PART. 3 - WELCOME HOME
Efek si Anak Bungsu live tadi, jadilah lancar di sini.
Happy Reading 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Lu yakin nggak bangunin Nadine buat dinner? Ini udah malem loh," tanya Wayne untuk kesekian kalinya.
Setelah makan malam usai, mereka berempat melanjutkan obrolan di gazebo yang ada di backyard, sementara para istri dan anak sudah menuju ke kamar untuk beristirahat. Berbulan-bulan tidak bertemu, membuat mereka seolah tidak ingin menyia-nyiakan waktu untuk bertukar cerita.
"Biarin aja," ujar Adrian dengan jawaban yang sama untuk kesekian kalinya.
"Untuk orang yang punya empati dan perhatian yang kelewat batas, sepertinya ini adalah pertama kalinya lu kelewatan. Ada masalah apa dengan Nadine sampai lu jadi orang yang beda gini, Dri?" tanya Christian heran.
"Long story. Intinya, hubungan gue dengan dia nggak seperti apa yang kalian pikirkan. Mungkin dia terlihat kayak malaikat, tapi nggak gitu. Dia jauh dari kata baik," jawab Adrian.
"Katakan dia pernah jahat sama lu, tapi itu dulu, Dri. Sekarang lu udah jauh lebih dewasa dan terlalu tua untuk bersikap childish dengan mau membalas dia kayak gini," komentar Nathan dengan tatapan naik turun seolah menilai.
Terdiam, Adrian memainkan sloki yang masih terisi setengah dengan tatapan menerawang. Jujur saja, dia tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat ini. Kedatangan Nadine yang begitu tiba-tiba sungguh mengejutkan. Di samping itu, ayahnya dan Om Gordon memberi izin pada wanita itu untuk mendatanginya. Tentu saja, ada hal yang perlu dijelaskan, dan Adrian merasa berhak untuk menuntut penjelasan, tapi tidak sekarang. Tidak saat seperti ini, dimana seharusnya dia bersenang-senang dengan para sahabatnya.
Terhitung sudah tiga tahun, Nadine tidak memberi kabar, juga dirinya yang enggan untuk mencari karena melihat bagaimana orangtuanya berkelit, menghindari pembicaraan tentang Nadine, juga keluarga dari pihak Nadine sendiri. Ada rasa marah, juga tersinggung, mengingat dirinya yang bukan orang biasa bagi Nadine. Yeah, mereka adalah teman baik, bahkan lebih dari saudara.
"She was my bestfriend. Four years younger, smart, lovely, and nerdy," ujar Adrian akhirnya, lalu menyesap sisa whiskey-nya dengan pelan.
Ketiga temannya masih terdiam, memberinya waktu untuk melanjutkan, dan tidak berusaha untuk mengalihkan topik pembicaraan seperti saat di ruang makan. Memang sudah waktunya untuk berbicara karena ketiga temannya bukanlah orang yang pandai bersandiwara dan pasti akan menuntutnya untuk bersuara.
"Bokap gue dan bokap Nadine adalah temen baik yang udah kayak saudara. Kita sering bareng, kemana pun bareng. Tapi, dia pergi tanpa kabar dan gue masih belum tahu alasannya. Kalau dia cuma sekedar fling, gue juga bodo amat. Ini tuh udah kayak adek sendiri. Kesel banget lah," lanjut Adrian dengan nada ketus.
"Kok gue agak familiar dengan kasus macam gini, ya?" celetuk Nathan sambil menoleh pada Christian.
"Sebelum dia pergi, lu sempet pake dia, gak?" tanya Christian yang langsung mendapat sambitan sloki dari Adrian, tapi langsung ditangkap olehnya.
"Jangan samain hidup gue sama lu!" desis Adrian tajam.
Christian tergelak. "Kok jadi sensi gitu sih?"
"Tian, bukan saatnya bercanda!" tegur Wayne dengan alis terangkat, dan Christian langsung berdecak malas.
"Gue salah lagi, kan?" keluh Christian sambil bersidekap dan merengut.
"Selain itu, dia berubah banget. Total malah," ucap Adrian setelah semuanya kembali terdiam.
"Berubah dalam hal?" kini giliran Wayne bertanya.
"She's nerdy and conservative. Kepang dua, kacamata tebal, cupu, juga lola banget. Ngomongin tentang fashion terkini atau sesuatu yang viral aja nggak nyambung, tapi jenius banget kalau udah bahas teori kuantum. But, look at her now!" jawab Adrian bingung.
"Ada yang aneh kalau dandanan orang jadi berubah? Man, you said that she was conservative, but look at you now! Orang bisa berubah seiring berjalannya waktu, termasuk hobi dan fashion. Kayak lu misalnya, mendadak jadi K-Pop Idol yang kulitnya licin sampe bikin nyamuk minder kalau mau nemplok," tukas Christian ketus.
Adrian mendengus sambil menatap Christian tajam. "Gue paham maksud lu, tapi Nadine itu beda. She's the kind of keep goes straight even the world goes crazy, Man."
Nadine adalah wanita yang polos dan apa adanya. Tidak pernah mengeluh, mengikuti tren, atau melakukan hal yang umum dilakukan. Jika pergi pun, selalu mengekori Adrian. Juga, Nadine sering menyuarakan cita-cita masa kecil seperti menginginkan Adrian menjadi calon suaminya. Tidak sedikit juga yang berpikir jika mereka berdua memiliki hubungan dekat karena seringnya bersama, seperti belajar bersama, hingga berangkat sekolah bersama.
Komunikasi mereka terhambat saat Adrian memutuskan untuk melanjutkan kuliahnya di Oxford, sementara Nadine tetap di Jakarta untuk menjalani masa SMU. Awal kepergiannya, mereka masih sering bertukar kabar lewat telepon atau pesan singkat, hingga kemudian, Adrian yang mulai sulit mengatur waktu untuk melakukan komunikasi rutin karena jadwal kuliah yang padat dan perbedaan waktu.
Semenjak kepulangannya ke Jakarta sekitar tiga tahun lalu, Adrian tidak lagi melihat Nadine. Menurut ayahnya, Nadine melanjutkan pendidikan di US, tanpa memberitahukan dimana dirinya berkuliah. Juga, Nadine tidak memberi kabar, dan sama sekali tidak menanyakan keadaannya. Lagi pula, dimana dirinya saat gue membutuhkan kehadirannya? pikir Adrian masam.
"At least, that's a good thing," ucap Wayne, yang sukses membuyarkan pikiran Adrian.
"Alright, I'm done! Gue yakin Adrian butuh waktu buat mikir dan tenangin diri karena nggak cuma terima kedatangan kita yang bikin dia senang, tapi kejutan berupa bonus kedatangan dari teman lama. Besok lanjut, deh. Gue capek," seru Nathan sambil beranjak, lalu kemudian menguap.
"Yeah, kalian memang harus istirahat. Besok, kita akan mulai jalan-jalan," sahut Adrian sambil ikut beranjak, diikuti Wayne dan Christian.
Tepukan ringan mendarat di bahu, dan itu dari Christian. "Just be nice. Being jerk doesn't suit you, Buddy."
Adrian hanya tersenyum dan mengangguk sebagai balasan.
"This reunion will be fine and fun," tambah Wayne sambil terkekeh.
Adrian tidak membalas selain mengantar ketiga temannya hingga ke lantai atas, lantai dimana kamar mereka berada. Mengawasi mereka hingga memasuki kamar, Adrian masih berdiri selama beberapa saat.
Kemudian, Adrian berbalik untuk berjalan menuju ke sisi koridor lain, lalu berhenti di sebuah kamar yang berada tepat di sebrang kamarnya, dan mencoba mengetuk pintu dengan pelan. Sekali. Dua kali. Tiga kali. Tidak ada tanggapan, atau jawaban yang diinginkan.
Dengan sangat hati-hati, Adrian memutar kenop pintu dan kegelapan menyapanya. Keningnya berkerut sambil memicingkan mata untuk melihat lebih jelas dari ambang pintu. Tampaknya, Nadine masih terlelap dan tidak menyalakan lampu sama sekali. Weird, pikirnya. Nadine bukanlah orang yang bisa tidur lelap jika kamar dalam keadaan gelap.
Sudah mengenal tata letak kamar, Adrian melangkah masuk dan menyalakan lampu kecil yang berada di ataa nakas. Setelah itu, dia baru bisa melihat bahwa Nadine masih begitu lelap. Wajahnya memang terlihat lelah, sedikit pucat, namun begitu damai. Tanpa sadar, Adrian tersenyum melihatnya dan sudah mengangkat satu tangan untuk membelai sisi wajah Nadine dengan lembut.
Ada kerinduan yang terasa dalam hati, juga keinginan untuk memeluk, namun rasa sungkan mendominasi. Adrian tidak menyangka jika Nadine yang dikenalnya dulu, kini tampak berbeda seolah dirinya sudah tidak mengenalnya lagi. Namun, itu bukan masalah, pikirnya. Yang menjadi masalah adalah Nadine yang masih terlelap dan belum mendapatkan makan malamnya.
Sebelum membangunkan Nadine, Adrian berpikir jika dia perlu menyiapkan sesuatu untuk bisa dinikmati Nadine sebagai makan malam. Menoleh untuk melihat ke arah jam dinding, waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam.
"Dari dulu emang suka nyusahin," gumam Adrian sambil menoleh pada Nadine yang masih terlelap.
Tidak ingin menunda waktu lebih lama, Adrian segera beranjak untuk membuatkan makan malam, tapi sebelumnya, dia sudah lebih dulu memberi kecupan lembut di kening Nadine, sambil berbisik, "Welcome home."
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku nggak bisa berhenti senyum kalau nulis cerita ini.
Kayak yang udah terlalu halu gimana sih? Hehe.
03.02.21 (18.50 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top