Part 20 - In Anyer with love

WARNING : MATURE CONTENT (21+)
Written by CH


Actually, ini adalah extra part yang pernah ditulis oleh Sheliu.
Babang rombak (hampir semua) part ini, karena kurang greget.

Buat babang :
Jadi bajingan, jangan nanggung.
Kalau nanggung, pas puber kedua, pasti nggak kuat tahan godaan.
Musim pelakor, coy!

■■■■■

Ada satu ketentuan dalam hidup Nathan. What I want is what I've got. Itulah yang menjadi alasan kenapa dirinya sampai berani melangkah pada posisi saat ini. Mengintimidasi Lea dengan tatapan penuh ancaman, mendekatinya untuk memberi sentuhan ringan, dan menunjukkan diri bahwa Lea mampu memberikan pengaruh kuat pada dirinya. Semua itu dilakukan demi membuktikan bahwa Nathan tidak menganggap Lea seperti remaja atau adik.

Tadinya dia berpikir Lea akan menciut atau menangis, lalu membencinya setengah mati. Tapi lihat apa yang terjadi? Lea menantangnya dan meminta untuk jangan berhenti. Jika Nathan bisa berpikir secara normal, mungkin dia akan menganggap Lea sudah gila. Namun yang terjadi, justru sebaliknya. Nathan yang menggila dengan mengabulkan permintaan Lea. Dia tidak mau dan tidak akan berhenti.

Setelah menjadi orang yang memberikan ciuman pertama bagi Lea, Nathan menjadi serakah. Dia ingin menjadi orang pertama yang menyentuh Lea. Dia ingin mendapatkan keperawanan dari seorang Lea. Nathan sampai bergidik ngeri ketika mendengar pikiran itu terucap begitu keras dari dalam lubuk hati.

Nathan sudah pernah melakukan kesalahan, dan tidak mau mengulanginya. Penolakan yang pernah dilakukan, membuat Nathan merasa bersalah hingga sekarang. Dan kali ini, Nathan sudah memantapkan diri untuk tidak akan melepas Lea dari jangkauannya. Sekali-kali tidak akan!

"Nathan...,"

Suara Lea yang serak, menarik Nathan kembali pada kenyataan bahwa dia sedang menikmati pemandangan indah yang ada di bawahnya.

"Yeah?" balasnya serak.

Lea menatapnya lirih dengan wajah yang merona malu, sambil menutupi tubuh atasnya yang polos dengan kedua tangan. "After this, please don't break me."

Tentu saja tidak, batin Nathan langsung. Nathan sudah bertekad untuk mendapatkan Lea, apapun yang terjadi. Meski harus melangkahi nyawa Wayne sekalipun, jika dia tidak mengijinkan.

"No, I don't," sahut Nathan dengan begitu dalam.

Lea memberikan senyuman lembut ketika mendengar ucapannya, dan itu semakin membuat Nathan merasa pening oleh gairah yang hampir meledak.

Nathan segera membungkuk, membuka kedua tangan Lea yang menutupi tubuh, lalu menaruh kedua tangan ke sisi tubuhnya untuk melihat keindahan itu. Sepasang payudara yang begitu bulat, kencang, dan berisi. Nathan merasa bangga dengan apa yang dilihatnya, dan degup jantungnya sudah berpacu begitu hebat, dengan keinginan untuk menyentuh kulit mulus itu.

Nathan pun mencium belahan payudara Lea, mengecupnya berkali-kali, membelai dengan lidah, dan mulai memberikan hisapan keras untuk meninggalkan jejak merah di sana. Dan dia bisa mendengar Lea mulai mendesah pelan saat menerima cumbuan.

Nathan pun melanjutkan aksinya untuk meliukkan lidah pada satu payudara, dan mencapai puting yang sudah menegang keras. Dia menjilat, mencecap, memberikan gerakan memutar pada areola, lalu mengulum dan kemudian mengisapnya. Holy fuck! Nathan seperti melayang menikmati sensasi yang diterimanya sekarang.

Lea semakin gelisah dan tidak bisa diam. Desahannya terdengar semakin memberat, namun ada kesan takut dan cemas. Tubuhnya gemetar dan dia belum merasa nyaman. Nathan sangat memaklumi karena ini adalah pertama kalinya untuk Lea.

Sambil tersenyum, Nathan menghentikan cumbuan dan menatap Lea dengan sorot mata yang begitu dalam.

"Do you want me to stop?" tanyanya serak.

Lea menggeleng. "No. Keep going. I... I just...."

Lea terlihat kesulitan untuk melanjutkan perkataannya. Wanita itu seperti bergumul. Dia penasaran namun takut. Dia ingin melangkah lebih jauh namun bimbang.

Tanpa berkata apapun, Nathan bergerak turun dari ranjang. Lea tersentak dan menahannya dengan mencengkeram lengan Nathan.

"Ka..kamu mau kemana? Aku..."

"Sshhhh... easy, Big Girl. Aku mau kamu supaya rileks. Sebentar," ucap Nathan menenangkan, sambil melepas tangan Lea yang mencengkeram lengannya, lalu bergerak turun.

Dia melepaskan ikat pinggang, membuka celananya, dan hanya menyisakan boxer di tubuh. Dia bisa mendengar hentakan napas kasar dari Lea, lalu memekik kaget melihatnya hampir telanjang.

Sambil mengulum senyum geli, Nathan mengeluarkan sebuah dasi dari saku celananya, lalu kembali mendekat pada Lea.

"Ka... kamu mau ngapain?" tanya Lea cemas sambil melihat dasi yang dipegang Nathan, ketika Nathan mulai menaiki ranjang.

"Ssshhh... jangan takut," bisik Nathan lembut. Dia sudah kembali pada posisi di atas Lea, dan mencium pipi Lea singkat. "Kamu ingat semua rules dari aku?"

Lea mengangguk dengan ekspresi cemas.

"Great! Sekarang ingat baik-baik, apa yang akan aku ajarin. But first thing first, do you believe me?" ucap Nathan sambil meraih kedua tangan Lea, dan menatap Lea dengan tajam.

"I do," jawab Lea gugup.

Lea memekik kaget ketika Nathan dengan cepat menarik kedua tangan Lea ke atas kepala, lalu mengikatnya dengan dasi. Ikatan itu cukup kencang namun tidak cukup kuat, karena Nathan hanya ingin memastikan, ikatan itu tidak melukai pergelangan tangan Lea.

Deru napas Lea kian memburu, dengan ekspresi wajah yang terlihat semakin cemas. Dia menatap Nathan dengan sorot mata kebingungan.

"Relax, Baby. I promise I'll make you feel good," kembali Nathan berbisik, lalu mencium telinga Lea dan menyesap daun telinganya dengan keras.

Lea kembali mengeluarkan desahan yang terdengar begitu menyenangkan bagi Nathan. Lea terlihat dewasa, erangannya terdengar erotis, dan Nathan semakin mengeras.

"Engghhh, Nathan...,"

"First, don't be anxious. Calm yourself and let your body feels what its need," bisik Nathan sambil mengarahkan satu tangan tepat di atas dada Lea yang bergemuruh kencang.

Kulit Lea yang terasa begitu menyenangkan di telapak tangannya, membuat Nathan merasa sesak. Desakan gairah yang melesak naik, seolah akan meledak kapan saja dengan hanya menatap Lea saat ini.

Lea tampak berusaha mengendalikan diri dengan menarik napas panjang, lalu menghembuskannya perlahan. Dia melakukannya dengan sangat baik, sehingga dia mulai tenang dengan degup jantung yang mulai berirama. Tangan besar Nathan pun masih setia di atas dada, terletak di antara kedua payudaranya.

"Such a good big girl," ucap Nathan sambil mendekatkan wajahnya pada Lea, "And now, follow my lips."

Kemudian, Nathan mencium bibir Lea dalam lumatan dan hisapan yang panjang, menjelajah setiap sudut bibirnya yang terasa manis, mendalami rongga mulut dan mengabsen setiap giginya, dalam liukan lidah yang sudah bekerja dengan liar.

Desahan lembut kembali keluar dari mulut Lea, dan dengan patuh, Lea mengikuti gerakan bibir dan lidahnya. Bahkan wanita itu sudah bisa mengimbangi permainan lidahnya dengan saling melumat, saling menautkan, dan bibir Lea menyesap lidah Nathan dengan begitu lembut.

Tangan Nathan pun mulai bergerak turun untuk membelai payudara Lea, mengusap putingnya dengan ibu jari, lalu meremasnya dengan gerakan berirama. Damn good! Lea terasa begitu penuh di telapak tangannya.

Lea melepas ciuman dan mengerang dengan parau, ketika menerima sentuhan Nathan yang semakin liar di payudara. Dia tampak kewalahan menerima sensasi asing yang bergerak liar lewat reaksi tubuhnya.

"I want to make you scream my name," bisik Nathan dengan penuh hasrat, sambil bergerak turun.

"Why should I?" tanya Lea gemetar.

Napasnya terengah melihat Nathan yang merambat turun untuk mengarahkan kepala pada sepasang payudaranya.

Nathah menatapnya dalam seringaian yang menggoda. "You'll know it, after you feel it, Baby."

Dalam satu gerakan pasti, Nathan menangkup satu payudara, lalu membuka mulut untuk menyesap puting, dimana satu tangannya yang lain meremas payudara di sisi lain dengan gemas. Lea kembali mengeluarkan erangan yang lebih keras dan menggeliatkan tubuh, seolah apa yang didapatinya membuat reaksi tubuhnya bergejolak.

Dengan kedua tangan terikat, wajah yang merona, dan erangan yang tidak berhenti keluar dari mulutnya, Lea tampak begitu bergairah dan membuat Nathan menggila. Seumur hidupnya, Nathan tidak pernah menilai wanita sampai sedetail itu. Penilaiannya tentang wanita, hanyalah sekedar pemuas hasrat. Itu saja. Tapi Lea? Berbeda.

Dia menikmati setiap jengkal tubuh Lea yang memanjakan penglihatannya, yang menaikkan hasratnya saat menyentuh kulit mulus Lea, dan yang membuatnya menginginkan Lea lebih dari apapun sejak pertemuannya kembali.

"Enggghhhh... Nathan... ahhhh... ahhh," desah Lea kencang, ketika sentuhan Nathan semakin liar, dan hisapannya menjadi lebih keras.

Tubuh Lea semakin gemetar, kulitnya meremang, dan basah karena keringat. Meski di depan hujan lebat, namun hawa tubuh keduanya memanas. Tanda merah yang dibuat Nathan pun, sudah memenuhi dada Lea.

"Nathan," panggil Lea dengan suara tercekat. "It's... unbearable!"

Nathan menghentikan cumbuan, lalu mengangkat wajah dan menatap Lea dengan sorot mata penuh hasrat. "If it's already unbearable for you, that means you're ready for it."

Lea menatapnya dengan alis berkerut bingung. "Re...ready for what?"

Nathan bergerak turun dan berhenti tepat di bawah perut Lea. Wanita itu spontan merapatkan kedua kakinya, namun itu tidak menghalangi keinginan Nathan untuk melakukan sesuatu. Dia membuka celana jeans pendek yang dikenakan Lea, lalu menarik turun bersamaan dengan celana dalam, dimana kedua kaki Lea yang merapat mempermudahnya untuk meloloskan hal kecil itu.

"Nathan!" pekik Lea dengan wajah merah padam, terlihat begitu malu karena tidak mengenakan apapun di depan Nathan sekarang.

Nathan bungkam. Dia terlena dengan pemandangan di bawahnya, yang sanggup membuat napasnya kian memberat dengan asupan oksigen yang menipis. Dia tidak menyangka gadis remaja yang dikenalnya dulu, kini sudah berubah menjadi wanita dewasa dengan tubuh yang melekuk sempurna. Lea begitu cantik.

Melihat kesempurnaan itu, insting keserakahan Nathan kembali bekerja, bahwa dia ingin menguasai wanita itu untuk dirinya sendiri. Dia tidak akan membiarkan bajingan manapun melihatnya seperti ini. Nggak ada yang boleh mengambil apa yang udah jadi hak milik gue, kecuali kalo orang itu mau mati, batinnya teguh.

"Nathan!" Lea kembali memekik, ketika Nathan membuka kedua kaki Lea dengan mantap.

Wanita itu bernapas dengan kasar, dan menggeliat gelisah di bawah Nathan. Dia tidak bisa berkutik karena kedua tangan yang masih terikat.

"Relax, Baby. You trust me, right?" ucap Nathan dengan serak dan sorot mata yang menggelap.

Lea menggigit bibir bawahnya sambil menatap Nathan dengan wajah yang masih merona cantik di sana. Dia terlihat menahan malu dan memejamkan matanya ketika Nathan semakin melebarkan kedua kakinya. Oh shit! Nathan semakin merasa sesak.

Degup jantung Nathan bertalu-talu, melihat tubuh Lea yang sudah merekah dan begitu basah di sana. Lea sudah sepenuhnya bergairah dan Nathan ingin menikmati momen itu lebih lama lagi.

"I'll make it good then you'll come so hard. And outloud. Remember me as your other firsts of your life, Lea," ucap Nathan lembut.

Tanpa ragu, Nathan menjulurkan lidah untuk menjilat titik sensitif Lea yang membengkak karena desir gairah. Dia menjilat sekali. Dua kali. Tiga kali. Lalu berkali-kali dalam gerakan lidah yang menari-nari di atas klitoris Lea, bersamaan dengan erangan Lea yang semakin parau.

Nathan memejamkan mata untuk mendalami rasa manis yang tercecap di indera perasanya, dan aroma khas tubuh Lea yang menguasai indera penciumannya. Desahan lembut Lea menjadi musik yang mengalun di indera pendengarannya, dan kulit mulus Lea yang terasa menyenangkan di indera perabanya. Nathan sangat menikmati apa yang dilakukannya saat ini, dan membuka matanya untuk melihat ekspresi wajah Lea yang bergairah dan penuh kenikmatan di sana. Sempurna, pikirnya.

Ketika tubuh Lea menegang dengan hentakan yang tertahan dari pinggul Lea dan kedua kaki yang semakin dilebarkannya, Nathan tahu bahwa Lea sudah mencapai puncak kenikmatan, lewat cairan bening yang keluar dari tubuhnya untuk pertama kali.

Nathan segera menjilat dan menyesap cairan itu dengan bernapsu. Gerakan mulutnya semakin menggila ketika mendengar Lea mengerang lebih kencang sambil meneriakkan namanya berkali-kali. Dia yakin dia sudah mengisap habis kenikmatan Lea dalam mulutnya, dan merasa senang karena hal itu.

Tubuh Lea melemah dan Nathan menghentikan hisapannya dengan mengecup ringan klitoris Lea, lalu menjilatnya pelan. Tatapannya mengawasi Lea yang limbung karena orgasme pertamanya.

Wajah penuh gairah dari Lea membuat Nathan berkesan. Dia tampak begitu sensual dengan rona merah di wajah, dan deru napas berat dengan dada naik turun yang membuat payudaranya mengayun lembut. Holy shit!

"Please come here...," ucap Lea saat tatapan mereka bertemu.

Nathan langsung beranjak untuk menghampiri Lea, dan mencium bibirnya dengan penuh hasrat.

"Are you good?" tanya Nathan parau.

"More than that. Thanks," jawab Lea sambil menatap Nathan sayu.

"You're damn good, Baby," ucap Nathan sambil melepas dasi yang nengikat kedua tangan Lea.

"What should i do now, Nathan? It's time for me to make you feel good like you did, right?" tanya Lea sambil meremas lembut kedua pergelangan tangannya secara bergantian.

Nathan tersenyum lembut. Dia kembali mencium bibir Lea dengan begitu dalam, sambil menggerayangi tubuh Lea dengan sentuhan liar.

"Teach me, Nathan. I don't know where to start," ucap Lea dengan suara gemetar.

Nathan merasakan napasnya semakin sesak, ketika mendengar ucapan Lea yang terkesan menggodanya. Kepolosan Lea membuat Nathan semakin ingin memakannya dan melahapnya habis-habisan, dengan semua ketegangan yang hampir meledak saat ini.

"I won't let you sleep tonight," ucap Nathan serak.

"I won't either. So, what should i do?" balasnya cepat, dengan sorot mata penuh minat.

Lea benar-benar sudah meluluhlantahkan diri Nathan saat ini. Dia tidak menyangka bahwa Lea akan melemparkan pertanyaan seperti itu padanya. Lea seperti sudah membangunkan singa liar yang sedang kelaparan, dan memiliki napsu untuk memangsanya hidup-hidup.

"How was your orgasm?" tanya Nathan hangat.

Lea tersenyum sambil mengusap pipi Nathan dengan lembut. "It was memorable. Thanks."

Tidak ada hal yang membuat Nathan senang, ketika bisa menjadi orang pertama yang bisa memberikan pengalaman pertama untuk Lea, merasakan kenikmatan pada seks pertama, sekaligus membuatnya orgasme.

Sambil tersenyum lembut, Nathan beranjak dari ranjang untuk melepas boxer dan memperhatikan ekspresi Lea yang terkesiap melihat kejantanannya yang sudah menegang sempurna.

"Can i touch you?" tanyanya ragu.

Holy fuck! Pertanyaan Lea terdengar seperti merajuk pada Nathan untuk segera memasukinya. Sambil menarik napas panjang, Nathan mendekati Lea lalu mengusap pucuk kepalanya dengan lembut.

"You can touch me wherever you want, Lea," jawab Nathan hangat.

Sambil membasahi bibir, Lea menegakkan tubuh untuk berhadapan dengan kejantanan Nathan, kemudian menggenggamnya. Hal itu membuat Nathan menggeram pelan, karena sentuhan Lea terasa menyenangkan.

Lea tampak memperhatikan kejantanan Nathan dalam sorot mata penuh minat, seperti mengobservasi sesuatu yang baru, dan meraba dengan gerakan perlahan. Kemudian, dia mencoba sesuatu yang membuat mata Nathan melebar kaget. Damn!

Lea menjilati kepala kejantanannya sekali. Dua kali. Lalu berkali-kali dan memasukkannya ke dalam mulutnya, seolah sedang menikmati popsicle dengan gerakan seirama. Ekspresi wajahnya terlihat serius dan menatap Nathan dengan tatapan menilai. Sial!

Nathan semakin menggeram dan tubuhnya gemetar karena lumatan Lea yang mulai luwes. Sorot mata Lea terus mengawasi reaksi Nathan, dan dia berusaha untuk mengikuti geraman Nathan. Jika Nathan semakin menggeram, Lea mempercepat lumatannya.

Nathan sampai meremas lembut bahu Lea dan mendorongnya pelan untuk menjauhkan ketegangannya dari mulut Lea. Jika itu tidak dihentikan, dia akan meledak kapan saja. Sementara Nathan tidak berniat untuk menumpahkan ledakan gairahnya pada mulut Lea, karena dia menginginkan Lea. Seutuhnya.

"You drive me crazy, Lea. Darimana kamu bisa lakuin hal itu barusan?" tanya Nathan dengan napas yang tersengal.

"A...aku pernah dikasih nonton film porno sama temen kuliahku," jawab Lea dengan wajah merona.

Alis Nathan mengerut tidak suka. "Siapa dia? Kalau temen cowok yang kasih kamu nonton, aku bakalan...,"

"Bukan!" sela Lea cepat. "Dia cewek dan cuma sekedar ngasih tahu aja. Nggak lebih."

Nathan hendak membalas, tapi Lea sudah lebih dulu beranjak dari duduknya untuk memeluk Nathan. Oh shit! Nathan tidak menyangka jika Lea akan menyerang untuk membuatnya semakin gila.

"Aku nonton untuk sekedar tahu, dan aku sama sekali nggak kepengen eksperimen dengan orang lain. Karena yang ada dalam bayangan aku saat itu... cuma kamu," ucap Lea dengan sorot mata penuh arti.

Nathan mengerjap kaget, namun begitu senang mendengar bahwa dirinya menjadi imajinasi liar dari Lea. Perasaannya melambung tidak karuan.

Tanpa membuang waktu dengan ketegangan yang sudah menyiksa, Nathan merebahkan Lea di ranjang dan mencium kening, mata, hidung, lalu bibir dalam kecupan ringan.

"I want to be inside you," bisik Nathan parau.

Lea mengangguk. "I trust you."

"I want to feel you," ucap Nathan sambil melebarkan kedua kaki Lea, mengambil posisi.

Nathan mengarahkan kejantanannya tepat di depan titik sensitif Lea dan bertambah pening dengan gairah yang sedaritadi ditahannya. Pinggulnya terasa memberat seolah bersiap untuk menggempur, seluruh otot sendi tubuhnya menegang dengan keinginan menyetubuhi Lea tanpa ampun.

"It's okay, Nathan. You can start to... OUCHH!"

Lea memekik kesakitan sambil mencengkeram seprai ranjang kuat-kuat. Napasnya tersengal, tubuhnya gemetar, dan ekspresinya tampak menahan sakit. Nathan bahkan belum memasukinya, dia masih berada di depan lubang sempit Lea.

Nathan kembali mendesak pelan, Lea kembali meringis. Desakan demi desakan dilakukan, buruan napasnya semakin kasar, dan isakan Lea mulai terdengar. Damn! Lea begitu sempit dan tidak mudah untuk dimasuki.

Nathan segera meraih satu bantal yang ada di samping, menaikkan pinggul Lea dan menyelipkan bantal itu di bawah pinggul Lea. Dia menenangkan Lea dengan mengecup ringan pipi Lea yang basah.

"It's okay, Baby. I won't hurt you," bisik Nathan parau.

Lea mengangguk sambil terisak, lalu kembali mengerang kesakitan ketika Nathan kembali mendesak masuk ke dalam tubuh Lea. Dia terus mendorong tubuhnya untuk mendesak masuk, sampai berkali-kali, dan tiba pada hentakan terakhir, Nathan berhasil memasukkan kepala kejantanannya ke dalam tubuh Lea. Holy fucking shit!

Kepala Nathan semakin pening, hasratnya semakin bergejolak, dan Lea begitu sempit. Ini sangatlah nikmat, batinnya dalam hati. Kemudian, Nathan mendorong masuk lebih dalam, dan merasakan adanya lembaran tipis yang terasa asing di tengah perjalanannya, lalu menembusnya seiring dengan isakan Lea yang terdengar semakin pilu.

Tubuh Nathan bergetar saat seluruh tubuhnya sudah memasuki Lea. Ini adalah seks paling luar biasa yang dirasakannya. Lea begitu sempit, hangat, dan sesak.

Lea masih terisak dan bernapas dengan tarikan yang berat. Nathan membungkuk untuk memberikan kecupan pada keningnya, seolah menenangkan. "You did good. You're fucking good, Lea."

Nathan semakin menegang nyeri di dalam tubuh Lea yang seakan menjepitnya. Oh please, Nathan sudah tidak mampu untuk bertahan dan mencoba untuk menggoyangkan pinggulnya dengan perlahan.

"Enggghhh, it hurts, Nathan," ucap Lea dengan ekspresi meringis.

Nathan membalasnya dengan ciuman di bibir, menyentuh kedua payudaranya dan meremas dengan bernapsu. Lidahnya kembali bekerja untuk menjilat, mengisap, dan menari-nari di setiap jengkal tubuh Lea.

Isakan Lea perlahan berubah menjadi desahan. Nathan pun bisa merasakan Lea kembali bergairah dengan tubuhnya yang terasa semakin hangat dan basah. Kesempatan itu diambil Nathan untuk kembali menggoyangkan pinggulnya, melakukan gerakan maju mundur yang berirama.

"Mmmm... Nathan," desah Lea dengan ekspresi yang mendamba.

Nathan memperhatikan wajah Lea dengan seluruh perasaannya. Dia menyukai Lea yang berada di bawahnya dan menguasai Lea dengan penuh kendali. Wanita itu sudah mengerang gelisah, namun sorot matanya bingung dengan keinginan yang masih terasa asing baginya.

"Wait for a moment, Lea," bisik Nathan sambil menarik diri dan melepaskan penyatuan itu.

"What are you doing?" tanya Lea heran.

Nathan menarik laci nakas yang ada di samping ranjang dan mengambil satu box kondom yang tersedia di sana. Dia membuka kotak itu dan menarik sebuah kondom.

"Apa itu kondom?" tanya Lea sambil beranjak dari rebahannya.

Nathan mengangguk. "Yes."

"Boleh aku coba?" tanya Lea ragu.

Nathan tersenyum lalu mengoper kondom yang dipegangnya, dan mengarahkan Lea untuk membuka bungkusannya.

Lea membuka bungkus kondom itu, dan mengeluarkan karet berbentuk lingkaran itu dengan hati-hati. Dia tampak kebingungan, lalu menatap Nathan. "Gimana caranya?"

"Just roll it down my dick," ucap Nathan sambil mengarahkan tangan Lea yang memegang kondom itu, pada kejantanannya yang kian mengeras.

Dengan gugup, Lea mencoba melakukan apa yang diarahkan Nathan. Dia memperhatikan dengan seksama kondom yang dipegangnya, lalu dengan hati-hati, dia memasangkannya pada kejantanan Nathan dengan ekspresi gugup dan lega disaat yang bersamaan.

"Good?" tanya Lea sambil mendongak untuk menatap Nathan, saat sudah menyelesaikan pekerjaannya dengan baik.

Nathan mengangguk dan menyentuh pipinya dengan hangat. "You're perfect."

Dengan senyuman lega, Lea kembali merebahkan tubuhnya, diikuti Nathan yang mulai memposisikan diri.

"Ahhh, Lea...," erang Nathan ketika sudah berhasil memasuki Lea kembali.

Lea meringis menahan rasa nyeri, sambil meremas seprai dengan kuat. Nathan mencium Lea dan kembali memberikan rangsangan lewat sentuhannya.

Nathan mencoba menggoyangkan pinggul dan bergerak maju mundur, sambil memperhatikan ekspresi Lea yang terlihat menerawang, seolah sedang mempelajari dan mengingat setiap gerakan yang dilakukan Nathan. Dia tampak kembali bergairah.

Lea memejamkan mata dan menggigit bibir bawahnya sambil meremas kedua bahu Nathan. Desahannya mulai keluar dan Lea sudah bisa merasakan kenikmatan yang ditawarkan Nathan.

Napas Nathan semakin memberat, degup jantungnya berpacu lebih cepat, kehangatan mulai merayap di punggung, dan Nathan sudah sampai batas pertahanannya.

"Le...Lea...! A...aku akan cukup kasar sekarang," ucap Nathan dengan serak.

Gerakan maju mundur yang tadinya pelan, kini berpacu dalam gerakan yang cepat dan seirama. Semakin cepat dan melesak begitu dalam. Napas Nathan kian memburu melihat Lea kembali mengerang, dan mencapai orgasmenya untuk yang kedua kali.

Denyutan klimaks Lea menyesakkan Nathan di sepanjang ketegangannya. Dia sudah tidak mampu untuk menahan diri lebih lama. Bahkan suara erangan Lea yang begitu keras, seketika melumpuhkan otaknya.

Dia mendesakkan diri lebih keras, lalu menghentak lebih kuat. Gerakannya semakin kasar seiring deru napasnya yang memburu, Nathan semakin tak terkendali. Kemudian dalam satu hentakan keras, yang membawanya melesak masuk jauh ke dalam, di situ Nathan mengerang hebat.

Nathan sudah mencapai puncak kenikmatan dalam ledakan gairah yang seakan membakar habis tubuhnya. Itu sangat nikmat. Terlalu nikmat bagi Nathan.

Dia menghamburkan diri di atas Lea dan membawanya ke dalam pelukan erat. Sangat erat. Seolah tidak ada yang bisa mengambil Lea darinya. Dan Lea hanya untuk dirinya.

Dia tidak akan membiarkan orang lain memiliki wanita yang ada dalam pelukannya, karena Lea adalah kepunyaannya. Apa yang sudah menjadi miliknya adalah miliknya. Itulah janjinya.

Dan dia sudah pasti akan memegang teguh janji yang sudah diucapkannya, meskipun hanya dalam hati. Karena baginya, perkataan tanpa perbuatan adalah omong kosong. Maka itu, dia akan menunjukkan kesungguhan hatinya dan tidak akan menyia-nyiakan semua pengorbanan yang sudah dilakukan Lea, demi menunjukkan perasaan wanita itu padanya.

■■■■■

Sunday, May 5th 2019
14.00 PM

Sudah cukup basah untuk dua hari ini?
Jika belum, sana guyur pake aer 😏

Selamat puasa bagi yang menjalankan.
Maaf jika ada salah.
Pesan babang, jangan baca mature.
Itu godaannya kenceng.







Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top