PART. 13 - DELIBERATION
Aku berusaha untuk update rutin walau belum dapet jadwal tetap karena memang sangat sibuk.
Buat yang nanyain cerita lain, sabar ya, satu persatu.
Karena menulis hanya sekedar meluangkan hobi, bukan prioritas.
Happy Reading. 💜
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
"Aku ngantuk banget," gumam Nadine saat mereka sudah tiba di cottage setelah menghabiskan waktu dan sarapan di Seongsan Sunrise Park tadi.
"Kamu lanjut tidur aja, nanti aku bangunin karena pesawat balik ke Seoul nanti sore," balas Adrian sambil melepas sabuk pengaman, lalu membantu Nadine untuk melepas sabuk pengamannya.
Nadine mengangguk dan tidak membalas. Wanita itu benar-benar mengantuk dan kelelahan. Sekeluarnya dari mobil, mereka disambut dengan tatapan ingin tahu dari teman-temannya yang sepertinya masih menikmati sarapan, juga senyuman penuh arti.
Adrian mengabaikan mereka dengan terus berjalan melewati sambil merangkul Nadine menuju ke kamarnya. Begitu tiba di kamar, Nadine melepas jaket Adrian, menaiki ranjang, menarik selimut, dan langsung merebahkan diri sambil tersenyum pada Adrian yang sudah duduk di tepi ranjang.
"Aku bobo dulu ya," ucap Nadine sambil memejamkan mata dan tidak membutuhkan waktu lama untuknya langsung terlelap.
Adrian memperhatikan Nadine selama beberapa saat, lalu mengusap kepalanya dengan lembut dengan tatapan menerawang. Banyak sekali perubahan, juga beberapa hal yang menjanggal. Adrian tidak suka dengan ketidaknyamanan yang terasa begitu kuat dalam hati dan pikirannya saat ini.
Setelah memastikan kenyamanan Nadine dengan membetulkan selimut dan mencium pucuk kepalanya, Adrian pun segera keluar dari kamar dan menatap tiga temannya yang terlihat sedang menunggu.
"Lu bertiga bangke banget jadi temen? Nggak bisa sabar buat duduk di sofa ketimbang nunggu depan pintu?" cetus Adrian sengit.
Christian yang pertama kali memberi respon dengan tertawa pelan, sementara Nathan dan Wayne masih bersikap tenang namun tidak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya dari sorot mata mereka.
"Kita penasaran karena lu lama banget. Kan kasian kalau ditolak," celetuk Christian geli.
"Ya pasti mau lah, mana mungkin dia nolak gue," balas Adrian sombong.
Ketiganya langsung berseru dan memeluk Adrian secara bergantian, mengekspresikan betapa mereka bersyukur karena Adrian tidak lagi sendirian. Ckck, sungguh sangat tidak diperlukan, batin Adrian malas.
"Can we talk?" tanya Adrian sambil menoleh ke ruang tengah untuk memastikan jika para istri temannya sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
"Sure," jawab Wayne.
Adrian memimpin langkah untuk menuju ke beranda dimana terdapat gazebo untuk mereka bisa berbicara di sana.
"Sunrise-nya bagus di sana?" tanya Nathan sambil duduk di samping Wayne yang sudah lebih dulu duduk sambil menyalakan Ipad.
"Of course, bagus banget, tapi gue mau ngomong sama kalian bukan tentang reka ulang soal apa yang gue lakuin sama Nadine di sana," jawab Adrian dan Christian langsung berseru kecewa.
"Kok lu nggak asik banget sih, Dri? Kita udah bantu banget loh, tapi masa nggak mau cerita?" keluh Christian kecewa.
"She accepted the gift, also me. End of the story," ucap Adrian lugas. "Saat ini, gue butuh bantuan kalian."
"Bantuan untuk apa? Mukulin orang? Sini! Gue hajar!" balas Nathan cepat, yang langsung membuat Wayne dan Christian berdecak malas.
"Nggak gitu, Than. Gue nggak mau lu main kekerasan. Urusan sama Ethan waktu itu adalah yang terakhir, ingat?" sahut Adrian sambil menggeleng.
Nathan berdecak malas dan bersandar dengan ekspresi kecewa.
"What happened. Dri? Is everything alright?" tanya Wayne kemudian.
"That's the problem," jawab Adrian cepat.
Kemudian, Adrian menceritakan semua yang menjadi beban pikiran dan sesuatu yang menjanggal terkait kedatangan Nadine kali ini. Seorang Nadine yang kutu buku, yang sama sekali tidak mengikuti perkembangan zaman, juga memiliki kebesaran hati yang tidak terkira, tidak mungkin melupakan dirinya yang adalah sosok terdekat hanya karena sibuk belajar.
Perhatian, penyayang, dan penuh kasih. Kebaikan hatinya diatas rata-rata, dan akan menjadi orang pertama yang menawarkan bantuan. Dan ketika Adrian mengalami musibah beberapa tahun lalu, Nadine tidak ada untuk dirinya. Nadine pergi tanpa kabar, bahkan tidak bisa dihubungi olehnya. Sementara itu, ayah Nadine, Gordon Wirawan, serta ayahnya yaitu Raymond Kim, adalah sahabat dekat yang memiliki hubungan baik layaknya saudara.
Baik Gordon dan Raymond tidak memberi penjelasan dan selalu menghindar, atau bisa dibilang keduanya menjadi sulit untuk didekati oleh Adrian. Di setiap pertemuan, Adrian tidak bener-benar memiliki kesempatan untuk mendekat atau berdua saja dengan salah satu diantara mereka. Well, itu terjadi sejak dirinya keluar dari rumah sakit.
"Jadi, lu curiga kalau bokap lu ada maen sama bokap Nadine?" tanya Christian dan Adrian mengangguk.
"Mungkin kalian nggak direstui, makanya sengaja dipisahin dengan alasan Nadine sibuk kuliah," tebak Nathan yang langsung mendapat timpukan bantal dari Christian dengan gemas.
"Otot gede ternyata nggak bikin otak lu gede juga, Than. Lu tolol atau gimana? Udah nggak zaman pisahin anak karena nggak dikasih restu. Dibawa kabur atau sengaja dikirim ke tempat jauh itu mungkin aja," sahut Christian ketus.
Adrian dan lainnya langsung menoleh pada Christian dengan alis terangkat.
"Lu curhat, Tian?" tanya Wayne sambil terkekeh geli.
Christian hanya berdecak dan bersidekap sambil menatap Adrian. "Jadi, maunya lu tuh gimana, Dri?"
"Gue mau cari tahu soal itu, dan dimulai dari bokap gue," jawab Adrian sambil menatap ketiganya secara bergantian. "Karena itu, gue mau kalian bisa bantu untuk jaga Nadine di Jakarta."
"Lu nggak ikut balik?" tanya Christian kaget dan Adrian menggeleng.
"Dia ada dalam pengawasan gue, selama dia pake gelang yang gue kasih. Tapi tetep, gue butuh kalian untuk bisa jagain dia. Minimal, dia jangan sampe sendirian, karena gue nggak mau dia main kabur kayak dulu," lanjut Adrian dan semuanya mengangguk.
"Kenapa nggak minta bantuan sama orang kepercayaan bokap lu? Si Yoo-Jin itu?" tanya Nathan heran.
Adrian langsung menggeleng cepat. "Gue lagi mau cari tahu sesuatu, dan gue nggak mau minta bantuan apapun dari orangnya bokap karena pasti ketahuan. Gue perlu mastiin dan kalau udah dapet apa yang gue mau, gue langsung balik Jakarta."
Nathan mengangguk dan menatap Adrian dengan serius. "Lu yakin nggak butuh bantuan buat gebukin atau bikin cacat orang, Dri?"
Yang lainnya langsung berdecak dan Adrian hanya bisa menghela napas lelah.
"Beban hidup lu kurang banyak atau gimana, Than? Kepengen banget cari perkara baru setelah bikin kita susah waktu itu? Udah jadi suami, harus mikir panjang buat jadi contoh, apalagi kalau misalkan Lea hamil," sewot Wayne dengan nada kesal.
"Gue kan cuma nanya, Wayne," elak Nathan santai.
"Lu bukan nanya, tapi emang cari-cari," celetuk Christian sinis.
"But, don't worry about Nadine, Dri. Itu cewek-cewek lagi ada project make over Nadine, yang artinya mereka bakalan sering janji ketemuan," ucap Wayne kemudian.
Adrian mengangguk dan terdiam selama beberapa saat. Tidak ada lanjutan pembicaraan karena topik mereka sudah berubah menjadi hal lain. Setidaknya, Adrian bisa bernapas dengan lega karena teman-temannya akan menjaga dan mengawasi Nadine saat dirinya masih berada di Seoul.
"Dri, kalau nggak salah, si Nadine punya blog pribadi yang namanya LookAlikeFoodism, ya?" tanya Wayne tiba-tiba dan sukses membuat pikiran Adrian terbuyar.
Mengangkat tatapan, Adrian melihat Wayne dan Nathan yang duduk bersebelahan sudah menatapnya dengan tatapan berkilat tajam. Christian yang duduk di sebelah Adrian segera beranjak dari tempatnya dan berhenti tepat di sisi Wayne, lalu memiringkan kepala untuk melihat layar iPad Wayne.
"Kayaknya iya, emang kenapa?" tanya Adrian dengan satu alis terangkat.
Christian mengulum senyum setengah sambil menggelengkan kepala dan kembali duduk di posisi semula, sementara Wayne dan Nathan tidak memberikan ekspresi yang berarti.
Mendengus pelan, Adrian segera mengambil ponsel dari saku celana, membuka layar, dan mencari blog yang dimiliki Nadine, lalu menatap layar ponsel dengan ekspresi tidak suka, namun sikapnya cukup tenang.
Bukan tautan pribadi, melainkan sebuah repost sekitar sejam yang lalu oleh Nadine dari pengirim yang bernama AngleFreakDotCom. Sebuah foto yang menampilkan Nadine sedang duduk di rerumputan, yang diyakini Adrian yaitu taman kota yang berada di pinggir sungai Han. Nadine tampak serius menatap kameranya di dalam foto itu.
Terdapat sebuah tulisan berupa: "For the girl who has the sunrise on her face, who has that beautiful smile, and who always remind me about say something today. Happiest birthday, Nadine. It's so nice to see you, and good to know you. Love, J."
Kembali mendengus, Adrian sangat tidak suka dengan pria yang bernama Juno itu, diam-diam mengambil foto Nadine saat mereka bepergian bersama. Dia akan memastikan Nadine tidak akan pernah bertemu dengan pria sialan itu.
"Kalian merasa familiar dengan muka cowok yang kenalan sama Nadine, gak?" tanya Christian kemudian.
"Kita liatnya agak jauh waktu itu, jadi nggak gitu jelas," jawab Wayne.
"Gue nggak tahu kenapa merasa familiar sama mukanya. Kayak pernah liat, tapi lupa dimana," balas Christian.
"Kayaknya lebih muda atau seumuran sama Adrian," cetus Nathan sambil menatap Adrian dengan ekspresi serius. "Perlu gue beresin tuh cowok biar jangan ganggu cewek lu, Dri?"
"Eh, Anjir, lu kenapa, sih?" decak Christian kesal.
"What? Gue cuma nanya," balas Nathan dengan nada tidak terima.
"Nggak kayak gitu, Bangke!" sahut Christian semakin kesal.
"Kebanyakan adu bacot, gue rasa kalian berdua bisa kena karma nanti," celetuk Wayne sambil menatap sinis keduanya secara bergantian.
"Adek ipar lu tuh daritadi cari gara-gara," seru Christian sambil menunjuk Nathan.
"Gue cuma nanya tapi lu yang emosian," balas Nathan tidak mau kalah.
"Akan sangat lucu kalau kalian berdua bakalan kena karma barengan," gumam Adrian sambil menggelengkan kepala.
"Karma kayak gimana?" celetuk Christian keki, sama sekali tidak senang dengan ucapan Adrian barusan.
"Jadi besan, misalnya," sahut Wayne langsung.
Christian dan Nathan sama-sama meringis tidak terima.
"Intinya, gue mau kalian jagain Nadine, dan jangan sampe dia ketemu sama cowok yang namanya Juno-Juno ini," tegas Adrian kemudian.
"Nadine masih tinggal bareng sama ortunya pas di Jakarta, right?" tanya Wayne dan Adrian mengangguk.
"Harusnya lu nggak usah kuatir karena udah pasti bokapnya bakalan jagain dia," sahut Wayne.
"Dia juga bakalan magang di kantor bokapnya nanti," tukas Adrian.
"Ah elah, Dri. Kayak gitu mah nggak usah dijagain, udah ada yang bisa jagain. Udah pasti ada supir antar jemput, atau palingan Nadine bareng sama bokapnya," cetus Nathan.
"Kenapa lu sewot, Than? Lu nggak terima kalau ada member baru yang masuk BBC kayak kita?" tanya Christian dengan nada mengejek.
"BBC?" tanya ketiganya sambil menatap Christian bingung.
"Bucin-bucin club," jawab Christian ngakak.
Semuanya langsung tergelak dan beranjak dari duduknya masing-masing.
"Thanks buat kalian, tapi sekarang kita harus siap-siap, supaya bisa mampir buat belanja sebelum ke bandara," ujar Adrian dan ketiganya mengangguk sambil mengikutinya untuk kembali ke cottage.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Aku punya temen yang 11 12 kek Nathan karena mudah emosian.
Orangnya tinggi besar, paling ditakutin karena kek preman gitu.
Kalau aku atau temen cewek lainnya abis putus, dia pasti nawarin diri buat tonjok orang. 🤣
Kiranya reuni keempat cowok ini bisa memberi sedikit kebahagiaan buat kalian hari ini.
Jangan lupa, bahwa ada hal baik dalam kondisi atau situasi terburuk.
Yang terpenting adalah tetap lakukan yang terbaik dan selalu bersyukur ya.
I purple you. 💜
Punya cowok sempurna kek gini, aku rela banget deh diposesifin dan dicemburuin terus. #EH? 🤣
17.11.21 (23.00 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top