Part 14 - Meeting with Shareena

Buat yang udah pernah baca versi lama, pasti penasaran siapa itu Shareena?
Karena versi lama, dia cuma cameo.

Yuk kenalan, barangkali ada yang kepo pengen tahu cewek itu kayak gimana.

Happy Reading 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Nathan mengetukkan ponselnya di meja sambil menggoyangkan kakinya dengan gelisah. Tatapannya kosong, degup jantungnya berdegup tidak karuan, seolah ada rasa cemas dan kesal berbaur menjadi satu, untuk membuatnya tidak tenang saat ini.

Sudah terhitung tiga jam lebih lima menit, Nathan seperti itu, atau sejak Lea mengirim pesan singkat bahwa dia sudah dijemput Adrian. Heck! Wanita itu benar-benar menerima ajakan kencan dari Adrian. Harusnya itu tidak apa-apa. Dan harusnya itu bukan apa-apa. Tapi nyatanya, perasaan tidak nyaman sudah dirasakan Nathan sejak semalam, sampai sekarang.

Menyadari kegelisahannya yang tak kunjung mereda, Nathan membanting ponselnya sendiri dengan geram di meja, sambil mengumpat dalam hati. Shit! Seharusnya dia menyuruh Lea menolak saja, seharusnya dia yang bersama Lea sekarang, dan dari semua seharusnya yang dipikirkan oleh Nathan, membuat kegeraman itu menjadi-jadi.

"Easy, Asshole!" desis seorang wanita dengan geram, yang duduk di sebrangnya.

Nathan mendelik tajam dan menatapnya berang. "Gue lagi kesel! Jangan ganggu gue, Shar!"

Wanita yang bernama Shareena hanya berckckck ria sambil menggelengkan kepala. "Asal lu tahu, yang ngajak ketemuan itu lu, bukan gue."

"Tapi lu maksa ngajakin gue ketemuan dari kemaren!" sahut Nathan sengit.

Alis Shareena berkerut. "Jangan-jangan lu marah sama gue, karena kita ketemu hari ini, tapi nggak maen?"

Mata Nathan melotot galak. "Heh? Jangan ngebacot! Kita sama-sama tahu kalo ketemunya di tempat umum, udah jelas lagi nggak mupeng!"

"Yah tapi nggak perlu ngegas mulu kali! Lu nggak capek kayak gitu mulu? Gue ngeliat lu aja ampe engap. Heran! Emosian mulu jadi orang. Masih bagus gue sempet suka sama lu."

"Siapa suruh lu mau sama gue?" celetuk Nathan sinis.

Shareena terkekeh geli. "Batangan lu yang bikin nagih!"

"Sial!" umpat Nathan, lalu sedetik kemudian dia tertawa geli bersama Shareena.

Shareena Arumi, wanita blasteran Inggris dan Jawa itu adalah teman Nathan saat mereka sama-sama kuliah di Oxford. Seringnya bertemu membuat mereka menjadi dekat layaknya keluarga. Sampai akhirnya, hubungan tanpa status itu dijalani mereka atas dasar suka sama suka. Tidak ada tuntutan ataupun status, selain kepuasan seks.

"Jadi, lu mau ngomong apa sama gue?" tanya Shareena kemudian. "Gue bosen liatin lu duduk bego sambil pegang-pegang hape begitu. Mau telepon tapi gengsi, kirim chat tapi ragu, nggak jelas lu maunya apa sedaritadi. Ada yang lu pikirin?"

Nathan mendengus saja dan menatap Shareena datar. "Lu aja duluan yang ngomong. Lu juga kepengen ngomong sama gue, kan?"

"Seriusan gue duluan? Ntar lu makin bete lagi," celetuk Shareena sambil terkekeh, lalu meneguk teh-nya.

"Gue bete bukan karena lu, jadi nggak usah geer," balas Nathan sadis.

Shareena mencibir dan mendengus saja. "Ya udah, gue duluan. Tujuan gue telepon lu trus, sampe nyari lu kayak jablay yang lagi sange, itu bukan karena mupeng. Tapi, gue mau kita pisah jalan dari sini."

Nathan mengerutkan alisnya dan menatap Shareena dengan heran. "Kita emang pisah jalan, kan? Dari awal, hubungan kita emang nggak ada niat buat serius. Jadi, nggak usah merasa formal kayak gitu. Lu bisa ngomongin hal ini via telepon."

"Siapa yang jadi brengsek karena nggak pernah mau angkat telepon gue?" desis Shareena sinis.

Nathan tertawa. "Gue lagi nggak mood buat diganggu sama lu."

"Lu kira gue bakalan nuntut lu tanggung jawab apa? Gue juga bisa mikir kalo tiga bulan nggak ketemuan sama lu, bukan lu yang bikin gue hamil," sahut Shareena ketus.

Nathan tertegun. Dia menatap Shareena dengan ekspresi kaget lalu menunduk, untuk melihat bentuk tubuh wanita itu yang sebenarnya tidak ada perubahan.

"Are you fucking kidding me?" tanya Nathan dengan suara tercekat.

"Look at your face!" cibir Shareena sambil menatap Nathan dengan tatapan remeh. "Muka lu nggak usah pucat gitu, kampret! Gue hamil! Puas? Dan tenang aja, bukan karena lu."

"What the fuck! Siapa yang hamilin lu? Bajingan mana yang terlalu bego buang di dalem? Dia nggak punya duit buat beli kondom? Atau pil KB lu keabisan?" tanya Nathan dengan suara berbisik.

Shareena menoyor kepala Nathan dengan gemas. "Gue hamil bukan karena keenakan terus lupa cabut. Ini memang keinginan kami berdua."

Nathan terdiam dan menatap Shareena sambil menyipit tajam. Dia berusaha mencerna kalimat Shareena barusan, yang mengandung arti begitu dalam dan membuatnya mendesis geram kemudian.

"Lu balikan sama..."

"Billy," sambung Shareena mantap.

"What?"

"Gue masih cinta sama dia, dan dia udah banyak berubah. Dia kembali dalam keadaan yang sudah jauh lebih baik. Gue pun memberinya kesempatan, dan kita mulai dari awal lagi," jawab Shareena.

Nathan bersandar di punggung kursi sambil menatap Shareena tidak percaya. Billy Praguna, adalah pacar pertama Shareena yang sempat menyakiti wanita itu dengan kekerasan fisik. Dia sempat mendekam di penjara karena kasus narkoba, selain sebagai pemakai, dia juga sebagai pengedar. Berpacaran selama 3 tahun, membuat Shareena tidak mampu melupakan pria itu dan menjadikannya wanita yang tidak percaya akan cinta.

Sebagai teman waktu itu, Nathan menemani Shareena melewati masa-masa sulitnya, sampai akhirnya Shareena bisa menjalani hidupnya kembali dan melupakan Billy. Dan ketika mereka sudah lulus kuliah, kembali ke Jakarta untuk menjalani kehidupan masing-masing. Dua tahun kemudian, Nathan dan Shareena kembali bertemu, lalu menjadi dekat setelah itu.

"Gue masih bingung, kapan lu ketemuan lagi sama Billy?" tanya Nathan akhirnya.

"Akhir taon lalu," jawab Shareena langsung. "Begitu dia rilis dari penjara, dia lanjutin usaha bokapnya di Singapore selama dua taon terakhir."

"Dia keluar udah dua taon?" tanya Nathan dan Shareena mengangguk. "Dan kenapa baru nongol sekarang? Lu percaya gitu aja sama dia?"

"Dia butuh waktu untuk jadi orang bener. Dia juga tahu kalo gue nggak bakalan percaya sama dia, karena itu dia berusaha dulu buat jadi bener, baru dia nyari gue."

"Bullshit banget tuh!" celetuk Nathan ketus.

Sharena menghela napas dan menatap Nathan dengan dalam. "Gue tahu lu nggak suka sama dia. Gue juga tahu lu nggak mau kalo gue disakitin lagi. Tapi hati kecil gue bilang, dia udah berubah."

"Love makes you fool, Shar," sahut Nathan sinis.

"I know. Tapi gue nggak bisa menolak dia, saat dia meminta kesempatan dengan sorot matanya yang memberikan kejujuran buat gue. Dan juga, gue masih cinta sama Billy," balas Shareena dengan ekspresi penuh cinta, dan nada suara yang begitu lembut.

Nathan mengerjap dan terdiam lagi. Ekspresi yang ditonjolkan Shareena sungguh berbeda dari sebelumnya. Entah karena sudah cukup lama tidak bertemu, atau memang ada perubahan pada wanita itu. Yang jelas, wajahnya lebih merona dan senyumannya begitu lebar. Dia tampak semakin cantik dan bersinar.

"Nathan..." rajuk Shareena dengan suara manja dan meraih tangan Nathan untuk digenggam. "Gue jujur sama lu karena gue tahu lu spesial buat gue. Bagi gue, lu perlu tahu soal kelanjutan hidup gue. Meskipun kita nggak punya status, tapi kita bersahabat."

Nathan menghela napas dan membalas genggaman tangan Shareena. "Thanks. Tapi gue nggak akan tinggal diam, kalo bajingan itu berani nyakitin lu lagi. Jangan ragu buat cari gue, kalo lu butuh bantuan."

Senyum Shareena semakin melebar lalu mengangguk dengan antusias. "Itu udah pasti. Thanks!"

Nathan tersenyum ketika melihat Shareena beranjak dari kursinya, untuk menghampiri Nathan dan memeluk erat.

"If you're happy, I'm happy, Shar," bisik Nathan hangat lalu mencium pipi Shareena dengan dalam.

Shareena memekik senang dan menarik diri sambil menatap Nathan dengan sumringah. "Nanti lu kudu datang ke nikahan gue yah!"

"Kalo gue bisa, pasti gue dateng," balas Nathan kalem.

Shareena mengangguk. "Jadi, lu mau ngomong apa sama gue? Urusan gue udah kelar, dan sekarang giliran lu."

Nathan terdiam sejenak sambil memikirkan kalimat apa yang harus dia ucapkan pada Shareena, setelah berpikir untuk bertemu dengannya.

"Gue juga pengen bilang kalo hubungan kita yang kayak kemarin itu, gue nggak minat buat lanjutin," jawab Nathan akhirnya.

Alis Shareena terangkat dan senyumnya kembali mengembang. "Lu... juga mau kawin?"

"Nggak! Bukan itu! Gila! Gue nggak punya nyali gede kayak lu yang udah mau punya anak," elak Nathan mentah-mentah sambil menggelengkan kepalanya.

"Terus? Siapa yang jadi pacar lu?"

"Bukan pacar juga."

"Anjir! Bukan mau kawin, terus bukan pacar, tapi sanggup bikin lu mutusin hubungan ena-ena kayak yang dijalanin kita? Aih kampret banget tuh cewek! Siapa? Siapa? Kasih tahu!" seru Shareena tidak sabaran sambil mendekatkan kursi, agar bisa berdekatan dengan Nathan.

Nathan memutar bola matanya dan menatap Shareena dengan jenuh. "Biasa aja dong."

"Gue mana bisa kalo biasa aja sama lu? Apalagi ini menyangkut harga diri gue! Lu sama gue jalan dua taon, tapi sekalipun nggak ngerasa klik selain ejakulasi!"

"Seriusah deh, Shar. Mulut lu tuh kayak comberan. Gih sana lu ngomong sama Billy, gue pengen tahu komennya apa?" sewot Nathan kesal.

"Bercanda, Than. Serius banget sih lu," balas Shareena sambil terkekeh geli. "Jadi, lu punya gebetan?"

Nathan menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Lu tahu adeknya Wayne? Yang namanya Lea."

Shareena mengerutkan alisnya, tampak berusaha mengingat sesuatu. "Lea, adeknya Wayne yang naksir sama lu, tapi lu tolak? Yang lu nggak pernah cerita sama Wayne dan yang laen, selain gue? Yang itu?"

Nathan mengangguk. Kemudian dia menceritakan semuanya pada Shareena, sejak dari pertemuan dengan Lea, sampai hari ini. Termasuk soal acara kencan Adrian dan Lea hari ini. Shareena tampak menyimak dan menganggukkan kepala sebagai respon selama Nathan bercerita.

"Itu namanya lu udah suka sama dia," komentar Shareena kemudian.

"Really?" tanya Nathan takjub.

Shareena kembali tertawa. "Cowok kalo bisa jadi bego mendadak gara-gara cewek, itu tandanya suka atau cinta. Gitu aja. Lu nggak akan kelar, sebelum rasa penasaran lu terpenuhi."

"Maksud lu?"

"Lu penasaran sama Lea. Ada sesuatu yang berubah dari dia, dan akuilah itu. Tiba-tiba lu bisa ketemu dan deket sama dia, lalu jadi guru dadakan buat pacaran. Sekarang lu uring-uringan karena tahu dia jalan sama Adrian. Sederhana aja, lu udah mulai ada rasa sama Lea," ujar Shareena kemudian.

Nathan menyimak ucapan Shareena dengan ekspresi datar. Perasaan tidak nyaman yang dirasakannya adalah kenyataan yang harus diterima, yaitu dia sudah menyukai Lea. Damn! Dia mendengus pelan ketika mengetahui hal itu dari Shareena.

"Gue nggak suka dia jalan sama cowok lain," ujar Nathan jujur.

"Itu namanya lu cemburu," balas Shareena tanpa ragu. "Kalo lu suka, lu buktiin perasaan lu."

Nathan melebarkan matanya. "Lu mau gue bikin anak orang kabur, dengan tiba-tiba ngomong suka sama dia? Gila!"

"Buktiin perasaan kan nggak melulu ngomong cinta, Than! Lu bisa tunjukkin lewat sikap, seperti jadi teman curhat, jadi teman jalan, jadi teman dalam suka atau duka. Lama-lama kan cewek juga luluh," sahut Shareena.

"Gue nggak mau dia mikir kalo apa yang gue lakuin, itu cuma sebatas gue punya tanggung jawab dari Wayne untuk menjaga dia. Nanti dia salah sangka, gimana?"

"Tunjukkin yang bener! Gue heran sama lu, kayak beginian aja bisa bego banget. Malu dong sama gelar dating mentor yang dikasih ke lu, meski gue gagal paham apa maksud tuh cewek. Bisa jadi itu cuma modus dia buat deketin lu," celetuk Shareena geli.

"Mudah-mudahan," timpal Nathan senang.

Shareena tertawa sambil menepuk bahu Nathan dengan ringan. "Good luck, Baby! You deserve what best in life. Jangan ragu dan jangan sok bego. Jaman sekarang kalo nggak gerak cepet, bisa disabet orang."

"Iya deh, mentang-mentang udah laku duluan, gue kasih lu nyombongin gue sekarang," balas Nathan dengan nada mengejek.

Shareena kembali tertawa. "Kalo gitu, gue boleh minta anter, nggak?"

"Kemana?"

"Ke apartemen laki gue lah. Dia baru aja sampe Jakarta sekitar sejam lalu, dan baru sampe di apartemennya. Tenang, nggak jauh kok. Apartemennya deket rumah lu."

Alis Nathan terangkat ketika mendengar nama apartemen yang disebut Shareena barusan. Tempat yang ingin dituju Shareena untuk menyusul Billy adalah apartemen yang sama dengan Lea. Hmmm...

"Okay, gue anter. Sekalian gue mau mampir sebentar," ujar Nathan sambil beranjak.

"Mampir kemana?" tanya Shareena curiga, sambil menyamakan langkahnya dengan Nathan.

"Nggak usah tahu," jawab Nathan cuek. "Lu cukup turun dari mobil gue, kalo udah sampe."

"Ih, judes banget sih jadi cowok! Untung gue sayang sama lu," balas Shareena ketus.

"Gue nggak butuh sayang lu."

"Terus sama siapa? Lea?"

"Kalo sama dia, gue nggak keberatan," balas Nathan sambil mengulum senyum.

Shareena tertawa sambil menggeleng melihat ekspresi Nathan yang jarang dilihatnya. Senyuman geli diiringi tatapan penuh arti, sangat jarang ditemukan pada pria berhati dingin itu.

Nathan dan Shareena berbincang selama perjalanan mengenai hal apa saja, sampai akhirnya mereka tiba di gedung apartemen itu. Niat Nathan adalah ingin menyambangi apartemen Lea, guna memastikan apakah wanita itu sudah kembali atau belum, meski hal itu mustahil. Karena sekarang masih jam 8 malam, yang berarti tidak mungkin Lea bisa pulang secepat itu.

Nathan melajukan kemudi memasuki pelataran parkir pada basement gedung, dan menempati tempat yang tidak jauh dari pintu masuk apartemen. Dia dan Shareena segera keluar dari mobil, lalu berjalan berdampingan menuju pintu masuk.

"Udah berapa bulan kehamilan lu?" tanya Nathan dengan alis terangkat.

"Jalan tiga bulan," jawab Shareena senang.

"Gila!" ucap Nathan sambil meringis.

"Kita sama-sama serius kali ini, Than. Jadinya yang ada di pikiran kita tuh cuma cinta dan nafsu," balas Shareena sambil tertawa.

"Cinta dan nafsu emang beda tipis. Untungnya gue nggak..." Nathan menghentikan ucapannya ketika bisa menangkap sosok familiar yang sedang berjalan ke arah sebaliknya.

Dengan mengenakan sabrina crop top, celana skinny jeans belel, dan rambut panjang yang diikat dalam ikatan ponytail, disitu Nathan menangkap sosok Lea yang sedang berjalan ke arah pelataran parkir dengan kepala menunduk. Wanita itu tampak lesu dan tidak bersemangat. Hal itu membuat Nathan spontan memutar tubuhnya untuk menyusul Lea, meninggalkan Shareena di belakangnya.

Ketika dia berada tepat di belakang Lea, Nathan segera mencengkeram lembut lengan mungil itu. Lea memekik kaget dan langsung menoleh dengan panik. Sepasang mata coklatnya yang indah itu, kini sudah menatap Nathan, membuat degupan jantung Nathan berdegup lebih kencang. Shit!

"Lea," panggil Nathan.

"Ka.. kamu kok bisa..."

"Ini siapa?" tiba-tiba suara Shareena yang riang, menyela ucapan Lea.

Di situ, Nathan melihat wajah Lea yang memucat, saat Shareena muncul dari arah belakang. Lea menatap Shareena dengan sorot matanya yang sayu, lalu melihat ke arah Nathan dengan ekspresi... terluka? Oh, dear God! Sepertinya Lea salah paham.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Gaya bahasa yang aku pake disini adalah gaya bahasa aku dengan teman2ku 🙈
Aslinya emang agak gesrek dan nyablak.

Senengnya aku di Unspoken Series tuh gini, masih berbasis Indonesia, yang kalo ngomong tuh pake bahasa sehari2.

Sedangkan lapak para anak, bahasanya baku karena ceritanya, mereka pake bahasa luar 😅

Buat yang nunggu Daddy Ashton, sabar!
Ini aku lagi nulis part klimaks, tapi gak puas2. Foreplaynya kelamaan 😆


Published : Des 2017 - Feb 2018
New version : 25.04.19 (19.29 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top