Chapter 7 : Man Behind the Myth

Makan siangku dengan Jonathan Pacifia berakhir dengan cepat, dan aku kembali ke kantor setelahnya. Nathan menjelaskan banyak sekali hal yang aku perlu ketahui tentang Cameron, dan kepalaku butuh waktu untuk mencerna semuanya.

Pertama, tentang masa lalu Cameron. Rupanya, ada sebuah cerita di balik keberadaan Max yang selama ini tidak aku ketahui. Max sudah melakukan banyak kesadisan sejak Cam masih kecil, dan Cam harus menghabiskan masa kecilnya di rumah sakit jiwa. Setelahnya, dia harus menghadapi fakta kalau salah satu keluarganya tengah memburunya dan juga kedua orang tuanya. Ibunya bahkan tewas karena hal itu.

Hal ini cocok dengan bagaimana Cam selalu berusaha keras ketika dia ada di akademi. Cam cuek dengan orang - orang yang ada di sekitarnya. Dia tidak pergi ke pesta, jalan - jalan dengan teman, atau bergabung dengan organisasi yang dia rasa tidak penting. Tapi Cam selalu berusaha untuk belajar dan melaksanakan misinya dengan baik. Karena itulah dia selalu masuk jajaran siswa dalam peringkat teratas, dan beberapa kali wajahnya bisa terlihat di Wall of Fame di akademi. Itu semua disebabkan oleh keinginan Cam untuk mengubah nama keluarganya menjadi lebih baik.

Lalu, di dalam keluarga Cam sendiri memang sudah banyak terjadi kekacauan. Keluarganya punya riwayat sebagai penjahat serta maniak, dan kakeknya menikah dengan seorang perempuan yang merupakan anak dari pemimpin para penjahat di Underground. Karena keponakannya tidak ada yang ingin melanjutkan jejak sebagai penjahat dan mereka juga tidak ingin membantu tumbuhnya kejahatan dengan uang yang mereka dapatkan, maka si om, Sony Gloody, memburu ayah Nathan dan Cam.

Karena Sony memburu mereka, hal ini harus dihentikan. Seseorang yang selama ini menjadi legenda Inkuria rupanya benar - benar ada dan hidup dalam dunia nyata. Orang ini juga ingin menghentikan kejahatan yang dilakukan oleh Sony. Hoodie Detective memburu Sony, dan dia menemui Cam. Mereka bekerja sama, dengan akhir cerita bahwa Sony bisa dilumpuhkan.

Di akhir pertemuanku dengan Nathan tadi, dia menceritakan beberapa hal yang terjadi ketika Cam kembali ke Inkuria pada tahun 2009 sampai akhirnya aku menyusul ke sini pada tahun 2012. Cam tentunya harus berurusan dengan Sony. Selama dia masih hidup, Cam tidak akan bisa hidup dengan tenang. Kemudian, dia juga menangani beberapa misi yang diberikan oleh Hoodie Detective.

Nathan tidak tahu apa persisnya yang Cam hadapi, tapi hal ini mengharuskan Cam berada di Underground selama beberapa saat. Sepupunya hanya mengatakan kalau Hoodie Detective meminta Cam untuk mengintai beberapa orang di bawah tanah, karena tentunya si Hoodie Detective tidak bisa bergerak dengan bebas di sana setelah dia membunuh Sony, yang saat itu sudah menggantikan ayahnya sebagai pemimpin kelompoknya.

Nathan sering bertemu dengan Cam selama tiga tahun itu. Mereka tidak banyak membahas apa yang Cam lakukan, tapi keduanya membahas bisnis yang diwariskan oleh kedua orang tua mereka. Pada satu titik, Cam hampir saja sepakat kalau dia akan menjadi eksekutif di Pacifia Construction, tapi pada tahun 2012, Cam memutuskan kalau dia tidak akan melakukannya.

Ketika aku menanyai Nathan soal hal ini, dia sendiri tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Cam tiba - tiba saja memutuskan kalau dia akan pindah ke pinggiran kota Inkuria. Nathan mencoba menanyainya, Cam hanya mengatakan kalau ada banyak sekali yang sudah terjadi pada dirinya dan hidupnya. Soal Max, kehidupan di akademi yang dia habiskan untuk belajar banyak hal yang tentunya berbeda dari apa yang dipelajari oleh kebanyakan anak di sekolah, lalu bagaimana dia harus memburu Sony dan menyusup ke Underground. Katanya, Cam sudah melihat banyak sekali hal buruk di hidupnya, dan Underground membuatnya merasa putus asa akan nasib keadilan di Inkuria. Karena itulah, Cam memutuskan untuk pergi ke tempat yang lebih tenang.

Hanya itu yang Cam katakan. Tapi karena pernyataanku soal Indri, Nathan jadi teringat sebuah percakapan antara dia dan Cam yang terjadi tak lama sebelum dia pindah. Katanya, dia lelah berhubungan dengan orang yang tidak disukainya. Cam tahu kalau apa yang dia lakukan itu adalah untuk misi yang diberikan oleh Hoodie Detective, tapi dia merasa kalau hubungan di tempatnya berada saat itu bisa jadi agak menjeratnya, dan dia tidak ingin terperangkap dalam hal yang tidak dia inginkan.

Memang bukan sesuatu yang sangat berarti, tapi Nathan berpikir kalau hal itu mungkin bisa membantuku untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Kemudian, Nathan menegaskan kalau Cam tidak pernah menikah, dan kalau memang iya, seharusnya dia tahu. Siapapun si Indri ini, Nathan tidak mengenalnya.

Ketika aku sudah sampai di ruanganku, aku memandang jalanan kota Inkuria dari jendela. Kota ini kelihatan sebagai kota yang menyenangkan ketika pertama kali aku datang ke sini. Tapi ketika aku mengetahui apa yang sebenarnya ada di kota ini, aku merasakan kalau ada bayangan gelap yang menghantui kota ini. Keberadaannya jadi lebih baik karena kini para penduduk kota tidak lagi berada dalam bayangan kejahatan bawah tanah, tapi tetap saja, ada banyak sekali hal yang sepertinya tidak terlihat di kota ini. Ada banyak misteri yang tidak terpecahkan.

Tapi, kota ini cocok dengan Cam. Keduanya sama - sama menyimpan rahasia gelap yang tidak terduga. Keduanya sama - sama menguak rahasia itu pada akhirnya. Kurasa, memang Cam seharusnya tinggal di kota Inkuria. Aku pernah mendengar kalau Cam mengatakan bahwa dia merindukan kota Inkuria, ketika kami masih berada di Chicago. Sepertinya dia serius akan hal itu. Kota ini, walau memberikan banyak kenangan buruk bagi Cam, tapi tetap saja tempat ini adalah tempat yang membuat Cam bisa merasa nyaman. Tempat yang bisa dia sebut sebagai rumah.

Puas memandangi jalanan, aku memutuskan untuk duduk di kursiku. Kuhela napasku, karena rupanya masalahku belum selesai sampai sini. Pertemuanku dengan Nathan memang menjawab soal Cam, tapi pertanyaan baru muncul, dan ini berhubungan dengan misi yang sedang aku hadapi.

Kalau memang pernyataan Nathan adalah kebenaran yang harusnya aku percaya, maka keberadaan Indri menjadi sebuah pertanyaan besar. Apa yang sebenarnya ingin dia lakukan? Kenapa dia berani datang kepadaku dan mengakui kalau dia adalah mantan istrinya Cameron? Lalu, bagaimana dia bisa mengenal Cam sebaik itu?

Kemudian, kenapa dia sangat menginginkan kalung rubi itu? Apakah memang Cam yang memberikannya padanya, dan Indri sengaja menggunakan alasan sebagai mantan istri Cam untuk menarik simpatiku sehingga dia bisa mendapatkan kalung itu kembali? Kalau misalnya bukan Cam yang memberikannya, apa yang sebenarnya Indri inginkan.

Setelah dipikirkan lagi, Indri memang melakukan beberapa hal yang ganjil. Aku rasa, kalau dia memang ingin kalungnya kembali, dia bisa saja meminta bantuan SPE secara langsung. Tapi mungkinkah dia tidak terlalu mengetahui tentang SPE? Bisa saja. Itupun kalau memang dia ingin meminta bantuan. Kalau tidak, apa yang sebenarnya dia rencanakan, sampai dia menyusun sebuah skenario yang sangat rapi seperti ini?

Sejauh apa yang bisa aku pahami, kalau memang Indri berniat menipuku, maka dia setidaknya mengenal Cameron dan aku dengan cukup baik, entah bagaimana caranya itu. Kalau tidak, tentunya aku tidak akan memercayainya sampai sejauh ini.

Pikiranku kini kembali ke misi yang harus aku hadapi. Bagaimana keduanya bisa terjadi di saat yang bersamaan? Kalau saja si ahli batu mulia itu tidak mendapatkan anting palsu itu, bagaimanakah yang akan terjadi dengan kasus yang dibawa oleh Indri? Kalau saja Indri tidak datang, apakah akan terjadi sesuatu di Bank Exodus? Apakah ini sebuah kebetulan karena si ahli batu mulia mendapatkan anting palsu itu, dan kalau saja Indri tahu soal ini, maka apapun yang dia lakukan malah jadi berbeda?

Kuhela napasku. Aku tidak tahu bagaimana cara menjawab hal yang satu ini. Rencananya, setelah makan siang ini sebenarnya aku ingin pergi menemui David, dan membantunya untuk mencari tahu apakah kalung rubi itu didaftarkan dengan identitas asli atau tidak. Tapi semua cerita dari Nathan tadi membuatku merasa perlu untuk mengistirahatkan kepalaku sejenak. Terutama karena kini aku malah mendapatkan pertanyaan - pertantaan baru di dalam kepalaku.

Kutarik laci yang ada di mejaku, kemudian mengeluarkan salah satu jurnal milik Cameron. Aku butuh untuk menenangkan pikiranku sejenak, dan kurasa membaca kembali jurnal Cam akan memberiku sedikit pencerahan. Mungkin aku tidak akan membaca jurnal ini dengan cara yang sama lagi karena aku sudah mengetahui apa yang terjadi pada Cam, tapi aku rasa itu tidak masalah. Jadi, aku membuka halamannya, dan tenggelam dalam bacaanku.

Sekali lagi, momen hening ketika aku membaca catatan lama Cam diinterupsi oleh sebuah suara ketukan. Penasaran akan siapa yang kembali menggangguku, aku mengatakan kalau siapapun yang ada di sana bisa masuk ke dalam ruanganku.

Ketika pintunya terbuka, aku bisa melihat Pak Jameson berada di depannya. Untuk beberapa saat, aku bertanya pada diriku sendiri kenapa hal ini harus terjadi dua kali. Lalu, dari semua orang yang ada di kantor ini, kenapa harus Pak Jameson yang melakukannya? Apakah ini karena beliau sebenarnya bisa membantuku untuk menyelesaikan semua kekusutan yang ada di dalam kepalaku ini?

"Halo Wilson~ kamu tidak sibuk, kan?" tanya Pak Jameson.

"Bapak bisa lihat sendiri, kalau aku tidak sedang berkutat dengan data, kan? Kurasa aku tidak sedang dalam keadaan sibuk. Ada apa, pak?" tanyaku.

"Ah, baguslah! Aku bawa seseorang untukmu! Dia sudah ingin sekali bertemu denganmu sejak lama, dan sekarang sudah saatnya dia bertemu dengamu."

Sekarang sudah saatnya. Entah sudah berapa kali aku mendengar perkataan itu selama beberapa waktu terakhir ini. Aku tidak tahu kenapa kata itu menjadi kata ajaib dalam misi kali ini, tapi mungkin perkataan itulah yang membawaku semakin dekat untuk mengetahui semua hal yang aku tidak ketahui soal Cameron.

Tapi tunggu dulu. Memangnya siapa yang ingin bertemu denganku? Lalu kata Pak Jameson, dia sudah ingin bertemu denganku sejak lama, tapi dia baru melakukannya sekarang? Memang kenapa?

"Huh? Siapa?" tanyaku.

Pak Jameson menampakkan satu seringaian jahatnya, "The Hoodie Detective will see you~"

Pernyataan Pak Jameson tadi nyaris membuatku berteriak, karena aku tidak percaya kalau legenda hidup Inkuria yang misterius itu entah kenapa ingin menemuiku. Tapi belum sempat aku merespon pernyataan tadi, Pak Jameson sudah membuka pintu lebih lebar lagi, dan memperlihatkan siapa yang bersamanya.

Di belakang Pak Jameson, ada seorang pria lain bersamanya. Dia terlihat seperti seseorang yang biasa saja. Malah, penampilannya terlalu biasa untuk dibilang sebagai seseorang yang katanya suka berkeliaran di Inkuria dan membasmi kejahatan. Bukannya aku mau menilai orang seenaknya, tapi kalau Pak Jameson tidak mengatakan siapa identitas orang ini, maka aku akan menganggapnya sebagai orang biasa.

Pria yang bersama Pak Jameson ini mengenakan seragam kerja khas pegawai negeri. Penampilannya sendiri kelihatan seperti anak milenial, karena dia mengenakan sebuah jaket berwarna biru tua dengan dua strip putih di lengannya. Sepatu yang dia kenakan juga berupa sepatu kets, dengan sebuah kacamata berbingkai hitam yang menghias wajahnya. Kalau dilihat sekilas, mungkin saja orang akan mengira kalau dia masih sebaya dengan Brian dan David. Tapi kalau kau memperhatikan sedikit kerutan di keningnya, barulah kau akan tahu kalau sebenarnya dia lebih tua daripada apa yang penampilannya perlihatkan.

Mereka berdua masuk ke dalam ruanganku, dan aku benar - benar tidak bisa menyembunyikan kekagetanku. Si pria memperlihatkan sebuah senyuman ramah kepadaku, yang membuat mata sipitnya nyaris tenggelam dalam senyuman itu. Wajahnya bergaris oriental, dan aku harus meyakinkan diriku kalau apa yang aku lihat ini nyata. Apakah ini betulan, kalau pria yang ada di hadapanku ini adalah seseorang yang selama ini merahasiakan identitasnya dan berusaha menumpas kejahatan yang ada di Inkuria?

"Nah, perkenalkan. Ini adalah Hendra Wardana, orang yang selama ini bersembunyi sebagai Hoodie Detective. Kamu adalah salah satu orang beruntung yang mengetahui soal dia di SPE," kata Pak Jameson.

Dia terkekeh, "Ah, kau agak berlebihan, James. Senang akhirnya bisa bertemu denganmu, Wilson. Tapi kamu bisa panggil aku Hendra, biar nggak ribet," katanya.

Aku berjabatan tangan dengan Hendra, dan aku bisa merasakan genggaman yang cukup erat, tapi juga bersahabat. Kami bertatapan selama beberapa saat, dan aku akan bilang kalau kesan pertamanya sangat menipu. Kalau aku bertemu Hendra secara tidak sengaja di lain tempat, tentunya aku tidak akan tahu kalau sebenarnya dia adalah seorang penyidik.

"Aku ... ada apa kalian ke sini?" tanyaku.

"Oh, Hendra ingin tahu soal misi yang kamu dapatkan. Selama ini, dia kadang memberikan misi kepada SPE, dan kebetulan dia tahu beberapa hal tentang masalah apa yang terjadi di Bank Exodus karena Pak Andre menceritakannya padanya. Dia menemukan beberapa hal yang menarik dari sudut pandangnya, dan dia ingin mencocokannya denganmu," jawab Pak Jameson.

"Jadi ... Hendra ingin tahu soal misi itu?"

"Yap! Dan mungkin dia juga bisa menceritakan beberapa hal menarik padamu."

Aku menghela napasku, "Aku sudah mendengar banyak sekali hal menarik hari ini. Aku tidak yakin kalau aku akan kuat untuk mendengar lebih banyak lagi."

Hendra tersenyum, "Ah, aku sudah dengar dari Jon kalau kamu hari ini makan siang dengannya. Aku mungkin bisa menambahkan beberapa keterangan soal Cameron, untuk melengkapi apa yang sudah dia ceritakan padamu," sahut Hendra.

Tunggu dulu ... bagaimana pria ini bisa tahu akan apa yang terjadi padaku?! Kalau dia bukanlah seorang detektif, pastinya dia adalah seorang penguntit yang mengerikan. Hanya aku, Brian dan David yang tahu kalau aku hari ini pergi makan siang dengan Jonathan. Apa benar yang dikatakan oleh orang - orang kalau pria ini tahu apa saja yang terjadi di Inkuria?

"Jon? Maksudmu Jonathan Pacifia? Bagaimana bisa kau tahu aku baru saja menemuinya hari ini?" tanyaku.

Hendra terkekeh, "Iya, Jon yang itu. Kau mungkin memanggilnya Nathan, tapi aku lebih suka memanggilnya Jon. Kedengarannya lebih bagus, karena namanya tidak kedengaran seperti tokoh utama buku novel romantis yang kelewatan banyak fansnya karena kharismanya itu. Atau apalah, sebenarnya aku tidak peduli juga. Lalu, bagaimana aku bisa tahu, karena sebelum aku kemari, Jon menelponku dan mengatakan apa yang baru saja terjadi. Karena aku juga ingin menanyakan beberapa hal padamu, makanya aku memutuskan kalau sekarang sudah saatnya aku menemuimu."

Aku mengangguk. Oke, mungkin Hendra bukan penguntit, tapi seseorang dengan koneksi yang luas. Dia kenal orang seperti Jonathan, jadi dari apa yang dia kerjakan, sepertinya aku bisa saja meyakini kalau dia tahu lebih banyak orang penting daripada yang bisa aku tebak.

"Ck, pantas saja kau datang ke sini mendadak begitu, aku kan tidak tahu kalau Jon sudah membalas suratnya Wilson. Kau ini Ndra, kebiasaan betul deh bikin kejutan, heran aku. Nah, karena kalian sudah kenalan, aku akan pergi dulu. Masih ada beberapa hal yang harus aku urus. Sampai nanti ya~" kata Pak Jameson.

Beliau meninggalkanku berduaan saja dengan Hendra. Suasananya jadi agak sedikit canggung, tapi aku berusaha mengatasinya dengan mempersilahkan Hendra untuk duduk. Dia duduk di seberangku, dengan meja yang membatasi kami. Hendra memandangku sejenak, sebelum akhirnya dia membuka pembicaraan di antara kami.

"Kau dan Jon pergi ke Hotel Chesnut untuk makan siang ya? Berkelas sekali, tapi aku tahu kalau memang hotel itu adalah favoritnya Jon," komentar Hendra.

Apa yang dia katakan membuatku menatapnya dengan penasaran. Pertemuanku dengan Jonathan tadi memang terjadi di Hotel Chesnut, tapi dari mana dia bisa mengetahuinya? Apakah dia peramal atau bagaimana?

"Oh, aku bisa menciumnya dari aroma khas ruang VIP Hotel Chesnut yang bisa aku rasakan ketika aku berdiri di dekatmu. Aromanya khas, seperti aroma kacang - kacangan dan vanili. Hanya ada satu tempat di Inkuria yang aromanya seperti itu, kalau kau mengecualikan toko kue. Karena itulah aku bisa mengetahui kalau kau habis dari sana. Lalu, ada campuran sedikit aroma parfum yang biasanya dikenakan oleh Jon, jadi aku tahu betul kalau kau baru saja makan siang dengannya. Kemudian, aku tahu kalau kamu tidak terlalu sering mengenakan pakaian formal. Pernyataan itu aku dapatkan dari Cameron, dan pakaianmu mengatakan semuanya. Meski kau berusaha menutupinya dengan wewangian, ada sedikit aroma apak dari rompimu, tanda bahwa kau sudah lama menyimpannya dalam lemari. Apalagi dari warnanya yang masih bagus, kelihatannya kau tidak sering memakainya," kata Hendra.

Kini aku melihat ke arah pakaianku. Hari ini aku memang mengenakan rompi berwarna biru. Rompi ini selalu kusimpan di rak yang ada di ruanganku, kalau - kalau aku memerlukannya. Tapi ketika membaui diriku sendiri, barulah aku tahu kalau apa yang Hendra katakan itu benar. Aku bisa mencium semua aroma yang dia katakan di antara wangi parfum yang aku kenakan. Kini aku menatap Hendra sekali lagi, dan dia memasang sebuah senyuman yang bersahabat.

"Baiklah, aku percaya kalau kau adalah seorang penyidik. Kau tidak perlu membuatku jantungan dengan kemampuan ala Sherlock Holmes milikmu itu. Aku tahu kalau ekspresiku menggambarkan ketidak percayaan, tapi itu kan karena aku tidak tahu kalau kau benar - benar si Hoodie Detective," ujarku.

Hendra terkekeh, "Maafkan aku, soalnya sudah kebiasaan sih. Kamu bukan orang pertama yang tidak percaya akan identitasku, dan aku yakin kamu tidak akan jadi yang terakhir. Jadi, aku kadang iseng dengan melakukan hal seperti itu. Tapi, aku senang bisa mengenalmu, Wilson. Rupanya tidak salah kalau Cameron mengatakan bahwa kamu adalah orang yang suka curiga," sahut Hendra.

"Seberapa banyak sih orang yang Cameron beritahu tentang aku? Kok sepertinya semua orang mengenalku dengan baik tanpa aku ketahui?"

Aku bermaksud mengatakan hal itu di dalam hatiku, tapi rupanya otakku lebih cepat. Pemikiran itu langsung berubah menjadi kata - kata tanpa aku sadari. Aku baru mengetahuinya ketika melihat sebuah senyuman simpul dari Hendra.

"Entahlah, aku sendiri tidak tahu. Mungkin hampir semua orang yang bisa dipercayainya pernah mendengar kisah tentangmu. Yang bisa aku simpulkan adalah, Cameron sangat menyukaimu, karena dia berani melabelimu sebagai sahabat terbaik yang pernah dia miliki dalam hidupnya."

Aku terdiam sejenak. Begitukah? Cameron memang tidak banyak mengatakan isi hatinya padaku, tapi aku tahu kalau kami teman baik. Kalau tidak, maka ceritanya tidak akan jadi seperti ini. Tapi, aku kembali teringat akan percakapanku dengan David. Dia mengatakan kalau dia mengakui kalau Brian adalah sahabat baiknya, tapi mereka tidak akan mengatakannya di hadapan satu sama lainnya.

Mungkin hal itulah yang sering terjadi dalam sebuah persahabatan? Tidak peduli bagaimanapun gaya pertemanannya, seorang sahabat tidak akan mengakui kalau mereka adalah sahabat baik si hadapan satu sama lain. Mereka akan mengatakan kalau sahabatnya itu orang baik, tapi dengan cara mereka sendiri. Kalau Brian dan David, mereka mungkin akan mengatakannya dengan cara sarkastik di hadapan satu sama lainnya, tapi antara aku dan Cam, kami tidak mengatakannya sama sekali. Hanya saja, kalau kami tidak sedang bersama, maka kami akan mengatakan semuanya secara terbuka bahwa ya, dia adalah sahabat baikku, dan aku menyanyanginya.

"Aku jadi berpikir, sepertinya memang persahabatan selalu begitu ya? Kau tidak akan memuji sahabatmu langsung di hadapannya, tapi mereka akan mengatakan banyak hal baik jika ditanyai secara terpisah."

"Pada banyak kasus, ya. Soalnya, karena terlalu kenal satu sama lain, rasanya aneh juga kalau sampai temanmu besar kepala karena pujianmu. Kalau aku mau jujur, James adalah salah satu teman baikku. Aku mungkin tidak akan mengatakannya secara terbuka, tapi kalau tidak ada dia, maka aku tidak akan ada di sini. Dia selalu mengatakan kalau dirinya berhutang budi padaku karena aku pernah menyelamatkan nyawanya, tapi aku juga berhutang nyawa padanya, karena kalau tidak ada dia, maka aku tidak akan bisa membereskan Underground sampai detik ini. Aku memang banyak bekerja dengan kepolisian, tapi tanpa dia, aku tidak akan bisa bekerja sama dan melakukannya dengan baik."

Aku tersenyum," Sudahlah. Setidaknya, aku senang karena bisa mengetahui kalau Cam menganggapku sebagai sahabatnya. Lalu, kau kan sudah dengan sengaja datang kemari, nah, apa yang ingin untuk kamu ketahui?"

"Semuanya. Aku ingin tahu apa saja yang terjadi padamu sejak kamu menerima misi itu. Ceritakan saja semuanya, tanpa perlu kamu tutupi sedikitpun. Semuanya akan aman di tanganku, percayalah."

Aku menatap Hendra sekali lagi, dan berusaha menangkap sorot matanya. Aku bisa melihat kalau tidak ada kebohongan di dalamnya. Memang, memercayai bahwa dia adalah si Hoodie Detective itu agak sulit, tapi aku rasa dia adalah orang yang bisa dipercaya.

Dengan itulah, aku mulai menceritakan apa saja yang terjadi sehubungan dengan misi yang aku jalani. Dimulai dari bagaimana Pak Andre dan Pak Idris datang ke ruanganku, lalu dilanjutkan dengan penyelidikanku bersama David ke brankas Bank Exodus. Terakhir adalah bagaimana perkembangan dari pelacakan data yang diberikan oleh tim IT dari Bank Exodus.

"Hm, penuturanmu itu menarik. Selain cocok dengan beberapa hal yang Pak Andre ceritakan padaku, rupanya apa yang kau tuturkan cukup lengkap juga," komentar Hendra.

"Tunggu dulu. Kau bilang kalau aku sebaiknya tidak menutupi apapun, kan?" sahutku.

"Iya, memangnya masih ada lagi yang belum kamu sampaikan soal misi itu?"

"Bukannya begitu. Tapi ... ada satu hal yang terjadi seiring dengan misi ini. Aku tidak tahu apakah ini penting, tapi ada sedikit hubungan antara keduanya. Lalu, Nathan menyebutkan kalau kau pernah bekerja sama dengan Cam, kan?"

"Iya, itu benar. Lalu, ada apa?"

"Ada beberapa hal yang ingin aku tanyakan seputar Cam."

"Memangnya apa yang disampaikan oleh Jon masih belum lengkap ya?"

"Nathan sudah menyampaikan semua hal yang harus dia sampaikan padaku. Tapi, ada beberapa hal yang Nathan tidak tahu, terutama seputar apa yang terjadi setelah Cam lulus akademi dan tinggal di Inkuria."

"Ah, rupanya itu. Yah, kau benar juga. Niatku ke sini sebenarnya juga untuk melengkapi pernyataannya Jon. Kalau begitu, langsung saja kamu ceritakan apa saja yang terjadi."

Aku mengangguk, dan memulai ceritaku tentang Indri. Aku paparkan secara jelas akan apa yang dia lakukan dan sampaikan padaku malam itu. Selain itu, juga kuperlihatkan foto kalung rubi yang dicari oleh Indri, dan juga fotokopi dari tanda terima yang dimiliki oleh Albert. Cerita kulanjutkan saat aku berada di Bank Exodus, dan aku bisa menemukan kalung itu.

Setelah cerita soal Indri selesai, aku melanjutkannya dengan soal pertemuanku siang ini. Aku meringkas apa saja yang Nathan katakan padaku, tapi menekankan pernyataan bahwa Cam tidak pernah menikah dengan siapapun. Lalu aku lanjutkan dengan kebingungan apa yang kini berada di dalam kepalaku, berkaitan dengan informasi apa saja yang aku terima dan bagaimana mereka tidak cocok satu sama lainnya.

Ceritaku ini sepertinya membuat Hendra sangat bersemangat. Karena setelah aku selesai bercerita, dia malah melompat dari kursinya sambil berteriak senang. Kemudian, dia mondar - mandir di ruanganku selama beberapa saat, sebelum dia kembali melompat sekali lagi dan mengakhirinya dengan sebuah posisi duduk yang dramatis di kursi beroda yang ada di hadapanku.

"Bagus sekali! Sudah aku duga kalau perhiasan palsu itu memang ulah dari dua makhluk sialan itu! Ini adalah sebuah kebetulan yang ajaib karena si ahli batu mulia ini ada di sana dan membuat keberadaan perhiasan palsu itu jadi terkuak! Kalau tidak, maka tentunya akan merepotkan sekali!" seru Hendra.

"Memangnya ... apa yang terjadi? Apakah semuanya berhubungan?" tanyaku.

"Oh! Aku tahu semuanya! Dan cerita yang kamu berikan itu berkaitan dengan satu sama lainnya! Satu hal yang kau butuhkan adalah pengetahuan apa yang dimiliki oleh Cameron! Tidak salah aku mengikuti firasatku untuk segera menemuimu, karena aku bisa membantumu soal itu!"

"Lalu, bagaimana? Apa yang harus aku tahu?"

"Kita mulai dengan yang paling mudah dulu. Aku akan bahas identitas Indri yang sebenarnya. Kau bilang kalau nama lengkap Indri tadi adalah Indriana Chester, kan?"

"Ya. Memang, siapa dia sebenarnya."

"Uh, Indri dan Albert adalah duo yang sangat cerdas, sebenarnya. Tapi mereka lupa memperhitungkan kalau aku adalah makhluk gaib yang bisa muncul kapan saja. Ah iya, kurasa Indri juga lupa kalau aku terlibat dalam penangkapannya saat itu ...."

"Apa maksudmu?"

"Jadi begini, siapa Indriana Chester yang datang padamu ini? Sepertinya dia meremehkanmu dan juga SPE, karena sepertinya dia mengira kau tidak akan pernah mengetahui identitasnya yang sebenarnya, sehingga dia dengan mudahnya memberikan nama aslinya. Indriana Chester ini adalah orang yang sempat aku mintai pada Cam untuk awasi selama berada di Underground. Dia adalah salah satu targetku."

Perkataan Hendra tadi memberikan jawaban akan kenapa Indri bisa tahu akan diriku. Kalau memang Cam mengawasinya dari dekat, maka tidak heran kalau Indri tahu beberapa hal tentangku saat dia mencari tahu siapa yang mengintainya. Tapi, akan lebih baik jika aku mendengarkan dulu apa yang ingin Hendra katakan.

"Oke, jadi jelaskan dulu deh semuanya. Aku rasa ada banyak hal yang harus aku ketahui."

"Ya, memang. Jadi, si Indriana Chester ini adalah salah satu penjahat di Underground. Kau tentunya sudah dengar akan kejahatan yang berpusat di Underground, kan? Nah, mereka ini lebih dari sekedar geng - geng yang ingin mengambil alih Inkuria. Di Underground, mereka punya sistem perekonomian yang cukup kuat. Salah satu hasil dari perekonomian mereka tentunya adalah pemalsuan barang. Termasuk dalam hal ini adalah perhiasan. Indri dan Albert adalah sepasang suami istri yang dulunya tergabung dalam dua kelompok Underground. Indri bergabung dengan kelompok bernama Golddigger, yang banyak melakukan pemalsuan dan perdagangan manusia. Sementara itu Albert berada di kelompok bernama Tricky Trickster. Keduanya dijuluki Royal Trickster, karena pekerjaan mereka yang menghasilkan banyak uang dari memalsukan dan menjual perhiasan," jelas Hendra.

"Seperti yang kau tahu, Underground sudah runtuh kekuasaannya. Tapi beberapa orang dari kelompok - kelompok ini ada yang bisa bebas. Di antaranya ya si Indri dan Albert ini. Mereka bersama beberapa orang rekan mereka yang berhasil kabur kembali melanjutkan bisnis mereka untuk memalsukan perhiasan. Mereka menjualnya, atau dengan sengaja menggadaikannya agar bisa mendapatkan uang pinjamannya, dan membiarkan perhiasan palsu itu diambil. Itulah yang dilakukan oleh mereka berdua."

"Akhir - akhir ini, aku sebenarnya tengah menyelidiki mereka. Ada banyak perhiasan palsu yang beredar di Inkuria, dan aku yakin kalau setidaknya sebagiannya adalah pekerjaan mereka. Aku sudah pernah melihat hasil pekerjaan mereka, dan perhiasan yang mereka palsukan itu kelihatan hampir sama persis dengan aslinya. Malah, mereka juga bisa mendapatkan dan memberikan nomor seri dan sertifikatnya! Gila kan? Karena itulah, ketika mendengar kalau Pak Andre menemukan perhiasan palsu di banknya, aku menyarankan Pak Idris yang kebingungan untuk menemui Pak Jameson."

Aku mengerutkan alisku. Berapa banyak sih yang pria ini ketahui tentang apa saja yang terjadi di Inkuria? Aku tahu kalau dia adalah legenda di Inkuria, tapi rasanya mengejutkan juga kalau tahu bahwa Hendra mengetahui banyak sekali sudut pandang dari masalah ini.

"Tunggu dulu, jadi kamu mau bilang kalau sebenarnya Pak Idris menemui Pak Jameson karena saranmu?" tanyaku.

"Yap! Mereka saling kenal, dan rasanya akan lebih baik kalau hal ini ditangani oleh orang yang punya kemampuan. David adalah salah satu ahli IT muda paling handal yang pernah aku temui, dan aku yakin itu akan membantu dalam mengurus semua data itu. Selain itu, ada kamu di sini, dan aku yakin misi Bank Exodus ini akan menarik perhatianmu," jawab Hendra.

"Aku? Tapi kenapa aku?"

"Karena permintaan terakhir Cameron adalah, agar kau bisa menyelesaikan masalah yang terjadi antara Cam dan Indri. Jadi, dulu aku menugaskan Cam untuk mengintai Indri. Rupanya, ceritanya malah berakhir dengan kedekatan yang intens antara mereka berdua. Hal itu tidak seharusnya terjadi, dan menimbulkan masalah di antara keduanya. Karena itulah, Cam memutuskan untuk pindah setelah aku menganggap misi itu selesai. Masalahnya, Indri masih ada dendam tertentu kepada Cam."

"Dan aku yang harus menyelesaikannya?"

"Ya. Karena selama ini, Cam tidak kuasa untuk menjelaskan semuanya kepadamu. Dia ingin kau tahu masalah macam apa yang dia hadapi selama di Inkuria, dan apa alasannya menghindari kota yang dia cintai. Tapi dia tidak pernah sanggup untuk menjelaskannya. Sekarang sudah saatnya kau tahu akan kebenarannya."

Kata itu lagi. Siapa yang tahu kalau semua hal ini berhubungan? Apakah Cam sudah meramalkan kalau semua ini akan terjadi? Kurasa tidak, karena Cam tentunya bukan cenayang. Tapi, kenapa dia melakukan semua hal terencana itu ketika dia sudah mati? Apa yang ingin dia sampaikan padaku?

"Karena itulah aku ada di sini, Wil. Aku adalah orang yang ditugaskan Cam untuk membuatmu memahami semuanya. Karena itu jugalah, aku akan membantumu untuk bisa menyelesaikan masalah soal Bank Exodus ini, yang juga akan menyelesaikan soal si Indri ini," kata Hendra.

"Bagaimana caranya?" tanyaku.

"Aku akan membawakan seorang ahli batu mulia untuk membantu menyelesaikan semua ini."

Pernyataan ini membuatku langsung menatap ke arah Hendra. Dia memasang sebuah ekspresi serius ketika membalas tatapanku. Jujur saja, aku masih bingung soal masalah ini, tapi kedengarannya pria yang ada di hadapanku ini sudah bisa membayangkan bagaimana penyelesaian dari cerita ini. Aku tidak tahu bagaimana caranya, tapi dari apa yang aku lihat, Hendra tentunya tahu banyak hal yang aku tidak ketahui.

"Oke, jadi kau mau bilang kalau si Indri ini adalah penipu. Kemungkinan besar bahwa semua perhiasan palsu di Bank Exodus adalah ulahnya, dan Cam ingin aku untuk menyelesaikan masalahnya dengan Indri dengan cara menyelesaikan misi ini?"

"Tepat! Kau tidak perlu khawatir, aku akan jelaskan semua yang kau inginkan lebih lanjut lagi ketika kita sudah bisa mendapatkan Indri."

Aku mengangguk, "Baiklah, kedengarannya kau sudah punya rencana untuk misi ini. Kurasa aku hanya bisa mengikuti arahanmu. Toh, kau kan adalah orang yang ditugasi Cam untuk membantuku."

Hendra terkekeh, "Aku memang sudah punya bayangan akan rencana apa yang bisa kita lakukan. Besok siang, aku akan kembali ke sini. Aku akan jelaskan semua hal yang perlu untuk kau lakukan."

"Baiklah ... tapi, aku masih ada satu pertanyaan? Kenapa Indri mendatangiku? Bagaimana bisa dia tahu tentang aku? Apa yang dia rencanakan?"

"Hm, kalau mau jujur, aku juga masih kurang tahu apa motifnya menemuimu. Yang bisa aku tebak hanyalah Cam sudah menceritakan sedikit tentangmu pada Indri, seperti yang mungkin sudah dia lakukan pada orang lain. Ketika Cam tewas, dia mengirimkan dua buah surat padaku. Yang pertama berisi instruksinya, dan yang kedua dia minta untuk tidak aku baca sampai aku bertemu denganmu. Aku masih belum tahu apa isinya, tapi dari apa yang dia katakan di surat pertama, sepertinya ini menceritakan apa yang dia ketahui soal apa yang akan dilakukan Indri."

"Jadi, intinya surat kedua itu kemungkinan adalah ramalan Cam akan apa yang terjadi sekarang?"

"Kau bisa bilang begitu. Tapi, kita tahu kalau Cam itu pintar. Jadi, mungkin saja dia bisa membuat perkiraan logis akan apa yang terjadi sekarang ini."

Aku mengangguk," Oke, jadi besok kau akan kembali lagi?"

"Yap, dan kita akan melengkapi pertanyaanmu yang masih tidak terjawab itu. Kau tadi bilang kalau dirimu tidak siap untuk mendengarkan lebih banyak hal menarik, kan? Kau beruntung, karena aku juga tidak siap untuk mengatakannya. Ketika mendengar kalau kau sudah menemui Jon, aku langsung saja kemari. Aku tidak siap untuk menceritakan semua hal yang kau butuhkan, dan rencana yang aku miliki masih dalam bentuk abstrak. Tapi besok, kau akan tahu semuanya."

Aku mengangguk, kemudian melirik ke arah jam tanganku. Sudah hampir jam lima, berarti jam kerjaku akan habis sebentar lagi. Hendra memahami gelagatku, dan dia juga ikut melihat jam tangannya. Aku bisa melihat kalau sekarang Hendra agak kaget.

"Ah iya, kau benar juga! Sudah jam lima ya? Sepertinya sekarang adalah saatnya untuk pulang! Lagi, istriku berpesan agar aku tidak pulang kesorean. Aku ada janji kencan dengannya~" kata Hendra.

Pernyataan itu membuat aku tertawa. Rupanya dia juga punya sisi normal, selain sebagai seorang penyidik. Aku rasa ada banyak hal yang tidak aku ketahui soal Hendra, yang pastinya akan menarik untuk diketahui nantinya.

"Kalau begitu, aku sarankan agar kau segera pulang saja. Nanti kalau dia marah bagaimana?" kataku.

Hendra terkekeh, "Ah, palingan Nira bakalan nabok aku kencang - kencang karena kesal. Tapi tenang saja, dia akan berhenti ngambek kalau dipeluk."

Aku juga ikut terkekeh, "Kedengarannya kalian adalah pasangan yang menarik. Tapi, sebaiknya kita cukupkan dulu untuk hari ini. Aku akan mencoba untuk bersabar sampai besok untuk mengetahui semuanya."

Hendra mengangguk, dan kami saling bertukar salam perpisahan. Siapa yang tahu kalau selama ini aku ada di jalan yang benar untuk mencari tahu tentang rahasia yang dimiliki oleh Cam? Rupanya yang perlu aku lakukan adalah berpikir akan apa saja hal yang perlu aku ketahui, dan sedikit bersabar.

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top