juga terlihat sedang memijat kaki teman sekelasnya, Kapten Kame. Sedangkan Nori tertidur sambil bersandar pada loker.
“Seseorang, bangunkan dia. Kalau tidur setelah berolahraga keras seperti tadi, tubuhnya bisa jadi kaku.” Pelatih Akimoto memberi perintah dan senyum licik Jun dan rekannya Nami muncul bersamaan.
“Aku mau ke toilet.” Keira berdiri gelisah. Aki menawarkan diri untuk menemani karena dia mau mencuci tangan.
Pelatih Akimoto memberi keduanya izin dan meminta mereka segera kembali karena regu Meisei harus lekas mengosongkan ruang ganti, supaya bisa digunakan sekolah lain.
Di luar ruang ganti, Keira menerima pesan dari Hideo yang mengatakan bahwa timnya juga melaju ke babak final. Padahal tim putra baru mulai bertanding di babak kelima, berkat keuntungan atas kemenangan di tahun sebelumnya. Namun, mereka sudah berhasil menjaga tiket menuju babak empat besar di penyisihan Interhigh ini. Setelah membalas pesan Hideo dengan mengatakan bahwa tim putri juga menang, Keira menerima telepon dari Kento. Laki-laki itu berkata bahwa dia sangat menyesal tidak bisa menonton pertandingan teman sekelasnya. Butuh waktu beberapa menit sampai Keira bisa menenangkan ketua kelas tersebut.
Belum sampai di kamar mandi, seseorang yang amat Keira kenal berdiri di depannya. Gadis itu memohon izin pada Kento untuk menutup panggilan dan berjanji akan mengirimkannya pesan jika sudah sampai rumah.
Ayumu tersenyum lebar sambil merentangkan tangan, dia berjalan perlahan mendekati mantan rekan setimnya dan memeluk gadis itu. Keira balas memeluk saat merasakan usapan tangan Ayumu di punggungnya.
“Aku menonton pertandinganmu. Menegangkan sekali, ya. Aku senang kau berhasil lolos ke babak berikutnya. Kita sama-sama melaju ke semifinal. Sayang, sekolah kita berbeda blok jadi baru akan bertemu di final.” Siswi Yumezawa di depan Keira tersenyum cerah. Namun, Keira merasa makin tertantang melihat wajahnya itu.
“Ya. Sampai ketemu di babak final, Ayumu.”
[]
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top