Chapter 8 : The Rest of The Story
Menunggu adalah sesuatu yang tidak mengenakkan. Sepertinya akan ada banyak orang yang setuju dengan hal itu. Menunggu dalam keseharian mungkin tidak seburuk kedengarannya, tapi ketika kau menunggu sesuatu yang tidak biasa, tentunya hal ini membuatmu tidak sabar dan waktu akan terasa berjalan dengan sangat lambat.
Untungnya, aku punya beberapa pekerjaan sebelum Hendra datang hari ini. Seperti sebelumnya, aku harus mengecek data yang sudah didapatkan dari Bank Exodus. Rencana Hendra mungkin bisa membantu banyak dalam menentukan akhir dari misi ini, tapi apa yang David dan aku sudah lakukan tentunya juga berguna. Setidaknya, kami bisa meminimalisir berapa banyak perhiasan yang perlu untuk diperiksa.
"Ah, aku akan senang kalau semua ini akhirnya bisa selesai! Melakukan pemeriksaan silang adalah hal yang menyebalkan, kau tahu?" kata David, ketika dia merenggankan tubuhnya sejenak di tengah pekerjaan kami.
"Aku tahu. Kadang aku heran juga bagaimana bisa kau bertahan menjadi seorang ahli IT," sahutku.
"Well, I chose that decision, so I have to live with it, I guess. Menjadi ahli IT tidak selamanya membosankan, kau kadang bisa melakukan beberapa hal keren lainnya. Hanya saja, kadang kau harus berursan dengan daftar dan data. Sudah resiko pekerjaan, sepertinya."
"Ah iya, aku tidak pernah menanyakannya, tapi karena kau ahli IT, apakah kau salah satu lulusan Sandford yang mengambil kelas khusus? Kan ada beberapa anak berkemampuan khusus yang mendapatkan kuliah lebih dini, dan banyak anak dengan kemampuan IT mendapatkan kelas khusus."
"Sebenarnya aku tidak berminat untuk masuk kelas khusus. Aku rasa aku bisa belajar sendiri soal apa saja yang penting melalui kelas dan klub komputer di akademi. Tapi ... akademi menganggapku berkemampuan khusus, jadi mereka memberiku kesempatan untuk kuliah pemograman komputer. Jadi ya, aku adalah salah satu anak kelas khusus."
"Begitu? Pasti kau repot sekali ya saat masih di akademi?"
"Bisa dibilang. Tapi SA punya sistem pendidikan yang tidak biasa, jadi ya ... semuanya tidak seberat yang awalnya aku duga. Aku bisa bersantai kalau menyelesaikan misi lebih cepat daripada tenggat yang ditentukan. Aku bahkan juga sempat berada dalam sebuah band bersama Rila dan Brad ketika masih di akademi."
"Ah, Sandford Academy ... masa sekolah kita mungkin tidak biasa, tapi tetap saja ada kenangan tersendiri ya?"
"Karena itulah aku kangen dengan akademi. Aku ingin sih mengambil kuliah lanjutan di akademi, tapi rasanya tidak perlu. Itu kan hanya semacam sertifikasi tambahan. Lagi, aku sudah punya pekerjaan di sini. Walau aku kangen juga dengan teman - temanku. Mungkin suatu saat nanti aku harus reunian dengan teman - teman dari The Distraction. Aku sering berkomunikasi dengan Kevin si vokalis, tapi aku penasaran akan kabar pasangan serasi Marcel dan Scott. Walau yah, reuni kami tidak akan lengkap karena Brad sudah tiada."
"Aku juga kangen dengan teman - temanku dari klub voli. Rasanya sudah lama sekali aku tidak main voli, pasti kami semua akan kelihatan payah kalau bermain lagi jika kami reuni."
David terkekeh, dan kemudian dia menatap kembali ke layar. Dia tengah mengecek beberapa nama terakhir. Seseorang tengah mengecek alamat yang diberikan oleh Albert, dan kami tinggal menunggu kabar berikutnya.
"Oh iya, aku tahu kalau ini pertanyaan aneh, tapi menurutmu, Rila orangnya seperti apa? Aku tidak terlalu mengenalnya, tapi dia kelihatannya agak ... tidak biasa. Kau sebagai temannya tentu tahu banyak, kan?" tanyaku.
"Hm, bagaimana ya menjelaskannya? Kalau mau mudahnya sih, dia seperti Pak Jameson, karena anaknya ini sudah semacam fotokopi dari bapaknya kalau soal sikap dan pola pikirnya. Tapi Rila orangnya lebih nekat dan urakan. Setidaknya, aku bisa jamin kalau dia orangnya baik," jawab David.
"Aku bisa lihat kalau dia punya karakter yang tidak beda jauh dari ayahnya. Walau begitu, aku masih kaget kalau rupanya dia adalah agen khusus seperti ayahnya. Setahuku, tidak banyak perempuan yang bisa langsung digolongkan sebagai agen khusus saat masuk ke akademi. Agen khusus saja jumlahnya memang sedikit, apalagi perempuan. Bukannya bermaksud untuk mendiskriminasi perempuan, tapi kualifikasi agen khusus ini cukup berat. Kalau kau bisa digolongkan ke dalamnya tanpa perlu melakukan perhatian atau pelatihan khusus, maka itu adalah hal yang luar biasa di akademi."
"Dan Rila adalah salah satu orang itu. Kau tahu, itu sebenarnya ada alasannya. Jadi, kita tahu kalau ayahnya adalah seorang agen khusus, dan sempat mengajar di akademi juga. Tapi, ini tidak memudahkan Rila ketika masuk ke Sandford."
"Eh, kenapa? Aku tahu kalau pihak akademi itu selalu ketat dalam menyeleksi, tapi apakah Rila tidak mendapatkan pelatihan khusus?"
"Tidak. Malah, ketika Rila masuk ke akademi, dia mendapatkan beberapa tantangan dari pihak akademi. Yang pertama, tes fisik dan kemampuan yang dia jalani lebih berat daripada siswa lainnya. Kemudian, Rila harus ikut bersama ayahnya dalam sebuah misi khusus, untuk menentukan kualifikasi apa saja yang Rila miliki. Mereka harus melumpuhkan beberapa orang yang diminta, dan karena Rila itu orangnya tidak biasa, dia menerimanya dengan senang hati. Dia berhasil melakukannya dengan baik, dan tidak segan untuk membunuh targetnya, karena itulah pihak akademi langsung menggolongkan dia ke dalam agen khusus. Belum lagi Rila juga punya latar belakang yang menarik, tidak heran kalau akademi sering memberinya tugas khusus. Pak Jameson yang menceritakan ini padaku."
"Pantas saja. Tapi jujur nih, dia sangat dingin jadi perempuan. Aku tidak heran kalau dia dibesarkan dengan cara yang berbeda oleh Pak Jameson, sehingga dia tidak takut dengan kematian atau keharusan untuk menghabisi orang lain. Bahkan dia tidak kelihatan sedih ketika harus kembali ke akademi setelah diputuskan oleh pacarnya."
"Oh, ada beberapa cerita menyakitkan yang pernah Rila hadapi dalam hidupnya, yang aku rasa memengaruhi bagaimana dia sekarang ini. Tapi kalau soal putusnya hubungan dia itu, aku juga tidak begitumengerti kenapa. Aku tahu kalau Rila sudah mengalami banyak hal buruk, mungkin itu alasan kenapa dia kebal dengan guncangan emosi tipe ringan. Tapi tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya ada di dalam pikirannya."
"Bahkan kau yang kenal dengannya saja tidak tahu, apalagi aku."
"Iya, dia sepertinya menyimpan beberapa rahasia untuk dirinya sendiri. Tapi, aku tahu dia adalah orang yang baik, dan juga seorang agen yang handal. Hanya saja ya itu, kita tidak tahu apa yang ada di dalam dirinya."
"Dia orang yang menarik dan diliputi misteri. Kelihatannya dia seperti seseorang yang keluar dari buku novel. Terlalu keren untuk jadi kenyataan."
David terkekeh, "Aku setuju dengan hal itu. Latar belakangnya sendiri sudah menarik. Ayahnya seorang agen, dan ibunya adalah ketua dari kelompok penyedia jasa prostitusi di Underground. Sepertinya hal itu yang membuat dia jadi suka bersifat netral. Walau begitu, aku yakin kalau saja dia salah langkah, Rila bisa saja jadi seorang penjahat kelas atas. Sepertinya itu akan jadi sangat mengerikan."
"Aku rasa Rila tidak akan jadi musuh yang menyenangkan."
Pembicaraan kami memang agak ngawur, tapi setidaknya itu bisa mengalihkan rasa bosan kami ketika memeriksa data yang ada. Untungnya, pekerjaan kami tidaklah sebanyak sebelumnya, sehingga semuanya bisa selesai sebelum jam makan siang datang. Akhirnya, pengecekan data selesai.
Ketika kami baru saja selesai, ponsel David yang ada di atas mejanya tiba - tiba saja bergetar. Si pemilik langsung mengambilnya, dan membaca apa yang tertulis di layar. Setelah beberap saat, David tersenyum dan melirik ke arahku.
"Pengecekkannya sudah selesai. Katanya, alamat dari si Albert ini asli. Dia memang tinggal di sana bersama seorang perempuan bernama Indriana Chester, yang merupakan istrinya. Ada juga beberapa alamat palsu yang berhasil dikonfirmasi," kata David.
Aku mengangguk. Ini berarti, memang Albert itu yang menggadaikan perhiasannya. Hanya saja, kami tentunya tidak tahu apakah perhiasan yang dia gadaikan itu asli atau tidak. Tetap harus dilakukan pengecekkan, karena keberadaannya sebagai seorang pemalsu tentunya menimbulkan kecurigaan.
"Baiklah, aku harap itu berguna. Mungkin nanti aku bisa sampaikan itu ke si Hoodie Detective," sahutku.
"Oh! Kau sudah bertemu dengan Hendra? Kurasa kau terkejut ketika melihat wujud asli dari legenda Inkuria ini?"
"Tentu saja! Siapa yang tahu kalau Hoodie Detective itu adalah seorang pria yang kelihatannya biasa saja?!"
"Justru itulah yang banyak membantunya dalam pekerjaannya. Tidak akan ada yang mencurigai seorang guru SMP polos sepertinya sebagai seseorang yang suka berkeliaran di kota dan melumpuhkan penjahat. Orang lain mungkin akan mengira kalau dia sibuk mengoreksi PR anak muridnya. Tapi tidak, dia adalah pahlawan yang selama ini dipuja oleh penduduk Inkuria."
"Penampilan kadang menipu, itulah yang pernah aku pelajari di akademi. Sepertinya dia tidak kalah handalnya dengan para agen."
"Oh, kalau kau tahu latar belakang keluarganya, maka kau akan mengerti kenapa. Tapi, cerita soal Hendra ini lumayan panjang, akan lebih baik kalau dia sendiri yang menceritakannya padamu. Mungkin kita akan simpan topik itu untuk lain kali saja, di saat yang lebih tepat."
"Aku setuju. Sekarang, kita harus fokus akan apa yang jadi misi kita."
Pekerjaanku dan David kini telah berakhir, dan setelah jam makan siang, aku kembali ke ruanganku. Karena tidak ingin terlalu banyak berpikir selama menunggu Hendra, aku memutuskan untuk kembali membaca jurnal milik Cameron. Aku tahu kalau aku terlalu sering membaca jurnal temanku itu, tapi aku tidak tahu apa lagi yang bisa aku lakukan. Tulisan tangan Cameron seolah bisa memberikanku ketenangan hanya dengan cara melihatnya.
Dengan membaca catatan Cameron, aku tidak merasakan bahwa waktu berlalu. Hingga akhirnya aku bisa mendengarkan suara ketukan di pintu ruanganku. Aku rasa itu adalah Hendra, jadi aku mempersilahkan dia masuk.
"Bisakah kau bukakan pintunya, Wilson?" seru Hendra, dari luar ruangan.
Aku mengerutkan alisku, kemudian meletakkan jurnal Cam di mejaku. Tentu saja aku penasaran kenapa dia tidak membuka sendiri pintunya. Walau begitu, aku tetap berdiri dan membukakan pintu untuk Hendra.
Si pria eksentrik itu kembali datang ke ruanganku, dan kini berdiri tepat di hadapanku. Tapi yang membuatku bingung adalah, dia membawa sebuah kotak kardus yang cukup besar bersamanya. Hendra tersenyum kepadaku, sementara itu aku hanya bisa mengerutkan keningku.
"Boleh aku masuk? Kotak ini lumayan berat nih," kata Hendra.
Aku langsung menyingkir dari jalan masuk, dan Hendra melangkah ke dalam ruanganku. Dia meletakkan kotak kardus itu di atas mejaku, dan aku memutuskan untuk kembali ke kursiku. Hendra sendiri juga menghempaskan dirinya ke kursi yang tersedia setelah dia meletakkan kotak tadi.
"Apa yang kamu bawa ini akan berguna untuk rencanamu?" tanyaku.
Hendra terkekeh, "Tidak. Tapi mungkin isinya akan berguna untukmu. Ini adalah benda yang Cam titipkan padaku, untuk diberikan padamu. Benda yang selama ini kau cari," sahut Hendra.
Mataku langsung membulat karena pernyataan Hendra tadi. Jurnal pribadi milik Cameron! Jadi selama ini memang benar kalau Cam sudah memyembunyikan jurnal pribadinya dariku! Kalau begitu, tentunya aku akan menemukan semua jawaban dari pertanyaanku di dalamnya.
"Rupanya selama ini Cam menyembunyikan jurnal pribadinya dariku dan menyerahkannya padamu? Pantas saja aku tidak bisa menemukannya! Aku sudah mencarinya kemana - mana!"
"Aku tahu. Cam sudah mengatakan pada surat pertamanya kalau kau pasti mencari semua jurnal pribadinya. Tapi dia ingin kau tahu tentang kenyataan soal Indri terlebih dahulu sebelum kau membaca cerita yang dia miliki."
"Jadi ... kau sudah membaca isi surat kedua dari Cameron? Apa yang dia katakan?"
"Dugaanmu bahwa Cam meramalkan apa yang terjadi sekarang sepertinya ada benarnya. Di surat keduanya, sepertinya Cam bisa tahu kalau semua ini akan terjadi. Mengagumkan juga akan bagaimana dia bisa menebak semuanya dengan cukup akurat. Intinya, Cameron tahu kalau Indri akan membalas dendamnya, sesaat setelah dia mati melalui kau, sahabatnya."
"Lalu, apa yang Cameron katakan?"
"Kurasa kau bisa baca sendiri surat yang Cam berikan padaku. Toh, dia tidak mengatakan kalau dia melarangku untuk membiarkanmu membacanya. Kalau kau sudah baca, maka akan aku jelaskan keadaannya."
Hendra membuka tasnya, lalu mengeluarkan sebuah buku catatan bersampul kulit hitam. Dia membuka satu halamannya, dan mengeluarkan sepucuk amplop yang dia selipkan di sana. Hendra menyerahkannya padaku, dan aku menerimanya. Di depan amplop, aku bisa melihat nama dan alamat Cameron sebagai pengirimnya. Langsung saja aku membuka amplopnya, dan membaca beberapa lembar kertas yang ada di dalamnya.
Dear Hendra
Aku tidak tahu sudah berapa lama sejak kematianku ketika kau akhirnya bisa membuka surat yang satu ini. Bisa jadi beberapa bulan, atau mungkin beberapa tahun. Entahlah, aku tidak bisa meramalkan apa yang sudah terjadi di masa depan. Tapi yang aku tahu pasti, kau membuka surat ini setelah kau bertemu dengan Wilson.
Nah, mungkin kau akan mendapati kalau sahabatku itu tengah berada dalam masalah. Aku sudah mengatakan kalau kau harus menemui Wilson setelah dia menemui Jon, kan? Kau tahu kenapa aku memintamu melakukan hal itu? Kalau tidak, aku akan jelaskan.
Jadi begini, aku sudah mengatakan di pernyataan terakhirku ke Wilson kalau aku punya seorang sepupu bernama Jonathan Pacifia. Tentunya dia akan mencari tahu siapa Jon. Tapi, setelah mengetahui kalau Jon adalah orang sibuk, Wilson tidak akan mencoba mengusiknya. Aku tahu kalau Wilson tidak akan menemui Jon kalau keadaannya masih belum terlalu membingungkan untuknya. Bagi Wilson, dia tidak masalah kalau tidak mengetahui apa yang aku rahasiakan, toh selama 20 tahun belakangan ini dia sudah berteman denganku dan dia tidak pernah merasa kalau dia harus mengetahui masa laluku.
Tapi semuanya akan berubah kalau Wilson menghadapi kebingungan. Kita tahu kalau Indri masih hidup dan melakukan bisnisnya bersama Albert. Aku ingin Wilson menyelesaikan masalah itu, dan kau tahu itu. Tapi, bagaimana caranya? Kau sudah kuminta untuk mengawasi apa yang Indri lakukan, dan tentunya kau sudah menyampaikannya pada Pak Jameson, kan? Itulah rencanaku.
Aku sudah mengirimkan surat pada Pak Jameson atas apa yang harus dia lakukan. Aku memintanya untuk menyerahkan semua misi yang berhubungan dengan perhiasan atau Indri kepada Wilson. Dengan ini, Wilson akan bisa bertemu dengan Indri dan mendengarkan kebohongannya. Indri mungkin bisa mencoba untuk menipu Wilson, tapi temanku tidak akan bisa percaya dengan mudah.
Setelahnya, Pak Jameson yang akan mendorong Wilson untuk menemui Jon. Dengan penuturan dari Jon, Wilson akan mendapatkan fakta yang bisa membantunya untuk menangkap Indri. Tapi itu tidak cukup. Kau akan datang pada Wilson setelahnya, karena aku sudah menyuruhmu untuk segera menemui Wilson kalau Jon menelponmu dan mengatakan bahwa dia sudah menemui Wilson. Lalu, kau menemui Wilson, dan di sinilah kita.
Kau tanya, kenapa aku melakukan semua hal ribet itu? Ya, aku sudah mengatakannya pada suratku yang sebelumnya kalau kau harus membantu Wilson dalam menangkap Indri. Tapi aku melakukan semua ini supaya semuanya kelihatan normal. Kemudian, dengan cara ini Indri tidak akan tahu kalau aku tahu apa yang dia rencanakan, dan sudah menyusun rencana balasan untuknya.
Begini, kau ingat ketika kita akan menangkap Indri dan dia kabur sebelum kita mendapatkannya? Jadi, aku sebenarnya menaruh kamera tersembunyi di kamarnya. Bukan bermaksud aneh, tapi aku ingin tahu kalau saja Indri merencanakan sesuatu. Karena kau bilang kalau kau tidak ingin menakut - nakuti Indri dengan memburunya, jadi kau bilang kalau kau akan biarkan Indri dan Albert lari ke luar kota. Karena itulah aku tidak memberitahu akan apa yang aku dapatkan dari kamera pengintai itu.
Intinya, dia panik ketika kau berhasil menggagalkan transaksi besar yang dia lakukan. Dia bisa merasakan kalau kau akan menangkapnya sebentar lagi, karena itulah dia dan Albert segera melarikan diri. Aku menyaksikan rekaman kamera pengintai itu lebih jauh lagi, dan aku menemukan kalau Indri bicara pada dirinya sendiri.
Indri menyalahkanku karena aku adalah seorang mata - mata, tentunya. Siapa yang tahu kalau aku bekerja sama denganmu? Dia merasa dibodohi, dan menyesal karena dia serius akan perasaannya padaku. Sambil menyumpah pada dirinya sendiri, dia merencanakan sebuah balas dendam padaku. Caranya, dia akan melukai Wilson, karena dia tahu kalau temanku akan segera datang ke Inkuria, dan dia berniat untuk menghancurkan kepercayaan Wilson padaku, seperti aku yang merusak kepercayaannya.
Tapi Indri tentunya tahu kalau aku akan menghentikannya jika aku ada di dekatnya. Jadi saat itu, dia bersumpah kalau dia akan membunuhku suatu hari nanti. Kalau aku sudah mati, maka Indri akan mencelakakan Wilson setelahnya. Dengan tidak adanya aku, maka dia bisa melakukan semuanya dengan baik, karena Wilson tidak tahu apa - apa.
Aku bisa mendengar semua rencana Indri. Dia berniat untuk mencelakakan Wilson. Indri ingin agar Wilson bisa menjadi seseorang yang tidak diinginkannya karena aku. Mendengar perkataan ini, aku tahu rencana mana yang dia maksud. Dia ingin agar Wilson berada dalam bahaya. Caranya, dia ingin menipu Wilson agar percaya sebuah kebohongan akan diriku, sehingga Wilson mau melakukan sebuah kejahatan hanya demi Indri.
Indri sudah pernah melakukan tipuan macam ini. Kau tentunya ingat kan, akan kasus Amir Effendi? Itulah yang akan Indri lakukan. Dia akan melakukan tipuan yang sama persis yang dia sampaikan pada adiknya Amir, Dani. Tentunya kau tidak ingin membiarkan rencana itu terjadi, kan? Aku juga tidak ingin Wilson terlibat dalam masalah.
Karena itulah aku ingin kau membantu Wilson. Aku ingin dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, tapi dia tidak akan bisa menyelesaikan misi ini sendirian. Pasti sekarang Wilson tengah kebingungan akan mana fakta yang benar tentangku.
Aku bisa saja menyerahkan semua buku jurnalku pada Wilson. Tapi aku takut kalau itu akan menghalanginya untuk pindah ke kota Inkuria. Karena Wilson akan tahu kalau aku punya kenangan buruk di Inkuria, dan Indri berusaha mencelakainya. Aku tidak ingin Wilson tetap berada di pinggiran kota. Aku ingin Wilson tahu dan mengerti betapa aku sangat mencintai Inkuria, tapi aku ingin menghindari Indri.
Karena sekarang aku sudah mati, tentunya Indri tidak perlu bersusah payah untuk balas dendam. Tapi tentunya dia tidak akan puas kalau belum bisa melukai Wilson. Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan Indri untuk menyusun rencananya, tapi ketika kau membaca surat ini, aku tahu kalau semuanya sudah terjadi.
Semua yang aku lakukan ini kedengarannya menyusahkan, tapi aku hanya ingin Wilson mengetahui semuanya dengan sendirinya. Bukan karena aku yang memberitahu semuanya. Walau begitu, jurnalku akan menjelaskan semuanya pada Wilson secara pribadi.
Kau lakukan saja semua hal yang diperlukan untuk menangkap Indri. Lindungi Wilson dari masalah yang bisa saja datang padanya. Aku percaya akan penilaianmu, aku tahu kalau kau akan melakukan yang terbaik.
Lalu, sampaikan permintaan maafku pada Wilson. Aku tidak bermaksud untuk mempermainkannya, hanya saja aku ingin dia tahu semuanya. Aku ingin agar Wilson bisa mengerti kenapa. Aku yakin dia akan mengerti kenapa.
Kau bisa serahkan kotaknya kepada Wilson. Katakanlah padanya kalau dia bisa membukanya ketika Indri sudah tertangkap. Dia akan membutuhkan semua penjelasan itu nantinya.
Terima kasih atas semua yang sudah kau lakukan selama aku hidup. Mulai dari menghilangkan ancaman yang ada di keluargaku, sampai membantu Wilson untuk menangkap Indri. Aku tidak akan melupakan semua yang pernah kau lakukan padaku. Sampaikan salamku untuk anak dan istrimu, katakan kalau mereka beruntung karena memiliki seseorang sepertimu.
Sampai jumpa di alam berikutnya, Hendra.
Cameron Pacifia
Aku melipat kembali kertas suratnya, dan mengembalikannya kepada Hendra setelah aku memasukkan kertasnya ke dalam amplop. Dia menerimanya, kemudian memperhatikan ekspresi wajahku. Aku sendiri tidak tahu bagaimana ekspresi yang ada di wajahku. Semuanya membuatku merasakan sensasi campur aduk.
Ternyata Cameron sudah tahu kalau semuanya akan terjadi. Dia tidak ingin agar aku kenapa - napa, tapi dia menginginkan aku agar tahu apa yang terjadi. Karena itulah dia membiarkanku bisa bertemu dengan Indri, tapi dia juga sudah meminta beberapa orang membantuku jika aku menemukan kesulitan.
Memang semuanya akan lebih mudah jika Cam mau menjelaskannya dengan jurnal pribadinya. Tapi dia tahu kalau aku tidak akan memutuskan untuk bergabung dengan SPE kalau saja aku tahu jika seorang musuh akan menantikanku ketika aku berada di Inkuria. Dia juga ingin membuat Indri tertipu, karena dia mengira kalau rencananya akan berhasil. Padahal, Cameron sudah merencanakan serangan balasan untuknya.
Cameron benar. Aku mengerti akan apa maksudnya. Tapi dia sengaja tidak menjelaskan semuanya di awal karena dia tidak ingin menghalangiku untuk melangkah ke depan. Menghadapi kota Inkuria dan semua masalah yang ditawarkan padaku. Semuanya beralasan, dan aku mengerti akan bagaimana cara pikir Cameron, karena itulah aku merasa kalau semuanya masuk akal.
Kalau begini, berarti Cam ingin agar aku bisa menangkap Indri. Semua hal soal kalung batu rubi itu adalah sebuah pancingan dari Indri dan aku tidak boleh jatuh ke dalam perangkapnya untuk bisa mendapatkan kembali kalung itu untuknya.
"Kok bisa ya, semuanya terjadi secara kebetulan?" tanyaku.
Hendra terkekeh, "Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Aku sih tidak menganggap semua ini sebagai kebetulan, karena Cam kan memang sudah mendengarkan apa yang Indri rencanakan. Tapi kalau ada satu hal yang aku tahu, maka itu adalah kalau Tuhan kadang memang doyan untuk melakukan sesuatu dengan cara yang aneh," sahut Hendra.
"Yah, sepertinya kita tidak akan tahu bagaimana si ahli batu mulia itu membongkar keberadaan perhiasan palsu di Bank Exodus dan kedatangan Indri bisa terjadi di saat yang bersamaan."
"Eh, sebenarnya sih, kalau soal si ahli batu mulia itu, aku bisa jawab. Aku yang menugaskan orang itu untuk berada di dekat para pecinta perhiasan mewah. Ada beberapa orang yang tentunya tidak mau ditipu, jadi ada beberapa di antara mereka yang akan memanfaatkan jasa orang ini. Kalau kau tanya, maka ahli batu mulia inilah yang akan membantumu nantinya."
"Jadi ini semua ulahmu? Tapi kok bisa saatnya tepat begini?"
"Jangan tanya aku. Aku hanya menempatkan orang itu untuk memantau perkembangan perhiasan palsu yang ada di Inkuria. Bagaimana semuanya bisa terjadi di saat yang tepat, hanya Tuhan yang tahu kenapa."
"Baiklah ... aku sudah membaca penjelasan dari Cameron akan apa yang harus kau lakukan. Lalu, apa yang sebenarnya terjadi antara Indri dan Cam?"
Hendra terdiam sejenak. Dia mengembalikan amplop tadi ke tempat asalnya, lalu menutup buku tadi. Aku kembali memperhatikan Hendra yang kini ekspresinya terlihat sangat serius. Setelah beberapa saat, akhirnya Hendra mulai bercerita.
"Jadi begini, seperti yang kau tahu, akulah yang menugaskan Cam untuk menjadi mata - mata. Pada awalnya, dia adalah orang yang mengawasi keberadaan Sony Gloody, lalu setelah Sony mati, aku meminta Cam untuk mengawasi beberapa orang penting lainnya. Salah satunya adalah Indri. Saat itu, dia dan Albert memang menyebarkan banyak sekali perhiasan palsu di Inkuria, karena itulah aku jadi agak khawatir," kata Hendra, memulai ceritanya.
"Di tengah penyamarannya itu, Cam bertemu secara langsung dengan Indri. Singkat kata, mereka mulai berteman, dan Cam bisa melihat kalau Indri tertarik padanya secara khusus. Karena itulah Cam datang padaku dan menanyakan apa yang harus dia lakukan. Aku mengatakan kalau kita harus memanfaatkan kesempatan ini. Jadi, aku meminta dia untuk ikuti saja permainan apa yang diinginkan oleh Indri."
"Cam berpura - pura menjadi pacar Indri. Tapi hal ini memberikan banyak sekali informasi penting padaku. Aku tahu bagaimana Indri membuat dan memasarkan perhiasan palsunya di kota, dan berbagai transaksi penting lainnya. Karena itulah, aku rasa mungkin bisa saja aku menangkap Indri, dengan tujuan untuk melemahkan perekonomian Underground. Aku berhasil menggagalkan banyak transaksi penting, tapi, sesuatu tak terduga terjadi."
"Saat itu, Cam menyamar ke Underground. Kelompok The Gloody, yang diketuai oleh Sony hancur berantakan karena aku sudah membunuh pimpinan mereka pada tahun 2010. Pada tahun berikutnya, anaknya, David Gloody juga berhasil dilumpuhkan. Anggota kelompok yang tersisa berusaha mencariku, karens tentunya apa yang aku lakukan telah mencoreng nama kelompok mereka. Aku sudah dengan sengaja menghindari Underground dan menempatkan Cameron di sana, tapi rupanya mereka mengetahui kalau Cam ada di Underground. Celakanya, dia ketahuan saat membereskan beberapa orang yang tersisa dari The Gloody. Beritanya tersebar ke seluruh Underground, termasuk ke telinga Indri."
"Tentu saja Indri tidak menyangka kalau Cam adalah seorang agen rahasia. Dia menuduh kalau semua kegagalan yang terjadi dalam bisnisnya pasti disebabkan oleh Cam, yang sebenarnya bukan tuduhan yang salah. Karena itulah, hubungan mereka berdua putus. Hal ini terjadi beberapa saat sebelum kami melakukan tangkapan besar atas transaksinya Indri."
"Karena Indri sudah membenci Cam karena dia berusaha menjatuhkan bisnisnya dan juga tidak benar - benar mencintainya, hal ini jadi makin parah ketika Cam ikut melakukan penyergapan di transaksi besar yang diadakan oleh Indri. Karena kami berhasil, Indri semakin bertekad untuk membalas dendamnya pada Cam. Tapi dia tahu kalau aku berada tepat di belakangnya, jadi dia tidak punya banyak pilihan kalau mau selamat. Sebelum aku berhasil menangkapnya, Indri dan Albert berhasil kabur dengan uang hasil kejahatan mereka, dan meninggalkan perhiasan - perhiasan yang mereka punya. Sebelum akhirnya mereka berdua kembali lagi ke Inkuria pada tahun 2016."
"Nah, begitulah kenapa Indri sangat ingin untuk balas dendam pada Cam. Untuk singkatnya, Indri betulan jatuh cinta pada Cam, tapi setelah dia tahu kalau Cam adalah agen rahasia, perasaan cinta itu berubah jadi benci. Kalau mau dipikirkan secara teknis, akulah yang membuat hal itu terjadi, karena aku yang menyuruh Cam untuk pura - pura jadi pacarnya Indri."
Aku terdiam sejenak, berusaha mencerna apa yang diceritakan oleh Hendra. Jadi dulunya Indri dan Cam sempat berada dalam satu hubungan, tapi Indri secara teknis bertepuk sebelah tangan dengan Cam, begitu? Lalu, karena Indri tahu kalau Cam tidak mencintainya plus mengkhianatinya, Indri merencanakan sebuah rencana balas dendam, yang sekarang telah dia lakukan kepadaku? Ribet juga urusannya ya?
Tapi, semuanya jadi masuk akal kalau ceritanya begitu. Kalau memang mereka berdua sempat dekat, tidak heran kalau Indri tahu bagaimana karakter Cam. Dia berakting sebagai pacarnya Indri, tapi masih ada beberapa karakter alami Cam yang bertahan. Lalu, mau tidak mau Cam harus berbagi sedikit cerita tentang dirinya, dan sepertinya dari situlah Indri bisa mengetahui tentangku.
"Begitu rupanya. Pantas saja, rasanya mustahil juga kalau Cam tiba - tiba menikah seperti itu. Bukannya karena Cam tidak memberitahu pernikahannya, hanya saja aku rasa ini agak ganjil. Aku tahu kalau Cam tidak akan pernah bisa terikat dalam hubungan percintaan dan membuat keputusan mendadak seperti itu. Hanya saja ... rasanya apa yang dikatakan Indri itu masuk akal," kataku.
"Memang. Dia kan sudah merencanakan balas dendamnya dengan matang. Aku tidak kaget kalau sebenarnya dia sudah memata - matai kamu selama beberapa waktu sebelum dia beraksi. Dia memanfaatkan kondisi bahwa ada sebuah kemalangan terjadi, yang membuat ceritanya jadi terdengar lebih meyakinkan. Tapi sayangnya, dia tidak kenal Cam sepenuhnya. Karena kalau kau tahu siapa Cam, maka kau tidak akan percaya kalau Cam pernah menikah, karena Cam tidak akan pernah menikah," sahut Hendra.
"Ah! Seharusnya aku sudah tahu kalau dia berbohong! Aktingnya saat itu sangat meyakinkan sih!"
"Kau bukan yang pertama tertipu oleh trik itu, tapi semoga saja kau akan jadi yang terakhir. Aku pertama kali bisa bertemu Cam dalam kasus yang serupa. Seorang adik dari diplomat yang tewas di negara tempat dia ditugaskan harus menghadapi Indri, karena si perempuan ini menginginkan sebuah perhiasan yang sebenarnya milik istri si diplomat yang masih hidup. Si adik tertipu karena air mata buaya yang jadi andalannya. Kan keterlaluan juga. Aku bertemu dengan Cam karena kebetulan kalau Cam yang menangani misi seputar pria ini saat dia masih di Chicago. Kurasa kau masih ingat akan kasus seorang diplomat bernama Amir Effendi yang harus kalian selamatkan, tapi ternyata si Amir ini adalah informan ganda?"
"Tentu saja aku ingat! Cam dengan sengaja membiarkan tembakan lawan mengenai Amir setelah mengetahui apa yang dilakukan olehnya. Jadi, sesuatu terjadi pada adiknya?"
"Yap. Tapi tenang saja, semuanya bisa diatasi kok. Sekarang, itu bukan masalah kita. Masalah kita adalah, kita harus menangkap Indri dan Albert, agar semua ini bisa diakhiri."
"Jadi, apa rencanamu?"
"Kita akan ikuti apa keinginan Indri. Kita akan membuat dia percaya kalau semuanya berjalan sesuai dengan keinginannya, dan di saat itulah kita akan menangkapnya."
Aku kini menatap Hendra, berusaha mencari jawaban akan bagaimana caranya hal itu bisa terjadi. Di bola mata Hendra, aku bisa melihat sebuah keyakinan. Sepertinya dia percaya diri kalau rencananya akan berhasil.
"Oke, jelaskan bagaimana persisnya rencanamu ini."
"Sebetulnya mudah saja, tidak ada bedanya dengan penggerebekan pada umumnya. Tapi kau harus berakting agar dia bisa memercayai kalau balas dendamnya berhasil. Jadi begini, kita akan pinjam dulu kalung rubi yang Indri inginkan, dan kamu harus menghubunginya lalu mengatakan kalau kau sudah mendapatkan kalungnya."
"Tunggu dulu, akankah dia percaya? Dia pintar kan, bukannya aneh kalau dia mendengar bahwa aku mendapatkan kalungnya hanya dalam waktu kurang lebih seminggu?"
"Ya, memang aneh. Tapi tentunya dia tidak akan memikirkan hal itu, karena dia akan lebih penasaran bagaimana kau bisa mendapatkannya. Dia mau tidak mau akan datang, dan memastikan apakah benar kalung itu yang dia cari. Tentunya dia akan senang, karena dia bisa mendapatkan uang jaminannya, dan juga kalungnya kembali. Disitulah kau harus berakting. Katakan kalau kau memang ada misi di Bank Exodus yang membuatmu bisa mendapatkannya. Lalu katakan, kalau misi itu adalah karena ada beberapa pegawai yang menukarkan perhiasan yang ada di Bank Exodus, dan kau tidak tahu kalau kalungnya itu asli atau tidak. Dia pastinya akan kaget. Saat itulah, serangan kejutan akan dilakukan. Aku bersama beberapa teman dari kepolisian akan melakukan serangan itu."
"Kedengarannya seperti rencana yang cukup bagus. Lalu, apa kau yakin kalau ini akan berhasil?"
Hendra mengangguk, "Aku yakin. Indri pasti akan terpancing. Kau percaya saja pada apa yang aku rencanakan. Kelemahan Indri ada pada kalung ini, kau boleh percaya pada perkataanku itu. Tugasmu adalah menjadi umpannya."
Aku terdiam sejenak. Yah, Hendra ada benarnya. Tentu saja Indri akan terpancing kalau tahu bahwa aku bisa mendapatkan kalungnya dengan mudah. Dia kan ingin agar aku mendapatkan masalah karena berusaha mendapatkan kalung itu dari Bank Exodus. Kalau dia tahu bahwa aku bisa mendapatkannya, tentunya Indri akan berusaha mengambil kembali kalung itu.
"Hm, baiklah. Lalu, bagaimana dengan perhiasan palsu yang lainnya? Aku dan David sudah memilah data yang ada, dan menemukan beberapa identitas palsu di antaranya. Akankah itu membantu?"
"Itu bisa dijadikan bukti untuk kepolisian akan penipuan yang sudah terjadi. Nanti aku akan hubungi David agar bisa mengirimkan salinannya ke teman - teman di kepolisian. Nah rencana berikutnya adalah, besok si ahli batu mulia akan datang ke sini, dan kalian akan memeriksa sekali lagi semua perhiasan yang ada di Bank Exodus. Pak Jameson sudah merencanakan pertemuan kalian besok pagi."
"Besok? Jadi akhirnya kau bisa menemui si ahli batu mulia ini?"
"Tentu saja, dia akan membantu kalian karena aku yang memintanya secara langsung. Dia kan bekerja sama denganku. Perempuan ini bernama Jasmine Frederick, dan aku sudah memberikan sejumlah instruksi padanya. Dia akan melakukan pekerjaannya dengan sempurna, percayalah."
"Oke, sepertinya kau sudah mengurus semuanya dengan baik."
"Tentu saja. Secara teknis, aku sudah membuat kalian berada di dalam masalah, jadi aku harus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya. Lagipula, aku kan tidak akan melewatkan kesempatan kedua untuk menangkap Indri. Sudah sebelas tahun sejak dia kabur dariku, dan aku tidak akan membiarkan dia lari lagi."
"Lalu, apa yang harus aku ketahui tentang si Jasmine Frederick ini?"
"Dia andal dalam pekerjaannya sebagai ahli batu mulia. Bisa dibilang kalau dia adalah gemologist terbaik di Inkuria. Jasmine orangnya tidak banyak bicara, kecuali kalau dia mau. Dia sempat berada di sisi yang jahat, tapi kau tidak perlu khawatirkan soal itu, karena kini dia mencoba memperbaiki kesalahannya. Kau turuti saja apa yang dia katakan padamu, dan semuanya akan beres. Akan lebih baik jika kau siapkan daftar perhiasan yang ada, jadi bisa dilakukan pemeriksaan nantinya. Dia akan periksa semuanya."
Aku mengangguk, "Baiklah. Kau akan ikut juga besok?"
Hendra menggeleng, "Tidak. Ini kan misimu, aku hanya membantu mencarikan si ahli batu mulia yang kau butuhkan. Tapi, kau akan menemuiku lagi ketika kita akan menangkap Indri. Lagi, aku tidak akan berguna kalau ikut kalian ke Bank Exodus. Aku tidak tahu begitu banyak hal tentang perhiasan, dan rasanya aku tidak akan berguna di sana. Toh, aku kan harus bekerja, dan kalian pasti akan cukup lama di sana."
"Kau ada benarnya juga. Tapi kan sudah jelas kalau kau terlibat dalam misi ini. Kenapa tidak sekalian kau lihat bagaimana penyelesaiannya?"
Hendra terkekeh, "Kau tahu bagaimana aku bisa menjadi legenda di Inkuria? Karena aku bekerja dengan cara misterius, seperti ibu peri di cerita Cinderella. Aku tidak terlibat secara langsung, karena sampai detik ini Pak Andre dan Pak Idris tidak tahu kalau aku membantumu. Kelihatannya aku memang tahu semua sudut pandang, dan itu benar. Hanya saja, orang lain tidak tahu kalau aku tahu semuanya. Aku hanya menghubungkan kalian semua secara tidak langsung. Dan untuk misimu ini, kurasa kaulah yang lebih berhak untuk menyelesaikannya. Lagipula, aku lebih suka kalau keberadaanku tidak diketahui. Mungkin Underground sudah tidak ada, tapi aku lebih suka kalau namaku tidak disebutkan. Biarkan saja semuanya terjadi secara ajaib, seolah - olah aku hanyalah sebuah bentuk sihir tak kasat mata."
Pernyataan Hendra tadi membuatku tersenyum. Tak heran kalau orang - orang di Inkuria menggunjingkannya dengan penuh semangat. Tidak ada yang tahu identitas aslinya, tapi dia membantu semua orang mendapatkan keadilan. Seperti peri dalam cerita dongeng, dia tidak terlihat, tapi keberadaannya memang ada.
"Begitu? Sepertinya aku kini bisa mengerti kenapa kau bisa jadi legenda hidup di Inkuria. Meski aku tidak mengerti bagaimana bisa legenda soal Hoodie Detective ini ada dalam waktu lebih dari setengah abad. Kau tidak kelihatan setua itu."
Hendra tertawa, "Aku memang tidak setua itu! Umurku masih 42 tahun, dan aku sebaya dengan Jameson. Tapi ya, legenda itu memang sudah ada sejak cukup lama. Legenda akan pahlawan Inkuria ini mungkin sudah ada selama hampir satu abad."
"Kalian orang - orang Inkuria memang punya cerita yang tidak biasa, dan kau bisa melambangkan kota ini dengan baik. Kalau kau masih cukup muda, kenapa legenda itu bisa ada sejak lama?"
"Kau tentunya sudah tahu akan legenda Underground, kan? Nah, itu jugalah yang terjadi pada legenda yang aku punya ini. Kau sudah dengar akan Cam dan keluarganya, lalu sedikit soal The Gloody. Di setiap cerita kepahlawanan, tidak seru kalau tidak ada karakter pahlawannya. Karena itulah, bukankah tidak mustahil kalau ada keluarga dengan garis keturunan yang baik?"
Aku jadi teringat akan perkataan Jonathan. Dia menyebut kalau keluarga Pacifia adalah keluarga penjahat. Kalau Hendra bilang bahwa keluarganya adalah keluarga dengan garis keturunan yang baik, apakah keluarganya adalah pemilik dari legenda kepahlawanan ini? Bisa saja, karena Inkuria memang dipenuhi dengan cerita aneh.
"Maksudmu, keluargamu isinya adalah pahlawan yang selama ini diam - diam berada di bayangan Inkuria?"
Hendra terkekeh, "Secara teknis, ya. Tapi untuk mudahnya, keluarga Wardana adalah keluarga penyidik. Dan buku hitam yang ada di mejamu ini ... adalah harta warisan yang harus kami jaga, yang membuat Underground ingin sekali memusnahkan kami. Sejarah kejahatan Inkuria semuanya ada di sini."
Aku kini melirik pada buku yang diletakkan Hendra di atas mejaku. Sampulnya hitam dan terbuat dari kulit, dan aku tidak bisa menebak berapa usianya karena keberadaannya yang masih bagus.
"Kedengarannya kau punya banyak cerita seru di dalamnya. Lalu, aku juga tidak akan kaget kalau ada banyak Wardana yang dulunya pernah jadi agen handal."
"Oh, kalau kau ingat apa yang kau pelajari di Sandford Academy dengan baik, maka kau akan tahu kalau keluargaku punya hubungan yang erat dengan Sandford Agency Corporation. Semua itu memang sudah ada dalam darah kami."
"Lain kali, kau harus ceritakan kisahmu. Pasti menarik."
"Ceritaku sangatlah panjang. Mending, kita simpan untuk lain kali saja. Sekarang, kau harus siapkan dirimu untuk menghadapi semua perhiasan di Bank Exodus, dan juga Indri. Jangan lupa, kau baru boleh membuka kotak kardus ini ketika semuanya sudah selesai."
Hendra menepuk kotak kardus yang ada di mejaku, dan aku menatapnya sejenak. Akhirnya, aku bisa mendapatkan benda peninggalan penting dari Cameron. Tapi, aku harus bersabar dan menyelesaikan cerita ini dulu, sebelum akhirnya aku bisa membaca catatan apa yang Cameron tinggalkan untukku.
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top