PART. 8 - THE RAINBOW BRIDGE
Dapet salam dari si Anak Bungsu.
Udah lama banget nggak mampir keknya di sini. 😅
Happy Reading. 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Sudah seminggu, Nadine menikmati liburan bersama dengan Adrian dan teman-temannya. Senang, tentu saja, apalagi Adrian merupakan tuan rumah yang sangat dermawan untuk memberi kesenangan dan kepuasan selama mereka berada di sana. Semua tempat wisata sudah dikunjungi. Dari taman nasional, museum, teater, istana kerajaan, hingga pusat tempat belanja seperti Myeongdong, dan Gangnam.
Besok, mereka akan berangkat ke Jeju, pulau yang cukup terkenal dengan keindahan alam, dan mereka akan berada di sana selama tiga hari. Oleh karena itu, tujuan mereka hari ini adalah menikmati sauna di Jjjimjilbang. Bahkan katanya, Adrian sudah melakukan pemesanan secara khusus dan tempat itu akan ditutup untuk umum selama delapan jam.
Semua sedang bersiap, termasuk Nadine. Dia memasukkan barang bawaan yang dibutuhkan, memastikan tidak ada yang tertinggal, dan segera memakai tasnya untuk segera turun ke bawah. Ponselnya berbunyi dan Nadine segera mengangkatnya sambil menuruni anak tangga dengan tergesa.
"Iya, aku turun sekarang. Sebentar yah," ucap Nadine cepat, lalu mematikan ponsel, dan menyeringai lebar saat melihat Adrian sedang berdiri tepat di ruang utama saat Nadine sudah mencapai lantai bawah.
Adrian menatapnya dengan penuh penilaian, tampak tidak terlalu suka, dan masih terdiam saja. Dia tidak sendiri, karena teman-temannya sudah bersiap untuk berangkat. Sayangnya, Nadine tidak bisa ikut karena memiliki rencana yang jauh lebih menarik daripada berendam air panas yang bukan kesukaannya.
"Semangat banget mau sauna, Sis," celetuk Christian yang membuat Nadine menoleh padanya dengan sumringah.
"Nggak kok," balas Nadine riang, lalu kembali menatap Adrian. "Ian, aku pergi dulu yah."
Kening Adrian berkerut. "Kita emang udah mau pergi kok."
"Aku nggak ikut sauna karena nggak tahan panas, Ian. Jadi, aku ada acara lain," ujar Nadine sambil menggeleng cepat, lalu melihat jam tangan dan mulai panik karena sudah sangat terlambat.
"Kamu mau kemana?" tanya Adrian dengan nada tidak suka, namun ekspresinya kaget.
Nadine mengangkat wajah dan tersenyum riang. "Aku janjian sama Juno untuk motret hari ini. Besok dia mau balik Indo, terus semalam kita udah janjian buat foto bareng."
"What? Kamu pergi sama siapa?" desis Adrian dengan nada meninggi.
Seperti tidak menyadari perubahan nada suara Adrian, Nadine menjawab dengan senang. "Sama Juno."
"Kok kamu bisa janjian sama cowok yang baru kamu kenal, Nad?" Wayne langsung bertanya dalam suara tegas dan dalam.
Semuanya melirik satu sama lain, kemudian memperhatikan ekspresi Adrian yang menggelap dan tidak senang. Berbanding terbalik dengan ekspresi Nadine yang begitu ceria dan antusias.
"Nggak baru kenal juga sih, kan udah saling chat lewat web. Kebetulan, ada festival yang nggak jauh dari sini, dan kita mau foto bareng. Lumayan buat nambah pengalaman di fotografi," jawab Nadine lugas.
"Kita sama-sama tahu kalau rencana hari ini adalah sauna, tapi kenapa kamu baru ngomong sekarang?" tanya Adrian dingin.
Nadine kembali menoleh padanya. "Aku nggak suka sauna."
"Kenapa kamu nggak bilang?" balas Adrian cepat.
"Yah, kupikir semuanya mau ke sana, dan aku cuma ikutan aja," sahut Nadine.
"Terus kenapa mendadak mau pergi sendiri?" balas Adrian lagi.
"Ini juga diluar dari rencana. Semalam kita ngobrol di chat dan akhirnya bahas festival, lalu janjian motret bareng," sahut Nadine yang mulai tidak sabaran.
"Kalau kamu nggak mau pergi ke sauna, kita bisa ubah ke tempat lain," ujar Nathan menengahi.
"No, jangan!" seru Nadine cepat. "Jangan ubah jadwal gara-gara aku. It's okay, I'll be fine."
"But we're not fine," sahut Christian sambil melirik pada Adrian yang terlihat semakin tidak senang.
"Atau, kita tetep pergi ke sauna, sementara kamu bisa pergi sama Adrian bareng Cassie? Karena Noel nggak mungkin betah di dalam sana," saran Wayne kemudian.
"Kita bisa pergi jalan-jalan sambil tungguin mereka yang lagi sauna," tambah Cassandra yang langsung disambut anggukan oleh semuanya.
Ting tong... Suara bel terdengar dan itu sudah pasti Juno. Nadine memang memberikan titik lokasi pada Juno agar bisa menjemputnya.
Nadine kembali pada Adrian sambil melebarkan senyuman, tampak gelisah karena tidak ingin Juno menunggunya terlalu lama. Tanpa ragu, dia berjinjit untuk mencium pipi Adrian dan menatapnya dengan penuh harap.
"Aku pergi dulu yah. Have fun, Ian," ucap Nadine pelan, lalu mundur sambil berdadah ria kepada semuanya, dan segera berlari kecil untuk keluar tanpa menoleh lagi ke belakang.
Begitu keluar dari area mansion dan bisa melihat Juno yang sedang berdiri menunggu di samping taksi, senyuman Nadine melebar saat keduanya sudah bertemu dalam tatapan. Tanpa ragu, Nadine menghampiri Juno dan memberi pelukan sebagai salam, yang langsung disambut Juno dalam pelukan lebih erat. "Udah lama?" tanya Nadine senang.
"Nope. Are you ready?" balas Juno sambil membukakan pintu belakang untuknya.
"So ready!" sahut Nadine antusias dan segera masuk ke dalam taksi, disusul Juno yang duduk di sebelahnya tanpa menyadari jika ada yang mengawasi dari kejauhan.
Hari ini adalah janji temu Nadine dengan Juno untuk menuju ke Seonyudo Hangang Park, salah satu taman cantik yang mengitari sungai Han yang cukup terkenal. Bisa mendapatkan ilmu dari seorang ahli adalah kesukaan Nadine. Dalam hal ini adalah fotografi.
Setibanya di sana, Nadine mendapati banyak pemandangan indah yang sayang untuk dilewatkan. Dengan arahan Juno. Nadine bisa mendapatkan angle yang tepat dari berbagai sisi meski hanya mengarahkan satu objek yang sama.
Nadine yang sibuk melihat hasil jepretan kameranya, sama sekali tidak menyadari jika sedaritadi, sorot kamera Juno terarah padanya. Dia mengambil beberapa potret Nadine di sana, dan tersenyum dengan hasil yang didapatinya. Pemandangan indah, dengan Nadine yang sedang duduk bersila di rerumputan, juga ekspresi serius yang ditampilkan saat memperhatikan kameranya adalah angle yang menarik bagi Juno.
Kemudian, Juno berjalan menghampiri Nadine dan duduk disampingnya. Tersentak kaget, Nadine menoleh dan menatap Juno dengan ekspresi yang membuatnya merasa gemas. Terlebih lagi saat Nadine mengembangkan senyuman yang tampak begitu cantik.
"Udah selesai?" tanya Nadine ceria.
"Udah. Kamu?" tanya Juno balik.
"Udah dong! Hasilnya bagus banget!" seru Nadine sambil memperlihatkan kamera yang menampilkan hasil potretnya di layar. "Nih, lihat! Rainbow Bridge jadi kelihatan lebih keren kalau diambil dari sudut ini."
Juno mengangguk dan tersenyum hangat. "See? You have a good skill."
Nadine terkekeh saja. "Kalau kamu gimana? Lihat dong hasil fotonya."
Juno menggeleng dan masih tetap tersenyum. "Nanti kamu lihat di web aja. I'll make it as a surprise."
"Ahh, curang," seru Nadine kecewa.
Juno tertawa pelan sambil terus memperhatikan Nadine penuh arti. Dia masih tetap seperti itu saat Nadine kembali menunduk untuk fokus memperhatikan kamera selama beberapa saat.
"Jadi, sampai kapan kamu di sini?" tanya Juno kemudian.
Nadine menoleh dan memamerkan cengiran lebarnya. "Masih tiga mingguan, tapi nggak tahu juga sih, liat entarnya gimana."
"Ada keluarga di sini?" tanya Juno lagi.
"Ada deh," jawab Nadine santai, lalu memasukkan kameranya ke dalam ransel.
Meski sudah saling mengenal selama seminggu ini, Juno masih orang asing bagi Nadine. Memiliki minat yang sama, bukan berarti menjadi dekat dalam berbagai urusan, apalagi pribadi. Nadine sangat menjaga kehidupan pribadinya dan tidak terlalu nyaman dengan pertanyaan seputar keluarganya.
"So, udah kemana aja selama liburan di sini?" tanya Juno saat keduanya sudah berjalan berdampingan.
"Hampir semua tempat wisata udah dikunjungi, dan besok mau ke Jeju," jawab Nadine. "Kamu sendiri? Udah kemana aja?"
"Seminggu di Busan, dan seminggu di sini. Biasa, ambil cuti buat liburan biar nggak terlalu stress mikirin kerjaan," jawab Juno santai.
"Oh, kamu udah kerja?" tanya Nadine kaget dan memperhatikan Juno dengan seksama.
"Yes, why?" tanya Juno balik.
"Aku pikir masih kuliah," jawab Nadine sambil tertawa.
"Kebanyakan kunyah formalin waktu masih kecil," balas Juno yang membuat tawa Nadine semakin renyah.
"Jadi, kerja apa?" tanya Nadine lagi.
"Ada deh," balas Juno sambil mengedipkan sebelah mata, lalu tertawa bersama dengan Nadine.
"Kalau kamu? Masih kuliah?" tanya Juno kemudian.
"Lagi thesis," jawab Nadine kalem.
"Really? Ambil jurusan apa?" tanya Juno penuh minat.
"Ada deh."
Keduanya kembali tertawa keras dengan obrolan yang membawa mereka dalam suasana yang semakin menyenangkan. Nadine merasa lepas dan bebas saat bersama dengan Juno yang memiliki pembawaan tenang, juga menyenangkan.
"So, umur berapa?" tanya Juno kemudian.
"I'm turning 23 on Wednesday," jawab Nadine ceria.
Alis Juno terangkat. "Tiga hari lagi?"
Nadine mengangguk sambil tersenyum lebar. "Kalau kamu? Umur berapa?"
"Dua tahun aja di atas kamu," jawab Juno mantap.
"Ah, baiklah."
Juno mengacak rambut Nadine dengan gemas dan lembut, lalu menatapnya penuh arti. "Berhubung kamu mau ultah, dan kita nggak bakal bisa ketemu lagi, sini ikut aku."
Nadine tersentak saat Juno sudah mencengkeram pergelangan tangannya dan menariknya pelan agar mengikuti langkahnya. "Eh, mau kemana?"
"Traktir kamu," jawab Juno senang.
"Eh, yang ultah kan aku, jadi aku yang bayar aja," balas Nadine.
"Fine! Kamu bayar makan, aku cariin kado buat kamu," sahut Juno yang spontan membuat langkah Nadine berhenti dan menatapnya bingung.
Tertegun, juga merasa ragu dengan perhatian yang sebesar itu dari orang asing seperti Juno. Dia juga tidak menyangka jika Juno ingin memberikan sesuatu padanya.
"Kenapa?" tanya Nadine.
"Kenapa apanya?" tanya Juno heran.
"Kamu baik banget sama aku yang baru kamu kenal seminggu," jawab Nadine tanpa ragu.
Juno mengerjap, lalu tertawa hambar seperti memahami maksud Nadine, dan menggeleng pelan. "Kamu takut aku bakalan jahatin kamu? Atau berpikir aku akan culik kamu, gitu?"
Nadine tidak menjawab dan hanya menatap Juno sambil memperhatikan ekspresi pria itu saat ini. Juno tidak tampak seperti orang jahat, juga tidak mungkin melakukan kebaikan yang manipulatif untuk mendapatkan perhatian dari lawan bicaranya. Namun, penilaian singkat bisa saja salah, demikian pikiran Nadine.
"Aku nggak akan macam-macam sama kamu, Nadine. Aku memang orang asing, dan kamu memang perlu waspada, tapi jangan sampai salah penilaian. Trust me, I never did a criminal, but hate it. Malahan, kriminal itu bisa aku basmi, ya basmi sekalian biar hidup lebih tenang dan damai," ujar Juno menjelaskan.
Nadine mengangguk setuju dan merasa mulai tenang. "Okay, sorry. Aku agak awkward kalau ketemu orang baru yang langsung deket kayak gini."
"It's okay, udah sewajarnya kamu kayak gitu. Resiko jadi cewek cakep emang gitu, harus aware dengan hal yang kayak begini," balas Juno penuh pengertian.
Nadine memalingkan wajah karena merasakan rona panas di kedua pipi, dan enggan melihat ekspresi Juno yang begitu hangat karena mempengaruhi detak jantungnya yang tiba-tiba bergemuruh cepat.
"Yuk, kita jalan sekarang, supaya kamu nggak pulang kemalaman," ajak Juno sambil merangkul bahunya dan memimpin langkah.
Nadine mengangguk dan membiarkan Juno menggenggam tangannya untuk berjalan bersisian. Untuk pertama kalinya, Nadine merasakan kehangatan yang tidak pernah didapatinya dari oranglain, dan terasa begitu menyenangkan.
Kebersamaannya dengan Juno memberi kesan yang berarti, membuat Nadine tidak berhenti untuk terus tersenyum di sepanjang hari itu, dan mendapati jika dirinya merasakan hal lebih dari sekedar ketenangan, yaitu kenyamanan.
Dan seperti biasanya, pengawasan terjadi di sekitar Nadine, tanpa disadari olehnya, sehingga tidak akan menyangka jika sesuatu yang besar sudah menunggunya dalam amarah yang tertahan, dan seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Terkadang, orang asing bisa lebih dekat dan membuat kita lebih menjadi diri sendiri ketimbang orang terdekat loh.
Jadi, jangan suudzon dulu 🙃💜
Kalau boleh jujur, aku lebih pilih Juno 🥺
24.03.21 (20.30 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top