Chapter 6 : Pacifia Family

Setelah pembicaraanku dengan Pak Jameson selesai, aku memutuskan untuk langsung menulis surat untuk Jonathan Pacifia. Isi suratnya tidaklah banyak. Aku hanya mengatakan siapa aku sebenarnya, dan apa hubunganku dengan Cameron. Lalu, aku mengatakan kalau aku mendapatkan alamatnya dari Pak Jameson, dan aku mengiriminya surat kepada Jonathan karena aku ingin tahu soal bagaimana keluarga Cameron.

Agak sulit juga menjelaskan masalah ini, karena tidak ada alasan yang pasti kenapa aku harus melakukannya. Tapi aku rasa, akan lebih baik jika aku menjelaskan secara jujur tentang surat yang aku dapatkan dari Cameron setelah dia mati. Karena itulah, aku menuturkan apa yang Cameron katakan untuk terakhir kalinya padaku.

Saat aku selesai menuliskan surat itu, jam kerjaku sudah berakhir. Aku menghela napas, dan mengambil sebuah amplop yang ada di laciku. Kutuliskan alamat kantor Shaun Private Eye, kemudian alamat pribadi Jonathan Pacifia sebagai penerimanya. Aku akan mengirimkan surat ini besok pagi, karena jam kerja kantor pos sudah berakhir untuk hari ini. Semoga saja dia akan membalas suratku, meski aku tidak berharap banyak.

Setelah surat itu terkirim, aku tidak memikirkannya sama sekali selama tiga hari. Selama tiga hari itu, aku terlalu sibuk untuk memikirkan misi yang ada di hadapanku. Aku dan David sibuk meneliti data nasabah yang kami sudah dapatkan, untuk menelusuri adakah identitas palsu di antaranya.

Pencarianku dan David cukup melelahkan, tapi mulai membuahkan hasil. Kami menemukan beberapa alamat yang mencurigakan, karena identitas yang diberikan tidak cocok dengan informasi yang David dapatkan dari catatan kependudukan kota Inkuria. Ada beberapa nama yang berbeda antara yang ada di catatan kependudukan dan juga di data nasabah. Apalagi, setelah di telusuri lebih jauh, nama - nama itu tidak terdaftar di kota Inkuria, atau dari tempat lainnya.

Untungnya, Pak Jameson memperbolehkan kami untuk meminta bantuan pada beberapa orang yang kami rasa perlu. David meminta bantuan dari beberapa orang rekannya di tim IT untuk menelusuri data yang kami dapatkan, dan kami juga meminta beberapa orang dari tim intel untuk mencari tahu di lapangan tentang beberapa nama yang menurut kami mencurigakan.

Tiga hari berlalu begitu saja dengan cepat. Aku masih tetap memikirkan soal apa yang sebenarnya terjadi dengan semua hal yang kini aku hadapi. Cameron, Indri, misi soal perhiasan itu, semuanya. Aku bagaikan menghadapi sebuah tumpukan benda di gudang, dan aku harus mencari satu hal yang tersembunyi di antaranya. Aku tidak tahu di mana persisnya benda itu berada, tapi aku menemukan banyak benda tua lainnya yang menarik.

Di hari keempat, resepsionis kantor mencariku ketika aku sibuk menelusuri data yang belum tersentuh. Pagi itu, aku berada di ruangan David, jadi aku tidak tahu kalau ada sesuatu yang penting. Tapi bukan seorang resepsionis yang menemuiku, melainkan Brian yang datang ke ruangan David.

"Wilson! Those receptionist fecking searching for ye everywhere! I knew yer busy, but my God!" seru Brian.

"Eh? Memangnya ada apa, Bri?" tanyaku.

"Ada surat untukmu."

Aku mengerutkan alisku, dan Brian menyerahkan sebuah amplop putih padaku. Ketika melihat nama pengirim dan alamatnya, barulah aku tahu kalau hal ini cukup penting. Apa yang ada di tanganku ini adalah surat balasan dari Jonathan Pacifia. Balasan akan suratku.

David melirik ke arahku, agak heran karena aku mendapatkan sebuah surat. Tapi aku tidak terlalu memikirkan apa yang akan mereka katakan, karena aku langsung membuka suratnya.

Aku cukup kaget karena aku bisa menemukan kertas dengan tulisan tangan di sana, karena tentunya seorang pebisnis tidak punya banyak waktu untuk menuliskan balasan surat. Tapi di hadapanku kini ada sebuah balasan pribadi dari Jonathan Pacifia terhadap suratku.

Jonathan menuliskan bahwa dirinya senang karena akhirnya bisa berkomunikasi denganku, karena Cameron sudah banyak bercerita tentangku. Dalam surat terakhir yang Cameron kirimkan sebelum kematiannya ke Jonathan, karena Cameron mengatakan kalau aku akan datang kepada Jonathan ketika sudah saatnya, dan sepertinya sekarang memang sudah saatnya untuk memberitahu beberapa hal yang selama ini aku tidak ketahui.

Karena itulah, di akhir suratnya, Jonathan mengatakan kalau dia ingin aku bertemu dengannya di sebuah restoran untuk makan siang bersama hari ini. Dia akan menceritakan soal Cameron kepadaku nantinya. Aku mendongak setelah selesai membaca suratnya, dan aku bisa melihat kalau Brian dan David kini memandangku.

"Surat dari siapa sih? Kau kelihatannya semangat sekali saat membacanya," tanya David.

"Jonathan Pacifia. Akhirnya aku bisa mengetahui kebenaran tentang Cameron hari ini, karena dia mengatakan kalau aku bisa menemuinya saat jam makan siang," jawabku.

"Tunggu dulu, maksudmu Jonathan Pacifia yang itu? Jadi Pak Jameson tidak bercanda saat beliau bilang kalau kontraktor yang membangun kantor baru kita ini keluarganya Cameron?" tanya David.

"Iya, Jonathan Pacifia yang itu."

"Dan kamu baru bisa menemuinya hari ini? Kalau kamu sudah tahu kalau Cameron punya sepupu, kenapa tidak dari kemarin kau menemuinya?" tanya Brian.

"Aku tidak yakin kalau aku bisa menemui Jonathan dengan mudah. Aku juga tidak tahu kontaknya. Beberapa hari lalu, Pak Jameson baru memberikan alamat pribadinya padaku."

"Ah, begitu rupanya. Akhirnya, kau bisa menemui seseorang yang tahu tentang Cameron. Semoga saja semua pertanyaanmu bisa terjawab."

"Semoga saja, Brian."

Karena itulah, kini aku berada di sebuah hotel yang memiliki sebuah restoran yang cukup mewah di dalamnya, lokasinya tepat di pusat kota Inkuria. Aku datang tepat pada waktu yang dijanjikan, dan menanyai reservasi atas nama Jonathan. Si pelayan langsung membawaku ke sebuah ruangan VIP, di mana seorang pria sudah ada di sana.

Ketika dia menoleh, aku bisa melihat seorang pria dengan pakaian formal tersenyum kepadaku. Dia memiliki rambut kemerahan seperti Cameron, tapi rambutnya agak keriting. Matanya berwarna kecoklatan, dengan tinggi badan sekitar 170 sentimeter. Dia terlihat sangat ramah, dan menyalamiku dengan sebuah genggaman erat.

"Senang bisa berkenalan denganmu, Wilson. Namaku Jonathan Pacifia, dan kurasa kamu sudah tahu itu. Tapi kamu cukup panggil aku Nathan, oke? Kita sebaya kok, jadi santai saja," kata Jonathan.

Aku mengangguk, "Baiklah, Nathan. Terima kasih karena sudah mengundangku kemari. Maaf juga, kalau aku mengganggu kegiatanmu hari ini," sahutku.

"Ah, tidak masalah! Aku tidak punya kegiatan yang terlalu penting hari ini, dan aku senang karena akhirnya kita bisa bertemu. Ayo, kita duduk dulu!"

Aku dan Nathan duduk dengan posisi saling berseberangan. Setelah kami berdua memesan makanan, pembicaraan di antara kami kembali berlanjut.

Kalau mau menanyakan pendapat pribadiku soal pria ini, Jonathan tidak kelihatan seperti seseorang yang kaku. Tidak seperti Cameron yang sering kali terlihat serius, Nathan lebih santai. Walau begitu, dia terlihat tegas, terutama dari pembawaannya. Tidak heran kalau dia bisa mengendalikan sebuah perusahaan besar dengan baik.

Pria yang ada di hadapanku ini juga sangat ramah. Mungkin kalau Cameron karakternya sedikit lebih lunak, dia akan terlihat seperti Nathan. Tapi ada kesamaan yang bisa aku lihat dari mereka berdua, yaitu kebiasaan mereka yang rapi dan teratur. Nathan berpakaian jas formal, dan dia sendiri mengatur agar aku datang pada jam 12.45, yang sepertinya memang sudah jadi kebiasaannya. Aku tidak tahu kenapa, tapi setelah aku melihat sendiri Nathan, aku jadi berpikir kalau sepertinya keluarga Pacifia diisi dengan orang - orang yang teratur dan beraura misterius.

"Bagaimana kabarmu, Wilson? Apa kau tengah sibuk menghadapi beberapa misi?" tanya Nathan.

"Hm, bisa dibilang. Aku sedang melakukan beberapa pelacakan, semoga saja membawa kemajuan untuk misi yang sedang kukerjakan," sahutku.

"Ah, begitu? Jadi, aku sudah banyak mendengar tentangmu. Kau adalah sahabat yang baik, kalau aku bisa simpulkan dari cerita Cameron. Dia tidak bisa berhenti kalau mengobrolkan tentangmu. Lalu, apakah Cameron yang memberitahu tentang aku padamu?"

"Ya, Cameron mengatakan tentangmu di surat terakhirnya. Aku tidak yakin kalau aku harus menghubungimu, sampai beberapa hari lalu Pak Jameson mengatakan kalau sudah saatnya aku berbicara denganmu, karena sekarang semua pertanyaanku tentang Cameron mulai terasa membingungkan."

"Cameron memang bilang kalau kau akan datang ketika sudah saatnya. Kalau memang sekarang adalah saat yang tepat, aku akan katakan apa saja yang ingin kau tahu."

Pelayan datang membawakan pesanan kami, dan itu memberiku waktu untuk berpikir. Memang, aku sudah menyiapkan mentalku untuk bertemu dengan Jonathan, tapi aku tidak tahu apa saja tepatnya yang harus aku tanyakan. Tentu saja, aku ingin tahu tentang Cameron, tapi bagian spesifik mana yang harus aku tanyakan?

"Nah, jadi, apa pertanyaanmu, Wilson?" tanya Nathan.

"Eh, kalau aku mau jujur, sebenarnya ada banyak sekali hal yang aku tidak ketahui tentang Cameron. Aku jadi bingung mau mulai dari mana," jawabku.

"Begitu? Padahal ada banyak orang yang tidak tahu apapun soal Cameron. Mungkin kamu malah tahu lebih banyak hal kecil soal Cameron daripada aku, karena kamu menghabiskan waktu lebih banyak dengannya daripada aku. Kalau begitu, sepertinya akan lebih baik jika aku ceritakan saja soal Cameron dari awal ya?"

"Ya, sepertinya akan lebih baik kalau seperti itu."

Nathan mengangguk, dan dia memulai ceritanya sembari kami bersantap siang. Dia mengatakan kalau ceritanya akan cukup panjang, tapi aku siap untuk mendengarkannya.

"Aku dan Cameron sama - sama lahir pada tahun 1991, tetapi berbeda bulannya. Ayah kami adalah saudara kandung, dengan ayah Cam sebagai anak pertama, lalu ayahku sebagai adiknya. Merekalah yang pada awalnya mendirikan Pacifia Construction. Mereka tumbuh dan dewasa dengan baik, membuat kehidupan mereka sendiri jadi lebih baik, memiliki istri, lalu anak," kata Nathan, memulai ceritanya.

"Masa kecil Cam berjalan sebagaimana anak normalnya. Bermain, bersekolah, dan bereksplorasi, sebagaimana anak kecil pada umumnya. Tapi, Cameron bukanlah anak yang disukai oleh banyak orang. Dia lebih sering bermain sendirian, dan tidak punya teman yang sangat dekat dengannya."

"Kalau mau dipikir, aku dan Cameron mewaris karakter ayah kami dengan baik, karena kami taat pada norma dan aturan. Tapi karakter kami juga dipengaruhi oleh ibu kami. Tante Jelita, ibunya Cameron, karakter beliau lebih pendiam dan suka menyendiri. Sementara itu ibuku adalah seorang pebisnis seperti ayahku, jadi beliau bersifat lebih bersahabat. Mungkin itu akan menjelaskan banyak hal akan karakter Cameron."

Aku tersenyum, "Cameron pernah mengatakan kalau ibunya pendiam. Sepertinya semuanya masuk akal kalau begitu," sahutku.

"Ya, tapi karakter Cameron memang cocok dengan kedua orang tuanya. Cameron memang agak aneh, tapi keluarganya menganggap semua itu masih biasa saja. Mereka mengetahui kalau Cam punya teman khayalan bernama Max, dan menurut mereka itu normal kalau seorang anak punya teman khayalan. Tapi semuanya menjadi lepas kendali ketika Cam berusia 8 tahun," lanjut Nathan.

"Saat itu, ada beberapa anak yang senang mengganggu Cameron di sekolah. Kau tahu sendiri kalau Cameron kadang tidak peduli akan orang lain. Tapi ketika dia diserang, maka dia akan membalas. Itulah yang terjadi. Saat itu, dia tengah diam di mejanya, ketika beberapa anak datang dan memukulinya. Pukulan yang dia terima sepertinya cukup menyakitkan, karena hal itu membuat Cameron membalasnya."

"Bukan Cameron, sebenarnya. Max tiba - tiba saja lepas kendali. Kalau dipikirkan, rasanya mengherankan juga bagaimana Cam di usia semuda itu bisa menahan Max di dalam dirinya dengan baik. Bisa saja itu karena Max hanya akan keluar kalau ada pemicunya saat itu, sebelum Cam benar - benar sadar apa yang terjadi di dalam dirinya. Tapi melihat apa yang dilakukannya saat itu, kau akan tahu kalau Max memang berbahaya."

"Memangnya apa yang terjadi?" tanyaku.

"Mengerikan. Max memukul balik anak - anak yang mengganggunya, dan karena posisi mereka berada di dekat dinding, Max membenturkan kepala salah satu dari anak itu ke dinding. Dia juga menginjak tangan satu anak kuat - kuat, yang menyebabkan tangan anak itu retak tulangnya," jelas Nathan.

Aku menatap Nathan dengan ekspresi kaget. Max melakukan semua itu ketika Cam masih berusia delapan tahun. Tentu saja itu adalah tindakan yang brutal. Tapi aku kembali teringat kembali akan apa yang sudah dilakukan Max saat dia berusaha untuk menghabisi lawan yang melumpuhkanku di satu misi yang aku miliki bersama Cameron. Aku ingat dengan jelas kalau dia menembakkan semua peluru di pistol yang dia temukan tanpa ampun. Dia menjatuhkan dua orang dari jendela dengan tinggi sepuluh lantai, lalu melemparkan sebuah bom molotov yang dia temukan kepada tiga orang yang mengejar kami. Belum lagi dia menghajar banyak orang yang berusaha menghadang kami. Tangan Cam berlumuran darah, tapi Max tentu menikmati sensasi kemarahan yang dia keluarkan dalam bentuk serangan itu.

"Max sudah melakukan itu ketika usia Cam masih delapan tahun? Aku kira itu baru pertama kali terjadi saat misi itu ...." kataku.

"Ah, aku sudah dengar dari ayahku soal itu. Max mengamuk saat seseorang melukaimu, iya kan? Yah, tapi hal itu sudah pernah terjadi sebelumnya."

"Lalu, apa yang terjadi setelahnya? Tentunya orang tua anak - anak itu tidak terima, kan?"

"Tentu saja mereka tidak terima anak mereka dihajar begitu. Tidak ada yang mati, tapi luka anak - anak itu cukup parah. Cam dikeluarkan dari sekolah karena hal itu, dan rupanya itu membuat Max semakin tidak terkendali. Kau tidak akan percaya apa yang terjadi setelahnya."

"Memangnya, apa yang terjadi?"

"Hal ini terjadi di hari terakhir Cam berada di sekolah lamanya. Jadi, Max yang mengambil alih tubuh Cam menyembunyikan sepatu dari anak - anak yang menyerangnya. Mereka berusaha mencari sepatu yang Max sembunyikan, dan entah bagaimana caranya, Max sudah ada di atas atap sekolah. Sepertinya dia memanjat dari pohon yang ada di dekat sana, karena begitulah cara dia turun. Lalu, Max menarik perhatian anak - anak itu, dan melemparkan sepatu mereka ke tengah jalan raya yang ada di depan sekolah."

"Aku tidak tahu bagaimana dia merencanakan kejadian itu, tapi sepertinya Cameron selalu mengamati keadaan sekelilingnya. Kita mungkin sudah tahu kalau mengamati adalah salah satu kesukaan Cam, dan hal ini sepertinya dimanfaatkan oleh Max. Dulu, area di sekitar sekolahnya baru saja dibangun, jadi setiap hari ada beberapa truk pengangkut bahan bangunan dan truk molen pengaduk semen lewat di sekitar sekolah Cam. Informasi ini sepertinya dimanfaatkan oleh Max, dan dia menunggu sampai salah satu truk itu lewat di dekat sekolahnya. Saat itulah, dia melemparkan sepatu anak - anak yang menyerangnya. Setelahnya, sepertinya kau bisa bayangkan sendiri."

Tentu saja aku bisa. Mau tidak mau anak - anak itu akan tergilas oleh truk molen tadi. Max rupanya memang sudah jadi pembunuh berdarah dingin sejak masih dini. Aku tidak ingin tahu berapa banyak sebenarnya orang yang sudah dia bunuh.

"Mereka semua tewas?" tanyaku.

"Tanpa terkecuali. Ketika kejadian itu berlangsung, sudah jam pulang sekolah. Jadi, orangtua dari anak - anak itu bisa melihat bagaimana buah hati mereka mati di hadapan mereka. Mereka memaki Max yang masih ada di atas atap, tapi dia hanya tertawa. Tawanya seperti maniak. Karena mulai keesokan harinya Cam sudah keluar dari sekolah, tidak ada yang bisa dilakukan oleh pihak sekolah," jawab Nathan.

"Nah, karena kejadian itu, ayahnya Cameron, Om Oliver, jadi agak khawatir. Max betul - betul mengambil alih Cam saat itu. Tidak ada yang terlihat berbeda dari Cam, karena Cam selalu diam, tapi setelah kejadian itu, entah kenapa Cam jadi sering emosian kalau diganggu. Karena itulah, Om Oliver membawanya ke seorang ahli kejiwaan. Dari situlah dia mendapatkan diagnosa kepribadian ganda. Setelah apa yang Max lakukan, keluarga Cam memutuskan akan lebih baik jika anak mereka diobati dengan segera. Sejak saat itu sampai sekitar 4 tahun, Cam mendapatkan perawatan di sebuah rumah sakit jiwa. Kalau saja kamu menelusuri rumah sakit mana tempat Cam mendonasikan uang yang dia tinggalkan setelah kematiannya, maka kau akan menemukan nama sebuah rumah sakit jiwa. Disitulah dulu Cam dirawat."

Aku kembali mengingat saat barang - barang Cameron dipindahkan, dan saat uang hasil penjualan kantor kami diserahkan kepada pihak yang ditunjuk oleh Cameron. Aku bisa menemukan nama sebuah rumah sakit jiwa, yang menurutku tidak mengagetkan, karena memang di pinggir kota terdapat rumah sakit jiwa kota Inkuria. Rupanya dulu Cam sempat menghabiskan waktunya di sana? Pantas saja dia memutuskan untuk menyumbangkan beberapa hal kepemilikannya ke sana.

"Lalu, ketika dia keluar dari rumah sakit jiwa, dia menuju ke Chicago dan masuk akademi?" tanyaku.

"Ya, begitulah. Kalau kamu pernah dengar beberapa cerita dari Cameron, om dari kedua orang tua kami, kakaknya nenek kami, selalu meneror kedua orang tua kami. Tapi aku tidak yakin kalau dia pernah menceritakan hal ini padamu. Kejadian itu meninggalkan kesan buruk bagi Cam, dan rasanya kamu datang ke sini untuk mendengar cerita itu, kan?"

Aku mengangguk. Tidak, Cameron tidak pernah menceritakan apapun yang terjadi pada keluarganya. Kalau saja Cam pernah menceritakannya, maka itu kemungkinan besar akan berbentuk dalam sebuah kiasan. Jadi, aku memasang telingaku baik - baik, dan menyiapkan diri untuk mendapatkan cerita yang selama ini tidak aku ketahui.

"Pada saat Cameron dinyatakan bisa keluar dari rumah sakit, Sony Gloody, itu nama om dari kedua orang tua kami, beliau menyerang keluarga kami. Dia tidak melakukannya sendirian, jadi kau bisa bayangkan bagaimana kacaunya saat itu. Karena kejadian itu, ibunya Cam terbunuh. Kedua ayah kami memutuskan kalau keadaan sudah tidak aman. Mereka harus melakukan sesuatu. Jadi, keluarga kami memutuskan untuk berlindung selama beberapa saat sebelum kembali ke Inkuria dengan beberapa pengawasan ketat. Aku sendiri tidak pernah bisa untuk benar - benar sendirian selama beberapa tahun, karena kami takut kalau sesuatu terjadi."

"Om Oliver juga melakukan beberapa tindakan serupa. Selain itu, untuk mencegah lebih banyak darah yang tumpah, dan dengan harapan semoga kematian ibunya Cam tidak memancing Max untuk keluar, Om Oliver memutuskan untuk menyekolahkan Cam ke Amerika. Saudara dari ibuku ada di Chicago, dan mereka menjadi wali Cam selama dia ada di sana. Cam diberi beberapa pilihan sekolah, dan dia memilih Sandford Academy. Kami tidak tahu kenapa dia memilih untuk sekolah ke sana, tapi Cameron tahu kalau ibunya sudah tidak ada lagi. Jadi, rasanya jawaban yang masuk akal adalah, Cam ingin melakukan sesuatu terhadap kejadian ini."

"Jadi ... diputuskanlah kalau Cam akan bersekolah di Sandford Academy. Ayahnya hanya bisa mendukung anaknya dari jauh, sampai akhirnya beliau harus menghadapi omnya sendiri dan harus kehilangan nyawa karenanya. Ayahku meneruskan mendukungnya secara finansial setelah ayahnya tewas. Kalau kau masih bertanya siapa yang mengurus pemakaman Cam, sepertinya kau sudah bisa menebak kalau kami yang mengurusnya. Lalu, saat di akademi itulah, Cam bertemu dengamu, kan?" tutur Nathan.

Aku mengangguk. Cam sudah memberitahu aku beberapa penggalan dari cerita ini di video yang dia kirimkan padaku. Tapi aku tentunya tidak tahu kalau ibunya Cameron sudah tidak ada ketika Cam pergi ke Amerika.

"Jadi, karena itulah Cam terlihat pemurung ketika aku baru pertama kali bertemu dengannya? Karena dia baru saja kehilangan ibunya?" tanyaku.

"Cam sangat terpukul saat itu. Kenapa Max tidak langsung muncul ketika dia melihat sendiri pembunuhannya masih jadi sebuah misteri. Max mau tidak mau harus melihat kejadian itu, karena si Sony ini mengejar keluarga kami, tepat di kediaman kami sendiri. Mungkin efek dari obat yang Cam dapatkan, atau karena terapi yang dia jalani membantunya mengendalikan Max dengan lebih baik. Tapi Cam tentunya tidak bisa menghapus ingatan akan kematian ibunya."

"Si pria bernama Sony itu membunuh ibunya Cam di hadapannya?! Tapi kenapa?!"

Nathan terkekeh, "Begitulah keluarga kami. Aku akan ceritakan sedikit soal latar belakang keluarga kami setelah ini, tapi Sony punya dendam tersendiri dengan kedua orang tua kami. Dendam ini terjadi karena mereka tidak mau bekerja sama dengan beliau, makanya kami diburu olehnya. Dia tentunya tidak akan melewatkan kesempatan untuk menyiksa Cam secara psikis. Pria itu membunuh ibunya Cam dengan sadis, dan anak yang malang ini bisa merasakan hangatnya cipratan darah sang ibu. Dia tidak berani melawan, dan Sony juga menikmati pertunjukannya."

"Pantas saja Cam tidak suka membahas soal keluarganya. Pasti dia betul - betul tidak ingin mengingat semua kenangan buruk itu."

"Tentu saja. Kalau aku jadi Cam, mungkin aku bisa jadi gila sekarang. Tapi dia beruntung, karena dia menemui seorang teman sepertimu. Kau sudah membuat Cam lebih ceria daripada yang sebelumnya, dan dia pastinya bahagia punya seseorang seperti kamu dalam hidupnya."

"Lalu, apa yang terjadi pada keluarga kalian?"

"Eh, ada banyak kekacauan dan kejar - kejaran. Aku dan ibuku harus terus dikawal setiap saat, karena ayahku keterlaluan sifat protektifnya. Tapi itu menyelamatkan kami, kalau aku boleh bilang. Kedua ayah kami sudah berusaha untuk melakukan semua hal dengan berhati - hati, tapi pada akhirnya ayahnya Cam, Om Oliver, beliau tewas karena Sony merencanakan sebuah pembunuhan terhadapnya. Saat itu, Om Oliver sedang melakukan kunjungan konstruksi yang berada di pinggir Sungai Inkuria. Ada seseorang yang mendorongnya jatuh ke sungai ketika tidak ada yang melihat. Tidak ada yang tahu siapa dia, tapi kami mencurigai kalau ini adalah rencana dari Sony. Om Oliver tidak bisa berenang, dan ketika ada yang menyadari kalau dia menghilang, semuanya sudah terlambat. Beliau sudah tewas."

"Dengan itu ... ayahnya Cam tewas. Kapan itu terjadi?"

"Usiaku 16 saat itu. Empat tahun setelah kematian ibunya Cam. Saat itu, kami mengabari Cam, tapi kami memintanya untuk tidak kembali ke Inkuria. Karena kami takut, kalau Sony akan menemukannya dan menjadikan dia korban selanjutnya."

Perkataan Nathan tadi mengingatkanku akan satu kejadian di tahun keempat aku berada di akademi. Saat itu sedang liburan musim panas, dan Cam mengurung dirinya sendiri selama seminggu di kamarnya. Karena aku tengah mengikuti sebuah perkemahan, aku tidak tahu kalau Cam mengurung dirinya. Ketika aku kembali, aku bisa menemukan kalau kamar Cam sangat berantakan, dan matanya memerah. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi, tapi Cam demam tinggi saat itu. Aku mengira kalau dia hanya sakit, jadi aku menghabiskan beberapa hari untuk merawatnya. Mungkinkah kalau saat itu adalah ketika Cam menerima kabar tentang ayahnya?

Aku menceritakan hal itu pada Nathan, dan dia menyatakan kalau waktunya memang pas dengan kematian ayahnya. Pernyataan Nathan tadi membuatku kembali teringat akan saat itu, ketika aku merawat Cam. Dia tidak bilang apa - apa, tapi aku mengatakan kalau aku akan selalu ada untuknya. Dia boleh memutuskan untuk menyimpan semua untuk dirinya sendiri, tapi kalau dia mau, aku akan selalu ada untuk mendengarkannya. Aku tidak mengerti kenapa Cam berterima kasih padaku karena pernyataan itu, tapi kini aku mengerti kenapa.

"Karena itulah Cam menyanyangimu, Wilson. Kau adalah orang yang membuat Cam bisa melalui semua masalah berat itu. Bahkan ketika dia tidak bisa menceritakannya, kau seolah paham dan memberikan apa yang dia butuhkan," kata Nathan.

Aku tersenyum, "Aku senang karena aku sudah melakukan hal yang benar. Lalu, apa yang terjadi pada Sony?"

"Dia sudah mati. Keluargaku tidak tahu apa yang harus kami lakukan selain melarikan diri, tapi untungnya legenda Inkuria tidak akan membiarkan orang baik tersiksa. Terutama karena kekuatan bawah tanah yang terkutuk itu."

"Legenda Inkuria? Tunggu dulu, maksudmu si Hoodie Detective?"

"Ya! Kau sudah ada di Inkuria sejak 2012, jadi tentunya kau tahu soal runtuhnya Underground, kan? Nah, Kek Sony ini adalah salah satu pemuka Underground, dan dia menjadi buruan Hoodie Detective sejak lama. Dia tahu kalau Sony akan membahayakan banyak sekali orang, termasuk keluargaku. Ketika Cam kembali ke Inkuria pada tahun 2009, Hoodie Detective langsung menemuinya dan memintanya untuk membantu memancing Sony. Setahun setelahnya, akhirnya Sony bisa dihentikan. Keluargaku dan Cam bisa bernapas lega setelahnya."

Hal ini membuatku mengerutkan alis. Menarik, karena setelah aku mengetahui akan masa lalu Cam, kini aku penasaran akan latar belakang keluarganya. Siapa Sony sebenarnya, dan apa yang dia mau? Lalu, apa yang sebenarnya terjadi pada garis keturunan keluarga Pacifia? Apa yang membuat Cam tidak terjun ke dunia bisnis seperti Nathan dan kenapa dia malah memutuskan untuk pindah ke pinggiran kota Inkuria? Kemudian soal si Hoodie Detective itu, jadi dia bukan hanya legenda yang katanya meruntuhkan kejahatan bawah tanah Inkuria? Rupanya Pak Jameson tidak bercanda ketika bilang kalau dia ada wujud aslinya?

"Kau kelihatannya malah jadi bingung, Wilson. Kenapa? Ada sesuatu yang tidak kamu pahami?" tanya Nathan.

"Tidak, bukan begitu. Aku kini mengerti apa yang sudah terjadi di masa lalu Cam, dan kenapa dia bisa jadi sangat tertutup seperti itu. Tapi kini aku jadi penasaran, kenapa semua hal itu bisa terjadi pada Cameron? Apa yang sebenarnya ada di dalam keluarga kalian? Kenapa Cam malah memilih jalan yang berbeda jauh dari apa yang kamu pilih?" tanyaku.

Nathan tersenyum, "Rupanya Cam serius ketika dia bilang kalau kamu akan selalu punya pertanyaan bagus akan banyak hal. Kalau mau jawaban sederhana, itu semua terjadi karena keluargaku memang berbeda dari keluarga pada umumnya. All of us are mad, and Pacifia Family is basically filled with madness."

"But why?"

"Tadi aku sudah bilang kalau aku akan jelaskan soal keluargaku kan? Nah, sekarang aku akan ceritakan padamu. Ada banyak hal yang terjadi di keluargaku, kalau kamu tanya kenapa semuanya bisa terjadi pada Cam. Seperti efek domino."

"Aku tidak tahu siapa atau bagaimana efek domino ini bermula. Karena kalau ditelusuri, sejarah keluargaku memang sudah dari sananya kelam. Keluarga Pacifia, punya sebuah keahlian aneh, karena banyak dari kami yang menjadi penjahat. Kalau mau menelusuri lebih jauh lagi, kau akan menemukan kalau hampir semua orang di keluargaku berkecimpung di dunia hitam ini. Tidak peduli tua atau muda, perempuan atau laki - laki, banyak anggota keluargaku yang berada di bidang kejahatan."

Pernyataan tadi membuatku kembali mengerutkan kening. Keluarga Pacifia adalah keluarga penjahat? Tapi, bagaimana bisa? Aku tahu kalau Cam adalah orang baik, dan Nathan sendiri tidak terlihat seperti seorang penjahat. Kenapa bisa sampai Nathan mengatakan hal seperti itu?

"Aku bisa melihat kalau pernyataanku membuatmu bingung. Aku akan jelaskan kenapa aku mengatakan hal itu. Jadi begini, di masa lalu, keluargaku banyak yang berhubungan dengan kejahatan. Bentuknya bisa macam - macam, dan rasanya aku tidak perlu sebutkan. Tapi di keluarga kami, ada pilihan akan jalan apa yang bisa kau pilih. Kalau kau tidak ingin jadi penjahat, silahkan. Ada beberapa orang yang pernah memilih jalan ini, dan dari apa yang aku telusuri, mereka semua bisa hidup dengan baik. Karena opsi ini, ayahku dan ayahnya Cam memutuskan untuk mengambilnya. Mereka ingin menentukan sendiri jalan mereka," tutur Nathan.

"Tapi sebelum mereka, ayah mereka berdua adalah penjahat. Kakekku, Jerome Pacifia, adalah seorang anggota geng. Dia berada di sebuah geng pembunuh di Underground. Karena itulah, dia bisa bertemu dengan seorang perempuan yang merupakan anak dari si pemimpin kejahatan di bawah tanah. Nama istrinya adalah Sarah Gloody. Mereka menikah, dan jadi duo penjahat yang cukup terkenal, mungkin pada sekitar 50 tahun yang lalu. Keduanya sudah mati, karena kejahatan yang mereka perbuat. Kepada kedua anaknya, mereka memberikan pilihan untuk memilih jalan mereka sendiri."

"Karena melihat bagaimana kedua orang tua mereka harus selalu berkejaran dengan para penegak keadilan, kedua anak mereka ini memutuskan untuk memilih jalan mereka sendiri. Ayahku menamatkan kuliahnya sebagai pebisnis, dan Om Oliver menjadi seorang arsitek. Bersama, mereka mendirian Pacifia Construction. Semuanya kedengaran baik - baik saja, sampai akhirnya kami mengetahui keberadaan Sony Gloody pada tahun 1999."

"Sony Gloody ini adalah adik dari nenekku, tapi mereka berbeda ibu. Kalau kamu tidak tahu soal keluarga Gloody, mereka juga keluarga penjahat seperti keluarga Pacifia. Tapi, garis keturunan mereka lebih keras daripada kami. Di bawah tanah, keluarga Gloody punya sebuah kelompok yang berisikan keluarga mereka dan juga orang - orang yang memang hebat dalam kejahatan. Mereka memiliki sebuah kelompok yang bernama The Gloody, yang memegang kendali di Underground sebelum Hoodie Detective meruntuhkan kelompok mereka."

"Kenapa Sony bisa meneror keluarga kami, adalah karena apa yang dipilih oleh kedua ayah kami. Mereka memutuskan untuk menjadi pebisnis, dan hal ini membuat Sony marah. Karena mereka sudah menodai garis keturunan Pacifia dengan memilih untuk menjadi orang baik. Setidaknya, di keluarga Pacifia, kalau salah satu dari kami punya bisnis, biasanya mereka akan melakukan beberapa hal jahat di belakangnya. Tapi kedua ayah kami menolak untuk melakukan hal seperti itu. Ini merupakan pilihan yang bagus, tapi tidak jika kau berhadapan dengan seseorang seperti Sony Gloody."

"Awalnya, Sony ingin membiarkan kedua orang tua kami bebas, dengan syarat kalau Pacifia Construction akan mengalirkan sejumlah tertentu uang mereka ke Underground. Ayah kami tentunya tidak ingin membantu kejahatan untuk tumbuh subur. Jadi, mereka menolak. Karena alasan itulah, Sony memburu mereka berdua dan ingin untuk memusnahkan keduanya. Untungnya, salah satu dari kami masih bisa bertahan hidup."

Apa yang baru saja aku dengar ini seperti sebuah dongeng, tapi mengingat kalau di Inkuria memang ada kelompok penjahat yang beroperasi di bawah tanah, sepertinya apa yang Nathan katakan bisa saja merupakan sebuah kenyataan. Selama tinggal di kota ini, aku menemukan beberapa misi dan kasus yang kadang cukup ekstrim dan juga aneh. Rasanya, keluarga penjahat bukanlah sesuatu yang mustahil untuk ada di sini. Lagi, tidak salah kalau si Sony ini berniat untuk melukai keluarga Cam, karena mereka tidak ingin membantunya.

"Kedengarannya tidak biasa, tapi ada banyak hal yang tidak biasa di Inkuria, jadi apa yang kau katakan rasanya bisa saja nyata. Lalu, kenapa Cam malah memilih untuk menjadi agen, bukan jadi pebisnis sepertimu?" tanyaku.

"Sebelum Cam pergi ke Amerika, kedua ayah kami menjelaskan kepada anak dan istri mereka akan apa yang sebenarnya terjadi. Ancaman dari Sony terasa semakin nyata, jadi semuanya harus tahu akan kondisi ini. Aku dan Cam di beri pilihan saat itu, apakah kami mau jadi orang baik, atau kami bisa ikut bersama Sony kalau kami memang mau jadi penjahat. Aku tentunya tidak mau, karena aku ingin jadi seperti ayah dan omku yang membantu pembangunan di kota Inkuria. Cam juga tidak ingin jadi penjahat, karena apa yang dilakukan oleh Sony tentunya tidak baik. Karena itulah, Cam sepertinya ingin untuk melawan garis keturunan keluarga Pacifia. Dia memutuskan untuk menjadi seorang agen, agar bisa memutar balik nama keluarganya. Dia ingin jadi seseorang yang membantu kebaikan untuk tercipta di Inkuria. Dan dia berhasil, karena dengan bantuannya, Sony bisa dilumpuhkan."

Perkataan Nathan tadi membuatku tersenyum. Pantas saja Cam selalu ngotot untuk bisa menyelesaikan kasus dengan cepat dan efisien. Rupanya dia memang sudah bertekad untuk menjadi seorang pembawa keadilan. Agar namanya bisa dikenal sebagai seseorang yang berguna di masyarakat.

"Rupanya itu ambisi Cam. Dia pernah bilang kalau dia punya satu ambisi, tapi dia tidak bilang apa itu. Kini aku mengerti. Tapi sayangnya, dia harus mati karena satu sisi dirinya yang menginginkan untuk melakukan kejahatan," kataku.

"Tapi setidaknya dia mati dengan memenuhi janji yang dia buat, yaitu dengan mati sebagai orang baik yang memerangi kejahatan. Sepertinya memang kejahatan sudah mengakar di keluarga kami. Tidak ada satupun dari kami yang bisa lari dari kegelapan itu," sahut Nathan.

"Tapi sekarang kalian tidak berada di dalam kegelapan itu."

Nathan terkekeh, "Siapa yang bilang? Kau tahu apa julukan keluarga kami di Underground?"

Aku menggeleng. Apa memang semua orang di keluarga Cam adalah penjahat dengan darah dingin? Kalau iya, maka Cam sudah melakukan sebuah tindakan ekstrim yang sangat bertentangan dengan apa yang ada di dalam keluarganya.

"The Twisted Family. Karena semua penjahat yang berasal dari keluarga Pacifia selalu punya cara sadis dalam melakukan kejahatannya. Kami semua memiliki kesadisan itu dalam diri kami. Bisa dibilang kalau setidaknya sebagian dari anggota kami itu kurang waras. Berbeda jauh sekali dengan nama keluarga kami, yang berasal dari kata pacify, yang artinya keamanan."

Twisted. Hal ini membuatku teringat akan apa yang sudah Max lakukan pada semua korbannya. Dia mengecat sebuah ruangan dengan darah korbannya, dan mengoleksi botol kecil berisi darah mereka. Apa yang Max lakukan benar - benar tidak berperikemanusiaan.

"Aku bisa bayangkan kalau garis keturunan kalian diisi oleh orang - orang gila yang haus dengan darah."

"Secara teknis, kami semua memang tidak ada yang waras. Kegilaan itu sudah mendarah daging. Kau sudah lihat kan, apa yang terjadi pada Cam? Dia tidak bisa menghindar dari kejahatan yang ada di dalam diri Max. Kalau saja Cam lengah, maka Max bisa menjadi seorang penjahat baru di Inkuria."

Kini aku menatap ke arah Nathan dengan lekat. Entah kenapa, pandangan matanya kini terlihat dingin. Pada awalnya, aku merasa karena dia terbawa oleh suasana pembicaraan kami. Tapi setelah aku melihat lebih jauh lagi, aku bisa merasakan sesuatu yang tidak biasa.

"Jangan bilang kalau kau juga seperti Cameron ...."

"Kenapa? Kau takut?"

"Aku bisa bertahan dengan Cam, kurasa aku tidak perlu takut akan keberadaanmu. Kau orang penting, tentunya kau tidak akan melakukan hal yang berbahaya. Aku hanya agak khawatir saja."

"Hm, baiklah. Kau tidak perlu khawatir. Aku punya ceritaku sendiri, tentunya. Tapi akan lebih menarik kalau semua itu diceritakan lain kali saja."

Aku menghela napas pelan. Oke, aku rasa sepertinya ada banyak rahasia gelap yang Cam tidak katakan padaku. Kini aku mengerti betul kenapa dia tidak mau membahas soal keluarganya. Karena banyak sekali hal dari keluarganya yang tidak menyenangkan, dan bukanlah sesuatu yang pantas untuk dikenang. Akan lebih baik jika tidak ada yang tahu tentang keluarga Cam yang kacau dan dipenuhi oleh maniak kejahatan.

"Aku mengerti. Lalu, kenapa Cam malah tinggal di pinggir kota Inkuria? Apa dia benar - benar tidak berminat untuk terjun ke dalam dunia bisnis? Padahal dia punya hak dalam Pacifia Construction, kan?"

Nathan mengangguk, "Ya, Cam punya bagiannya sendiri. Tapi dia bilang, dirinya tidak peduli soal bisnis. Toh, tak ada seseorang yang bisa dia warisi kepemilikannya. Jadi, pesan terakhir yang dia berikan adalah, agar apapun yang jadi bagiannya agar bisa diberikan kepada yang membutuhkan. Aku menyalurkannya ke badan - badan amal dan juga beberapa rumah sakit. Lalu, kenapa Cam memutuskan untuk pindah ke pinggir kota ... mungkin karena dia sudah mengalami banyak sekali kejadian yang tidak mengenakkan di Inkuria. Selama tiga tahun setelah dia kembali ke Inkuria, dia menghadapi banyak sekali kejadian, seperti ketika dia memburu Sony."

Alasan ini masuk akal. Kalau aku harus memburu seorang pembunuh berdarah dingin yang masih keluargaku sendiri, rasanya aku tidak mau dekat - dekat dengan tempat di mana semua itu terjadi. Selain itu, hal ini mengingatkanku akan Indri. Mungkin selain Sony dan Indri, sepertinya ada beberapa hal lainnya yang terjadi ketika aku tidak bersama Cam, yang mungkin tidak mengenakkan. Sepertinya aku bisa tanyakan hal ini kepada Nathan.

"Ternyata begitu. Pantas saja, sepertinya dia ingin menenangkan dirinya. Mungkin saja perpisahannya dengan Indri membuatnya tidak ingin berada di tempat yang membangkitkan kenangannya."

"Siapa Indri?"

Pertanyaan Nathan tadi membuat kepalaku menjadi kosong. Bagaimana bisa kalau Jonathan tidak tahu akan mantan istri Cam? Dia mungkin menutup kenyataan ini dariku, tapi seharusnya keluarganya tahu kan kalau Cam menikah? Tapi dari nada suara Cam, sepertinya dia tidak tahu apa - apa soal Indri.

"Loh? Kau tidak tahu? Cam sudah pernah menikah ketika dia kembali ke Inkuria. Aku bertemu dengan mantan istrinya, Indri, beberapa hari lalu."

Nathan mengerutkan keningnya, dan menatapku dengan penuh tanda tanya. Ekspresinya jadi sangat serius. Ada apa sebenarnya dengan Indri? Apa yang salah?

"Siapa yang memberitahu hal itu? Aku sering bertemu dengan Cam selama dia di Inkuria, dan aku tahu kalau Cam tidak pernah dekat dengan perempuan manapun."

Aku juga ikut mengerutkan alisku, "Tunggu, jadi Cam tidak pernah menikah?"

"Tentu saja tidak! Kau kenal Cam dengan baik kan? Dia tidak akan pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Kalau memang iya, seharusnya kau dan aku tahu. Cam tidak pernah menikah, dan aku bisa pastikan itu."

Setelah pertanyaan soal Cameron dan keluarganya terjawab, kini sebuah pertanyaan baru muncul lagi di kepalaku. Apa pernikahan Cam itu benar? Lalu kalau misalnya tidak, siapa sebenarnya wanita yang datang ke rumahku beberapa hari lalu dan berani - beraninya mengaku sebagai istrinya Cameron?!

~~~~~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top