Part 18 - Busy Monday and Bastard Wayne

Voting terbanyak : Wayne.

Etapii, Nick juga sama banyaknya.
Itu artinya : aku akan update Nick juga untuk menutup minggu ini 😏

Happy Reading 💜



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Memulai aktifitas di awal minggu adalah kesibukan yang tidak bisa dihindari dan sangat menjengkelkan bagi Cassandra. Membuat laporan mingguan untuk Mexindo, mengikuti rapat internal di Bumi Tekindo, melakukan diskusi perihal perkembangan proyek yang sedang berjalan, dan sampai melewatkan jam makan siang.

Menghela napas dan bersandar di punggung kursi sambil memejamkan mata, Cassandra merasa begitu lelah. Perutnya mulai bergemuruh lapar tapi enggan untuk membeli makanan karena masih banyak yang harus dikerjakan. Membuka mata dan segera beranjak untuk mengambil dokumen, lalu memesan teh manis hangat ketika berpapasan dengan OB.

"Apakah ini sudah valid dan sudah mendapatkan konfirmasi dari pihak pelaksana?" tanya Cassandra kepada asisten pribadi Wayne, yaitu Grace.

"Sudah, Bu. Pihak kami sudah survey lokasi bersama dengan Kepala Desa dan Bupati Daerah. Mereka sudah membicarakan tentang persetujuan warga untuk menjual tanah kepada perusahaan. Tinggal negosiasi harga saja," jawab Grace menjelaskan.

Cassandra mengangguk sambil membaca lembar per lembar dokumen yang sudah disetujui perihal rencana pembersihan lahan untuk segera dilakukan pengerjaan konstruksi. Kemudian, menoleh pada pintu ruangan Wayne dengan tatapan menilai.

"Apakah Pak Wayne masih ada meeting di luar?" tanya Cassandra dengan gugup, mendadak merasa tidak enak hati ketika menanyakan hal itu sekarang.

Setelah dilamar di hari Sabtu, Cassandra menghabiskan waktu bersama dengan Wayne di hari Minggu. Pria itu benar-benar memenuhi janjinya untuk menjemput setelah bermain golf dengan kolega, menikmati makan siang bersama, dan menonton film setelahnya. Dan hari itu diakhiri dengan memasak makan malam yang diperbantu oleh Wayne.

Meski Wayne sudah memberitahunya perihal meeting penting yang harus dilakukan di luar kantor kemarin, tapi Cassandra terus menunggu kehadiran Wayne. Ingin menelepon, tapi tidak ada yang ingin dibicarakan. Ingin mengetik pesan, tapi takut mengganggu. Cassandra menjadi bingung dengan kegelisahan yang dirasakan di sela-sela kesibukan yang dijalaninya.

"Bapak belum kasih kabar, Bu. Terakhir katanya masih di DJM untuk bahas investasi proyek pertambangan. Ini saya masih urusin dokumen beliau karena besok ada RUPS di Bandung," jawab Grace sambil menghela napas.

"Dia sibuk banget yah?" tanya Cassandra dengan suara bergumam.

Grace mengangguk. "Iya, Bu. Bapak gila kerja, tapi saya salut dengan beliau yang bisa handle semua proyek. Orangnya jago ngelobi dan semua kolega juga sangat menghargai beliau. Makanya nggak heran kalau beliau sudah sukses di usia muda."

Cassandra tidak bisa menahan senyuman yang mengembang begitu saja di wajahnya. Merasa bangga dan senang dengan adanya nilai lebih yang bisa diketahuinya lewat asisten pribadi yang sudah bekerja pada pria itu selama lima tahun.

"Okay, Grace. Terima kasih untuk konfirmasi dan dokumen ini, selebihnya biar saya yang handle dan kamu bisa lanjutin kerjaan kamu," ujar Cassandra hangat.

Grace mengerutkan alis sambil menatapnya dengan seksama. "Ini sudah jam tiga, Bu. Saya belum lihat Ibu makan."

"Nanti aja, lagi nanggung," balas Cassandra.

"Tapi tetap harus makan, Bu. Kalau Bapak tahu ada yang telat makan cuma gara-gara urusin kerjaan, beliau pasti marah. Mau saya suruh Yono untuk belikan makan siang di kafe bawah?"

"Siapa yang jam segini belum makan?"

Deg! Suara Wayne yang terdengar lantang menyela pembicaraan mereka, spontan keduanya menoleh dan mendapati Wayne sudah berdiri tidak jauh dari meja Grace. Ekspresi Wayne yang ditampilkan saat ini tampak kacau dan jenuh.

"Mmmm, tadi itu...," Grace kelabakan dalam memberi jawaban ketika tatapan Wayne menghunus tajam ke arahnya.

"Saya, Pak," sela Cassandra mengambil alih jawaban.

Sorot mata Wayne yang tajam kini mengarah pada Cassandra. Alis berkerut dan ekspresi tidak suka terpancar di wajah rupawannya. Menahan napas saat melihat pria itu secara langsung, Cassandra merasakan kerinduan yang datang tanpa permisi. Rasa lelahnya menguap entah kemana, berganti dengan kelegaan yang terasa menyenangkan.

"Ada kerjaan apa yang bikin kamu sampe belum makan? Emangnya nggak bisa ditinggal sebentar dan dilanjutkan setelah makan?" tanya Wayne ketus, lalu kembali mendelik tajam ke arah Grace dengan tatapan menuduh.

Bergeser untuk menutupi posisi Grace dari pandangan Wayne, Cassandra menatap Wayne dengan rasa gugup yang sudah menjalar di punggungnya. "Tadi lagi nanggung dan...,"

"Grace! Suruh OB beliin makanan!" sela Wayne tajam. "Saya nggak mau ada yang sakit, cuma gara-gara urus kerjaan di kantor saya! Kalau saya lagi ada urusan diluar, pesenin katering buat Cassandra dan pastiin dia makan! Atau kalau perlu, kamu ajak dia makan bareng!"

Kebingungan. Cassandra mengerjap tidak percaya melihat Wayne yang langsung berjalan menuju ruangannya begitu saja tanpa perlu mendengar penjelasan Cassandra. Sebuah tepukan ringan seolah menenangkan terasa di balik punggungnya, dan itu dari Grace.

"Sabar yah, Bu. Bapak emang begitu kalau lagi capek atau mumet. Tapi entar juga baik sendiri," ujar Grace penuh simpati. "Ibu mau makan apa? Saya suruh Yono belikan."

"Tapi saya nggak...,"

"Makan dikit aja yah. Sandwich aja gimana? Kita kudu cari aman supaya Bapak nggak ngamuk. Perintahnya adalah mutlak di sini. Udah dikasih tahu sekali, harus dijalanin. Sistimnya beliau kayak gitu, biar semua disiplin," sela Grace dengan lirih.

"Oke. Sandwich aja kalau gitu," ujar Cassandra pasrah.

Tidak ingin menambah beban pekerjaan Grace, juga merasa aneh dengan perhatian Wayne terhadap staff kantornya, Cassandra memilih untuk kembali ke ruang kerja. Melakukan konfirmasi pada kantor pusat, menelepon pihak legal untuk segera mengurus dokumentasi, dan melanjutkan sisa pekerjaannya di hari itu.

Ketukan pelan terdengar dan itu adalah Yono, OB yang diutus Grace untuk membelikan sandwich-nya. Setelah mengucapkan terima kasih, orang itu berlalu dan Cassandra menikmati makan siang tertunda tanpa minat. Saat dia mengunyah, pintu ruangannya terbuka dan Wayne datang menghampirinya sambil membawakan secangkir minuman.

"Buat kamu," ujar Wayne sambil menaruh cangkir itu, yang ternyata adalah coklat hangat.

Memperhatikan minuman itu selama beberapa saat, lalu mendongak untuk menatap Wayne dengan bingung. "Coklat?"

"Supaya perutnya nggak kaget," balas Wayne sambil mengangguk. "Telat makan itu nggak bagus buat perut kamu. Sakit maag itu bahaya, apalagi kalau udah ada asam lambung. Adikku, Lea, itu udah langganan sakit maag gara-gara lupa makan karena sibuk."

"Karena itulah kamu sewot kalau ada yang telat makan gara-gara kerja?"

"Iya. Soalnya ribet ngurusinnya," jawab Wayne ketus sambil duduk di kursi yang ada di sebrang meja.

Bersandar di punggung kursi sambil menatap Wayne dengan seksama, pria itu tampak sibuk dengan ponselnya dan melakukan sambungan telepon. Berbicara dengan suara rendah dan terdengar santun, sorot matanya yang teduh kian menajam seiring dengan penekanan dalam nada suaranya.

Cassandra segera menggigit sandwich ketika Wayne memberi kode agar dirinya melanjutkan ritual makan, dengan pelototan tajam sambil menunjuk makanannya. Untung saja porsi sandwich itu tidak terlalu besar sehingga Cassandra bisa menghabiskannya dengan cepat.

"Saya nggak mau ada kesalahan sedikit pun, baik dari segi teknikal atau administrasi. Semua sudah dibahas sejak sebulan yang lalu dan harusnya diperbaiki jika ada yang nggak beres!" desis Wayne pelan.

Meraih cangkir dan menyeruput minuman itu, Cassandra mendengarkan pembicaraan Wayne dalam diam. Sepertinya tidak hanya dirinya yang mengalami hari Senin yang menjengkelkan, tapi Wayne juga. Pria itu tampak berbeda jika sedang bekerja. Bersikap profesional dan penuh tanggung jawab, tegas dan penuh kendali. Lain halnya jika berdua saja seperti kemarin, Wayne lebih santai dan ceria.

Tidak mengerti bagaimana pria itu bisa memposisikan diri dalam karakter yang berbeda, pengendalian diri Wayne patut diacungi jempol. Tidak heran jika Wayne menjadi pribadi yang membawa kesenangan dan ketenangan bagi orang sekitarnya.

"Udah kenyang?" tanya Wayne setelah menyudahi teleponnya.

Cassandra mengangguk sebagai jawaban.

"Kerjaan kamu masih banyak, 'gak?" tanya Wayne lagi.

"Tinggal sedikit lagi. Kenapa?"

Menghela napas sambil mengusap kening, Wayne terlihat begitu lelah. "Ada relasi dari Palembang yang nyebelin banget, besok mereka akan datang kesini untuk diskusi internal. Hendrik masih cuti karena lagi check-up di Penang, sedangkan besok pagi, ada RUPS yang harus aku hadiri di Bandung."

"Terus?"

"Terus nggak ada yang bisa wakilin aku untuk temuin relasi kampret itu. Mau nggak mau, harus Grace yang ketemuin mereka."

"Lalu?"

"Tadinya Grace yang bakalan dampingin aku ke Bandung karena butuh dokumen yang harus disiapkan untuk presentasi, sedangkan aku paling bego soal administrasi. Jadi, aku butuh kamu."

Mata Cassandra melebar kaget dan tertegun menatap Wayne. "A-Aku? Ke Bandung sama kamu?"

Wayne mengangguk. "Jadi, bisa tolong konfirmasi ke pihak Mexindo untuk take over kerjaan kamu selama dua hari? Grace akan bantu kamu dalam siapin dokumen dan akan jelasin apa aja yang perlu kamu susun nantinya."

"Emangnya nggak ada orang lain yang bisa temenin kamu? Maksud aku...,"

"Jadi, kamu mau nolak kalau Bos minta tolong?" sela Wayne tajam.

Deg! Cassandra mengerjap gugup sambil menggelengkan kepala. Tidak menyukai ekspresi masam yang ditampilkan Wayne dan merasa sedikit tertekan dengan sikapnya yang otoriter.

"Aku minta tolong, Cassie. Aku juga udah capek dan mumet banget hari ini. Kalau kamu udah kelar, langsung ke Grace aja karena sekarang aku baru mau kasih tahu dia," ujar Wayne dengan nada pelan.

"Okay," balas Cassandra sambil mengangguk.

"Karena rapatnya dimulai jam 9 pagi dan aku nggak kepengen bangun subuh, jadi aku mau berangkat malam ini. Setelah urusan dokumen udah kelar, kamu langsung balik aja buat siap-siap, nanti malem aku jemput," tukas Wayne sambil beranjak berdiri dan mengulaskan senyuman tipis. "Aku keluar dulu, ada urusan mendadak."

Wayne mengitari meja, menghampiri Cassandra, lalu membungkuk untuk memberikan sebuah kecupan hangat di pucuk kepalanya.

"Sorry kalau aku nyebelin banget hari ini. Dihabisin yah coklatnya," bisik Wayne lembut, lalu kemudian segera berlalu dari ruangannya.

Bergeming menatap kepergian Wayne, deru napas Cassandra memburu seiring dengan degup jantung yang bergemuruh kencang. Sikap Wayne yang tidak terbaca selalu membuat perasaannya melambung tinggi, merasakan kehangatan dan kasih sayang yang selama ini diinginkannya.

Hal itu berarti bahwa Wayne sudah memiliki porsi besar dalam hatinya saat ini, mengisi kekosongan didalamnya, dan perlahan memberikan sesuatu yang berarti dan istimewa dalam diri. Cinta. Heck! Cassandra mengusap wajah sambil menarik napas dan menangkup dadanya yang kian bergemuruh.

Mengabaikan pikirannya saat ini, Cassandra bergegas untuk menyelesaikan pekerjaannya dan segera menghampiri Grace yang tampak kewalahan dengan dokumen-dokumen yang bertumpuk di meja. Ya Lord! Cassandra merasa lemas melihat dokumen yang harus dipelajari untuk dibawanya. Pantas saja Wayne membutuhkan pendamping untuk menghadiri rapat itu, sebab mengurus kertas-kertas terkutuk saja tidak mampu.

Jika Om Jose adalah Bos yang paling menyebalkan, maka Wayne adalah Bos yang paling menjengkelkan. Sangat heran kenapa para Bos memiliki sifat yang seringkali membuat para staff pelaksana merasa dongkol dan ingin menyumpahi. Pekerjaan mendadak, tuntutan yang mendesak, dan tekanan yang mengharuskan untuk segera menyelesaikan.

Sampai akhirnya, Cassandra memakai sisa jam kerja hingga jam tujuh malam, dan kembali melewati jam makan karena urusan dokumen yang sepertinya tidak akan selesai dalam waktu singkat, mengingat Bos sialan itu sudah mengirimkan pesan bahwa dirinya akan segera menjemput dalam waktu setengah jam lagi. Damn you, Wayne! Umpat Cassandra dalam hati.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Aku lihat ada yang senyum-senyum saat kode "Bandung" sudah muncul 😏
Seperti Nathan, aku akan membuat kesan bajingan Wayne lebih terasa dibanding versi sebelumnya.

And yes, Babang akan ikut andil dalam adegan ranjangnya.
Sabar ya?
Jangan sedih karena aku bikin nanggung.

Fyi, Babang lagi konsentrasi untuk part lanjutan Russell.
Have a nice weekend 💜




Revisi : 20.09.19 (17.43 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top