Special Bonus Part. 2
Nathan tersenyum ketika melihat Lea yang sedang memperhatikan gaun pengantinnya dengan seksama. Sangat cantik, pikirnya.
Bersikeras untuk membuat gaun pengantinnya sendiri, Lea mengerjakan project gaunnya itu selama berbulan-bulan, atau sejak dirinya menjalani magang di NYC. Sekembalinya ke Jakarta, Lea melanjutkan project gaunnya yang sudah selesai.
Mengerjakan di workshop pribadi yang ada di backyard rumah orang tuanya, Lea tampak begitu fokus dan tidak menyadari kedatangan Nathan di sana. Enggan untuk menyapa, Nathan justru bersandar di dinding sambil menyilangkan tangan, dan memperhatikan tubuh belakang Lea dengan tatapan menilai.
Rambutnya sudah cukup panjang, bergelombang indah, dan memberi kesan yang menyegarkan. Nathan sangat menyukai rambut panjang Lea yang sudah ingin dibelainya sedaritadi. Juga bentuk tubuh yang semakin melekuk indah, tampak lebih kencang, dan memberi pemandangan segar dalam balutan jubah tidur satinnya.
Merasa seperti ada yang memperhatikan, Lea menoleh dan matanya melebar kaget ketika melihat Nathan sudah tersenyum lebar padanya. Seperti biasa, Lea akan memekik girang sambil berlari ke arahnya, lalu melompat pada Nathan.
Dengan sigap, Nathan mengangkat tubuh Lea, dan menggendongnya sambil berputar. Keduanya tertawa, lalu saling mendekat untuk berciuman selama beberapa saat, meluapkan kerinduan.
“Kok udah balik Jakarta? Katanya bakalan balik lusa,” tanya Lea sumringah, setelah menyudahi ciumannya.
“Ternyata urusannya udah kelar dari semalem, jadi tadi subuh, aku langsung ke bandara untuk ambil pesawat paling pagi ke Jakarta,” jawab Nathan penuh sayang.
“Aku baru bangun tidur dan belum mandi. Belum sikat gigi juga lho,” ucap Lea dengan pipi yang merona karena malu.
“Masa sih? Coba aku cium lagi,” balas Nathan sambil mendekatkan wajahnya kembali, tapi Lea sudah menjauh sambil tertawa geli.
“Jangan, nanti aja. Aku jadi malu,” ucap Lea sambil turun dari gendongan Nathan.
“Kenapa harus pake malu sama calon suami sendiri? Kan tadi udah dicium.”
“Justru karena masih calon, harus jaim dikit. Btw, kok bisa tahu aku ada di sini?”
“Wayne yang bilang kalau kamu nggak balik lagi ke rumahnya semalem.”
“Oh.”
“Jadi, gimana rasanya mulai ketemu vendor dan meeting sama para emak kepo? Test food-nya oke?”
Lea menghela napas lelah, sambil menatap Nathan dengan bibir yang menekuk cemberut. “Sekarang aku tahu kenapa kamu selalu sewot, tiap kali urus kawinan sama mereka. Aku juga pusing sebenarnya. Test food semalam, harusnya nggak ada masalah. Menurutku udah oke banget, tapi Mom masih minta ini itu, dan Mama kamu juga komplain kalau plating-nya kurang bagus.”
“Jadi, karena itu kamu nggak balik nginep di rumah Wayne?” tanya Nathan sambil duduk di kursi, lalu menarik Lea duduk di pangkuannya.
Lea menggeleng cepat. “Udah kemaleman, dan Mom suruh aku tidur di sini aja.”
Nathan tersenyum sambil memeluk Lea. “Kalau gitu, nanti malam, pulang ke rumah kita yah.”
“Aku nggak mau. Satu bulan lagi, kita bakalan nikah, dan nggak boleh sering berduaan, apalagi tidur bareng,” ucap Lea dengan tegas.
“Kata siapa? Justru udah mendekati hari H, kita harus bareng terus, supaya bisa saling jaga.”
“Nggak, Nathan. Yang kamu ngomong soal saling jaga dan bareng terus itu, udah pasti ada maunya.”
“Aku juga udah dikasih puasa sama kamu, lho. Sejak kamu balik Jakarta, aku udah nggak dikasih jatah. Itu udah dua bulan yang lalu dan...,”
“Justru itu masalahnya. Kamu pasti lagi mupeng dan aku nggak mau kasih. Tapi bukan berarti, kamu boleh macam-macam di luaran, yah! Awas aja kalau berani.”
Nathan hanya tertawa mendengar ancaman Lea. Tentu saja, dia tidak akan melakukan hal yang tidak dikehendaki, dan memenuhi keinginan yang sudah dilayangkan Lea padanya. Yaitu tidak bersentuhan hingga hari pernikahan tiba.
“Aku cuma lemahnya sama kamu. Kalau kamu udah galak gitu, aku bisa apa?” tukas Nathan sambil menahan senyuman geli di sana.
Mendengar rayuan seperti itu, wajah Lea semakin merona dan memukul bahu Nathan dengan pelan. “Nggak cocok banget kalau kamu gombalan kayak gini. Aku jadi merasa aneh.”
“Alright, Lea. Sekarang mandi dulu gih, terus sarapan. Habis itu, temenin aku ambil tuksedo yang udah jadi,” ujar Nathan sambil beranjak dari kursi, dan diikuti Lea yang sudah berdiri di sisinya.
“Emangnya kamu nggak capek? Mukanya kayak kurang tidur gitu,” tanya Lea.
Keduanya berjalan keluar dari workshop, dan saling berangkulan. Menikmati momen kebersamaan yang sangat menyenangkan seperti ini.
“Berhubung kamu mandinya lama, aku bisa nebeng tidur di ranjang kamu,” jawab Nathan, lalu menguap lebar.
“Oke, Bos!”
Sudah terbiasa dengan kebiasaan Lea yang menghabiskan banyak waktu hanya untuk membersihkan diri, Nathan berbaring di ranjang Lea dan terlelap begitu saja. Bahkan, saat Lea sudah selesai pun, Nathan masih belum terbangun.
Lea hanya tersenyum melihat Nathan yang begitu lelap dan tampak lelah. Bergerak mendekati dan berlutut di tepi ranjang, sambil menopangkan dagu untuk menatap Nathan dengan seksama. Senyuman Lea semakin mengembang dengan sorot mata penuh cinta di sana.
Lea menarik selimut untuk menyelimuti Nathan, lalu mengusap kepalanya dengan sangat hati-hati, seolah takut untuk membuat Nathan terbangun. Mencondongkan tubuh untuk memberi kecupan di kening, tapi tiba-tiba Nathan memalingkan wajah dan kecupan itu mendarat di bibir.
“Astaga! Kamu!” pekik Lea kaget.
Nathan tertawa sambil mengangkat tubuh Lea ke ranjang, lalu berguling ke samping untuk mengubah posisi, menindihnya. “Kalau mau join, tinggal bilang aja. Jangan diem-diem liatin orang, trus cium-cium orang.”
“Aku nggak niat buat join, aku takut kamu kebangun. Geser dong! Awas dulu! Nanti Mom masuk gimana?” ucap Lea sambil berusaha menggeser tubuh Nathan agar ke samping.
Nathan justru menahan kedua tangan Lea dan kembali menciumnya dengan dalam. Meski Lea memekik, tapi wanita itu tidak memberontak. Membuat Nathan tersenyum dalam hati dengan kelembutan seorang Lea.
“Kenapa sih, bisa gemesin gini jadi calon istri?” goda Nathan senang.
“Kalau nggak gitu, mana mungkin kamu berubah pikiran untuk terima aku?” balas Lea sambil terkekeh.
“Udah pinter balesin omongan nih yah. Cium lagi nih.”
“Bibirnya nggak bisa dipake buat yang lain, selain cium ya? Tiap kali baru ketemu, pasti mainnya nyosor terus,” keluh Lea sambil mengusap bibir Nathan dengan ibu jarinya.
Mendengar keluhan Lea, naluri iseng Nathan segera bekerja. Kembali mendekatkan wajah, dan menyeringai geli melihat ekspresi panik dari Lea.
“Mau tahu bibir aku bisa dipake buat apa aja? Aku sih seneng aja buat buktiin,” tantang Nathan dengan alis terangkat setengah.
“Nggak usah!” tolak Lea cepat.
“Kayaknya perlu dibuktiin.”
“Nggak!”
“Mau dibuktiin dimana?”
“Nggak usah! Nggak perlu.”
“Mau di atas, tengah, atau bawah? Tinggal pilih.”
“Aku nggak mau! Nggak usah!”
“Oke! Aku mulai dari bawah dulu!”
“Kyaaaa! Nathan! Nggak! Nggak! Nggak! Kamu jangan omes!”
Nathan tertawa keras melihat bagaimana Lea berseru sambil menangis, ketika dirinya mengangkat tubuh Lea dalam gendongan seperti memanggul karung beras, lalu berputar-putar. Seruan histeris Lea membuat heboh, sehingga ibunya dan pelayan rumah, datang untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Keseruan di hari itu, berakhir dengan Lea yang melakukan aksi ngambek dan tampak cemberut, enggan untuk melihat ke arah Nathan, meski Lea tetap menemaninya untuk mengambil tuksedo yang sudah selesai.
Ting! Sebuah pesan singkat masuk, dan itu dari Wayne.
“Lu apain adek gue, Than? Mom bilang kalo Lea sampe nangis-nangis dan ngambek!”
Nathan mengulum senyum geli, sambil mengetik cepat untuk membalas pesan Wayne, sebelum akhirnya menyusul Lea yang sudah masuk ke dalam butik.
“Nggak gue apa-apain, cuma pengen hidup berkecukupan aja. Cukup liat dia seneng dan ketawa karena gue. Doain yah, gue lagi usaha buat ngerayu, biar dia nggak ngambek lagi.”
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Mau dirayu juga dong, biar aku nggak ngambek lagi, Bang 🤣
Anjir, aku tulis part gaje ini nggak sampe setengah jam 🙈
Jadi, udah pada pesen bukunya?
Tinggal beberapa hari lagi lho.
Mau aku kasih teaser extra part-nya?
Nih, aku kasih!
Jadi kepo, kan? 🤣
Cuz diorder, nggak juga gpp sih 🤣
Hubungi marketer yang deket dengan kotamu berpijak atau publisher.
12.12.19 (09.03 AM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top