Part. 10 - Lifetime bond
Voting terbanyak!
Dan kebetulan, saya lagi semangat banget dengan lapak ini 🤣
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Miranda terus memperhatikan waktu dari jam tangannya, tampak gelisah dan sudah tidak sabar untuk segera menyingkir dari rapat internal harian itu, tapi pembahasan masih belum selesai dilakukan. Rating sudah mulai merambat naik, dan menempati posisi ke-8, berkat kesediaan pihak Dylan Winata untuk menjadi profil utama. Meski demikian, hal itu tidak membuat bos-nya, Sir John, berkesan.
Cukup terkejut dengan perwakilan dari profil utama, dimana direktur mereka membawa serta seorang principle dari USA, yang adalah teman satu pesawatnya, Flynn Herbert. Di situ, mereka melakukan obrolan layaknya kawan lama, dan Miranda merasa cukup nyaman dengannya. Sayangnya, Flynn harus kembali ke LA malam ini, dan Miranda sudah berjanji untuk mengantarnya ke bandara.
Kembali melirik jam tangannya, Miranda menghela napas, lalu mengangkat wajah untuk memperhatikan semua personil rapat yang tampak serius dalam mempelajari dokumen yang sudah dibagikannya. Rencana kerja mingguan yang sudah dirancangnya, agar segala sesuatu bisa berjalan dengan teratur. Tentunya, untuk memperbaiki rating, harus membenahi manajemen terlebih dahulu.
"Saya harap kalian semakin bersemangat dalam melakukan pekerjaan. Kenaikan rating untuk edisi bulan ini, tidak berarti apa-apa, dan bukan alasan untuk kita bisa bersantai," ucap Miranda dengan nada tegas.
Seluruh personil rapat hanya mengangguk sebagai jawaban. Julukan Ms. Arrogant sudah membekas dalam diri Miranda, sehingga mereka enggan untuk berkomentar, selain memberikan apa yang diinginkannya.
"Perekonomian saat ini cukup berat, bahkan bisa dibilang melemah dan sedang berada di titik terberatnya. Saya ingin hal ini diangkat menjadi topik utama di edisi bulan depan, dan kalian bisa lakukan investigasi ke berbagai sumber, nggak melulu pda pengusaha. Bisa juga pada tokoh politik, atau tokoh masyarakat yang memegang peran penting dalam pertumbuhan ekonomi," lanjut Miranda sambil membalikkan halaman dokumen, dan memberikan presentasi singkat di sana.
Sekitar lima belas menit kemudian, mereka sudah berada di akhir rapat, dan Miranda bisa menghela napas lega. Kembali melirik jam tangannya, dan masih cukup untuk bersiap diri sebelum mengantar Flynn ke bandara. Degup jantungnya mengencang, ketika membayangkan dirinya yang akan segera bertemu dengan seseorang yang dinantikan di sana.
Leolita, si Fashion Director, mengangkat tangan meminta perhatian, dan langsung diberikan anggukan kepala oleh Miranda, tanda bahwa dirinya dipersilakan untuk bersuara.
"Kemarin sore, pihak CK menelepon dan memberi tawaran untuk meluncurkan produk terbaru di BusinessMagz, Bu. Ini adalah exclusive launching, karena mereka menginginkan kita sebagai satu-satunya majalah bisnis untuk pemasaran di bulan pertamanya," ujar Leolita dengan lugas.
Mata Miranda melebar, dengan ekspresi tertegun selama beberapa saat. "That's awesome. Good! Itu bisa jadi poin tambahan untuk membuat edisi bulan depan kita menjadi lebih menarik. Apalagi, itu brand ternama yang jarang memberikan kesempatan seperti ini."
Leolita mengembangkan senyuman, tampak lega bisa memberi kabar baik bagi pimpinan yang terkenal pelit ekspresi itu. "Baik, Bu. Saya akan segera memberi konfirmasi pada mereka. Pihak mereka akan menyiapkan segala sesuatunya, dimulai dari studio, fotografer, model, dan sebagainya. Kita hanya perlu datang sebagai perwakilan dan memilih foto untuk dimasukkan ke dalam rubrik."
"Segera siapkan laporannya dan taruh di meja saya," balas Miranda dengan senang.
"Satu lagi, Bu. Ini juga termasuk kabar baik, selain CK yang akan menjadi advertising partner kita. Adapun brand ambassador mereka adalah sosok yang kita butuhkan untuk menaikkan rating sejak lama, Bu," sahut Simon dengan antusias.
Senyuman Miranda seketika lenyap, berganti ekspresi tidak percaya dan bingung. Dia menatap Simon dengan tajam, seolah menuntut penjelasan. "Maksudnya?"
Seperti tidak menyadari perubahan suasana hatinya, Simon justru menjawab dengan ceria. "Beliau adalah Christian Haydenchandra, Bu. Selain sebagai pengusaha, beliau juga menjadi brand ambassador untuk beberapa brand ternama, salah satunya adalah CK."
Ucapan Simon barusan, sukses membuat Miranda segera beranjak berdiri dari kursi, dan langsung berjalan meninggalkan ruang rapat tanpa mempedulikan panggilan mereka. Betapa sial dirinya ketika harus dihadapkan dengan urusan yang itu-itu saja, dan selalu berhubungan dengan pria sialan itu. Negara ini sudah pasti memberi kutukan terbesar dalam hidupnya, dengan terus mempertemukannya dengan Christian.
Mencoba menenangkan diri dengan menarik napas panjang, Miranda segera membereskan barang-barangnya, dan pergi menjemput Flynn. Bukan tanpa alasan, dia berbaik hati mengantar seorang pria asing seperti ini. Semua tidak lebih dari sekedar ucapan terima kasih karena sudah menerima dirinya untuk melakukan wawancara eksklusif.
Miranda sangat membutuhkan pengalihan agar tidak terlalu geram atas konfirmasi Simon tadi. Meski sebenarnya, tawaran itu sangat membantu, tapi tidak dengan Christian, yang sepertinya akan menyulitkan seperti sebelumnya.
"Apa kau baik-baik saja?"
Pertanyaan yang dilemparkan Flynn, membuat Miranda mengerjap kaget, dan langsung tertawa hambar setelahnya. Tidak menyangka jika lamunannya sudah membawanya sampai sedemikian jauh, hingga bersama dengan Flynn pun, dirinya tidak menyadari akan hal itu.
"Sorry," gumam Miranda pelan.
"Apakah pekerjaanmu terlalu berat, sehingga kau terlihat lelah? Aku sangat minta maaf jika harus merepotkanmu untuk...,"
"Tidak! Tentu saja tidak," sela Miranda cepat, sambil menaruh tangan di lengan Flynn. "Aku tidak lelah, hanya ada beberapa hal yang kupikirkan, tapi itu bukan masalah. Maaf jika membuatmu tidak nyaman."
Senyum Flynn mengembang penuh arti. "Aku sungguh senang dengan perjumpaan kali ini, Miranda. Tidak menyangka jika kita dipertemukan dalam sesi wawancara ini. Kenapa kau tidak pernah datang untuk mengunjungi kantor pusat di LA?"
Miranda tertawa pelan, lalu menggelengkan kepala. "Issue yang berkembang, berbeda dari satu negara ke negara lain. Lagipula, kita bisa bertemu kapan saja tanpa harus adanya sesi wawancara."
"Betul sekali, kita bertemu di pesawat dan tempat duduk yang berdampingan," ujar Flynn sumringah.
Miranda mengangguk. "Apa kau sudah makan?"
"Apa kau keberatan jika menemaniku menikmati makan siang yang sudah terlewat?" balas Flynn.
Alis Miranda terangkat. "Kau tidak sempat makan siang? Sesibuk apa pun, usahakan untuk mendapatkan jam makan yang teratur."
"Ah, senang jika memiliki seseorang yang perhatian sepertimu."
"Apa yang kau inginkan? Di sini, banyak tersedia restoran yang menyajikan berbagai varian makanan," tanya Miranda kemudian, sambil mengedarkan pandangan ke sekeliling, lalu menunduk untuk melihat waktu di jam tangannya. Masih ada waktu, pikirnya.
"Apa saja yang kau pilih. Aku bukan pemilih," jawab Flynn sambil merangkul pinggang Miranda, untuk berjalan berdampingan.
Sudah melakukan check-in dan menaruh bagasi, Flynn tampak begitu senang dengan kebersamaan yang tercipta saat ini. Baginya, Miranda adalah wanita yang cantik dan cerdas. Bahkan, dirinya sudah tertarik ketika berkenalan di pesawat dan mengobrol apa saja dengannya. Seperti sekarang, dimana mereka duduk berhadapan sambil menikmati makan siang di sebuah restoran yang menyajikan makanan lokal.
"Miranda?"
Sebuah panggilan membuat Miranda spontan menoleh, ketika dia dan Flynn masih asik mengobrol. Tampak Nathan, kakak sepupu dari Audrey, menyapa dengan ramah. Dia tidak sendiri, karena bersama dengan wanita muda yang begitu cantik di sana.
"Nathan?" balas Miranda sambil beranjak berdiri, diikuti Flynn.
Nathan mengulum senyum, sambil melirik ke arah Flynn dengan tatapan ingin tahu, lalu kembali menatap Miranda. "Gue nggak nyangka bisa ketemu lu di sini."
"Gue juga. Ngapain di sini?" tanya Miranda sambil melirik pada wanita yang berdiri di samping Nathan.
"Jemput dia," jawab Nathan sambil menunjuk wanita yang ada di sampingnya. "Kenalin, ini Lea. Tunangan gue."
"Hai, aku Lea," ucap wanita yang bernama Lea itu dengan ramah.
"Miranda," balas Miranda sambil menyambut uluran tangan dari Lea.
"Berdua aja? Audrey nggak ikutan?" tanya Nathan kemudian.
Miranda mengangguk. "Iya, ini mau nganter, sekaligus mau jemput. Kenalin, ini Flynn."
Flynn menyapa Nathan dan Lea dengan ramah. Menempati restoran yang sama, mereka akhirnya memutuskan untuk melanjutkan makan siang bersama. Pengalihan yang cukup menyenangkan, kala Miranda bersenda gurau dengan Lea yang ternyata baru kembali dari NYC, setelah menyelesaikan magangnya di FashionMagz.
Nathan dan Flynn pun berbagi cerita tentang perkembangan dunia bisnis yang penuh persaingan, dan tampak antusias dalam menyampaikan pemikiran. Kebersamaan ini berlangsung cukup lama, atau sampai Miranda tersentak karena baru menyadari sesuatu.
"Oh dear, I have to go!" pekik Miranda kaget, lalu menepuk kening karena baru tersadar harus menjemput seseorang.
"Kemana?" tanya Nathan heran.
"Kau bilang ingin menjemput juga, bukan? Kurasa pesawat dari LA sudah mendarat, mengingat aku yang akan segera boarding satu jam lagi," celetuk Flynn sambil beranjak berdiri, membantu memundurkan kursi untuk memudahkan Miranda beranjak.
Miranda tidak sempat memberi respon, karena sudah tidak ada waktu untuk sekedar menjawab mereka. Bahkan, dia meminta Flynn untuk melihat tas bawaannya, lalu segera bergerak cepat untuk keluar dari restoran itu.
Seruan namanya terdengar dari mereka, tapi Miranda mengabaikan. Sebab, ada urusan yang jauh lebih penting saat ini, dimana degup jantungnya mulai berdebar kencang, dengan rasa cemas yang perlahan menguar. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca dengan perasaan haru dan rindu yang bercampur menjadi satu.
Mengikuti arah petunjuk menuju ke pintu kedatangan, Miranda berjalan cepat, dan bisa dibilang hampir berlari untuk segera mencari. Waktu sudah menunjukkan 16.50, sudah lewat 45 menit dari jam ketibaan. Ketika dia tiba di sana, jantungnya terasa mencelos saat bisa melihat sosok yang dinantikannya.
Menjemput orang itu adalah waktu yang sangat dinantikan Miranda. Bahkan, dia sampai tidak bisa tidur, demi untuk menyambut hari ini. Hari dimana dia bisa bertemu dengan penghibur hatinya, ketenangan jiwanya, dan hidup matinya. Seseorang yang mampu memberinya sukacita, di saat dia mengalami duka yang berkepanjangan.
Merasa diperhatikan, dia menoleh dan tatapannya sudah bertemu dengan Miranda. Sorot mata tajam, ekspresi dingin yang ditampilkan saat merasa tidak nyaman, dan bibir yang menekuk karena mungkin saja dia sudah terlalu lama menunggu. Seluruh perpaduan itu menggetarkan hati dan membuat kerinduannya melonjak tidak karuan.
Sedetik kemudian, dia berseru kencang dengan ekspresi tidak senang. "What took you so long, M?"
Tentu saja, dia menuai perhatian banyak orang. Tidak merasa risih, Miranda justru melebarkan senyuman, dan bergerak maju sambil membuka kedua tangannya, seolah ingin membawanya dalam pelukan yang erat.
Ketampanan adalah kesan pertama yang begitu menarik perhatian bagi semua orang yang pertama kali melihatnya, juga senyuman yang mulai mengembang di wajah rupawannya. Dengan memakai outfit kasual favoritnya, dia melepas topi baseball berlogo LA, dan langsung berlari menuju pada Miranda tanpa ragu.
Joel, anak lelaki berusia enam tahun itu, memeluk Miranda dengan erat, lalu mulai terisak pelan karena begitu merindukan wanita itu. "I miss you. I miss you so so much, Mom."
"I miss you more, Son," balas Miranda dengan parau, sambil mengeratkan pelukan pada anak lelaki kesayangannya.
Kedua ibu anak itu berpelukan, disaksikan oleh tiga orang yang ikut menyusul Miranda, yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka dengan ekspresi yang berbeda. Lea yang tampak terharu dan ikut menangis menyaksikan adegan itu, sementara Nathan dan Flynn, sama-sama tertegun dengan ekspresi tidak percaya di sana.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Yes! Bom untuk cerita ini sudah dilemparkan, dan perasaan yang seru langsung meledak gitu aja,
saat tokoh Joel ini muncul 💜
Yang udah baca versi lama, mungkin biasa aja yah? Wkwk
Yang baru baca, mudah2an bisa menjadi kejutan buat kalian 😘
Baiklah, siap menunggu bom selanjutnya dari lapak lain?
Besok, aku akan update Kim Tan, karena ada bom yang perlu aku lempar juga 🤣
Buat Tian, cuma bisa sukurin kamu, karena aku akan bikin kamu nelangsa di versi terbaru 😛
Nih, pose ganteng dulu sebelum nangis 😅
Ini aku kasih asupan foto unyu dari Joel kecil yang nggak bisa selow di lapak dewasanya. Makin ngegas aja dia 😖
26.02.2020 (22.06 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top