Chapter 2 : Family & Jewelry
Maret 2023
Aku memandang ke arah jendela, dan melihat bagaimana keramaian kota Inkuria di siang hari. Kepadatannya tidak seperti kota metropolitan besar yang dipenuhi kemacetan, tapi bisa dibilang kalau suasananya cukup ramai. Aku menghela napas, dan menghempaskan punggungku ke sandaran kursi yang ada di belakangku.
Hampir dua tahun sudah sejak aku pindah dari kantor lamaku. Permintaan terakhir Cameron adalah agar aku bisa bergabung dengan SPE, jadi di sinilah aku. Berada di salah satu ruangan kantor SPE yang merupakan kantor pribadiku.
Bekerja sebagai bagian SPE bisa dibilang cukup menyenangkan. Aku tidak perlu menganggur selama beberapa saat sebelum mendapatkan misi, karena di sini misi akan selalu ada. Sudah hampir delapan tahun sejak SPE berdiri, dan kantor ini punya reputasi yang cukup bagus di kota Inkuria. Akan selalu ada sesuatu yang bisa dikerjakan selama di sini, dan semuanya terjadi dengan prosedur yang membuatku merasa seperti kembali ke akademi, karena Pak Jameson sudah memberikan aturan yang cukup mendetail di kantor ini.
Bukan berarti bekerja berdua bersama Cameron tidaklah menyenangkan. Bersamanya, aku lebih bisa merasakan sesuatu yang intens dan rahasia, terutama karena klien kami memang menginginkan kerahasiaan. Tapi di sini, ada lebih banyak interaksi dengan orang lain dan juga berbagai misi yang menarik.
Semuanya bisa berjalan dengan baik selama aku berada di SPE. Kadang aku tidak mengerti kenapa Cameron malah memutuskan untuk tinggal di pinggiran kota, padahal keadaan di kota Inkuria sangat menyenangkan. Mungkin pendapat ini terbentuk karena aku sudah terbiasa tinggal di Chicago dan Detroit, jadi aku lebih menyukai suasana perkotaan. Apapun itu alasan Cameron untuk tinggal di pinggiran kota, setidaknya keadaannya cukup baik di sana. Aku tidak menyesali saat di mana aku bekerja di pinggiran kota bersama Cameron.
Walau aku bisa merasa nyaman dengan lingkungan baruku, semuanya masih saja terasa kurang bagiku. Perasaan itu diakibatkan karena aku tidak bersama Cameron di sini. Ya, mungkin aku menemukan banyak teman baru dan bisa bekerja sama dengan beberapa partner yang andal, tapi semuanya terasa berbeda. Aku merindukan pembawaan Cameron yang tenang, dan juga semua hal dari dirinya yang kadang agak tidak biasa.
Sayangnya, dia tidak ada di sini. Kini, aku sendirian di ruang kantorku, karena aku belum mendapatkan misi baru karena aku baru saja menyelesaikan satu misi minggu lalu. Keadaan ruanganku sepi, tanpa ada seseorang yang bisa aku ajak mengobrol. Bisa saja aku pergi ke luar untuk berinteraksi dengan orang lain, tapi tentunya semua orang sibuk dengan pekerjaan mereka masing - masing.
Mataku tertuju ke arah sebuah buku catatan yang ada di hadapanku. Buku itu adalah salah satu jurnal kasus milik Cameron yang ada bersamaku. Aku selalu menghabiskan waktu luangku dengan membaca kembali beberapa jurnal milik Cameron, dan mengingat kembali berbagai misi dan kasus yang pernah kami alami bersama. Tulisan tangan Cameron kembali membawaku ke sebuah kantor sederhana di pinggir kota, di mana kami dulunya berada. Dari sekian banyak kenangan yang kami miliki, ada satu kasus yang masih membekas di dalam kepalaku, dan aku membaca kembali detilnya. Hari yang dingin di bulan Desember. Itu adalah salah satu kasus awal kami ketika berada di Inkuria.
Imajinasiku melayang kembali ke saat itu. Dua gelas mug berisi minuman hangat kesukaan kami masing - masing, hujan deras yang dipenuhi dengan petir, dan seorang klien yang datang dengan tiba - tiba. Aku tidak pernah bisa melupakan apa saja yang terjadi saat itu.
Aku tahu kalau semua itu sudah hampir dua tahun lalu terjadi, tapi aku masih tidak bisa melupakan Cameron. Aku memang tidak pernah berniat untuk melupakannya. Dia adalah sahabat terbaik yang pernah aku punya, dan tidak ada yang bisa menggantikan posisinya dalam hidupku. Kedengarannya seperti aku tidak ingin move on dari Cameron, tapi sebenarnya aku baik - baik saja tanpa dia, dan sekekali mengenang apa yang sudah terjadi di masa lalu. Hanya saja, semuanya akan lebih baik jika dia ada di sini.
Sampai saat ini, aku masih belum bisa menemukan keberadaan jurnal - jurnal yang disembunyikan oleh Cameron. Aku tidak tahu siapa yang harus aku cari, dan apa yang harus aku lakukan untuk mendapatkan keterangan soal misteri apa yang masih disembunyikan oleh Cameron ini. Aku memang tidak bisa terus menunggu, aku harus melakukan sesuatu. Tapi Cameron tidak meninggalkan petunjuk akan apakah yang harus aku lakukan, jadi semuanya terasa membingungkan.
Setidaknya, aku sudah mencari tahu sedikit tentang keberadaan Jonathan Pacifia. Ternyata, dia adalah pemilik sebuah perusahaan kontraktor yang cukup besar di Inkuria. Aku membaca banyak tentangnya, dan setelah mengetahui siapa dia, rasanya aku tidak akan bisa menanyai orang ini dengan mudah. Aku tidak bisa begitu saja datang ke kantornya untuk sebuah alasan aneh, yaitu untuk menanyakan soal Cam. Jonathan Pacifia tentunya adalah seseorang yang super sibuk, dan tidak seharusnya aku mengganggu privasinya.
Toh, Cameron kan tidak memintaku secara khusus untuk menemuinya. Dia hanya mengatakan kalau aku bisa mengingat nama itu, kalau - kalau aku bertemu dengannya. Selain itu, tidak ada hal lain yang kurasa bisa jadi petunjuk.
Rasanya, memang tidak ada yang bisa aku lakukan untuk saat ini. Aku masih ingin tahu apa yang sebenarnya Cameron rahasiakan, tapi terkadang aku berpikir kalau aku tidak terlalu perlu untuk mencari tahu semuanya. Kurasa, kalau aku memang berhak untuk mengetahuinya, maka aku akan mengetahuinya. Rahasia itu akan terbuka dengan sendirinya di hadapanku.
Apapun yang terjadi di antara Cameron dan keluarganya, pasti dia punya alasan kenapa dia menyembunyikannya. Cameron mengatakan kalau keluarganya kacau, dan hanya itulah yang menurutku bisa menjadi petunjuk. Entah mungkin karena ada keretakan dalam keluarganya atau apapun itu, sepertinya hal ini membuat Cam jadi merasa kalau keluarga adalah permasalahan yang sensitif. Untuk saat ini, aku hanya bisa menduga kalau dia punya masalah di dalam keluarganya. Tidaklah aneh kalau memang Cameron tidak mau cerita, karena masalah keluarga bukanlah sesuatu yang menyenangkan untuk diceritakan.
Tapi tetap saja, sedikit banyak aku masih penasaran. Aku mungkin sudah ratusan kali bolak - balik membaca jurnal Cameron yang bisa aku dapatkan, dengan harapan kalau mungkin saja aku akan bisa menemukan satu petunjuk kecil. Sayangnya, aku tidak pernah bisa mendapatkannya. Petunjuk seperti itu mungkin tidak pernah ada, atau bisa saja ada, tapi aku tidak akan pernah tahu berada di bagian manakah itu.
Karena bagaimana Cameron menyimpan rahasia soal dirinya dan asal - muasalnya, aku berpikir kalau mungkin saja hal ini adalah hal yang serius. Bisa jadi ada sesuatu yang besar di balik keluarga Pacifia. Terutama setelah mengetahui bahwa salah satu sepupunya adalah seorang pengusaha yang cukup sukses, aku tidak heran kalau ada di dalam keluarga Cameron ada sebuah permasalahan pelik ala tayangan sinetron dengan plot berputar - putar pada berbagai macam hal klise yang ada. Atau bisa juga masalahnya malah tidak klise seperti yang aku kira, karena kalau ada satu hal yang aku tahu, dunia itu adalah tempat yang dipenuhi dengan berbagai macam hal yang aneh. Bahkan ada yang bilang kalau kenyataan itu lebih aneh daripada apa yang ada di dalam buku novel.
Kusentuh kalung yang ada di leherku. Ada dua nametag di sana, satu milikku, dan satu milik Cameron. Aku memandang keduanya, yang memuat identitas dan kode pengenal yang diberikan oleh SAC. Dengan menatap nametag itu, aku bisa merasakan seolah kalau sebagian dari diri Cameron bersamaku. Dia akan tetap berada di dekatku, walau sebenarnya dia tidak ada.
Memang itulah makna filosofis dari kalung pengenal yang dimiliki setiap agen SAC ini. Ketika kami harus pergi dari dunia ini, entah karena alasan apapun itu, sudah jadi tradisi untuk memberikan kalung ini kepada seseorang yang paling kita sayangi. Sebagai pertanda bahwa kita selalu ada di dalam hati orang yang paling kita kasihi, seperti letaknya yang berada di dekat jantung ketika memakai kalungnya. Cameron ingin mengatakan, kalau dia akan selalu ada di sisiku, meski dia tidak berada di sini secara fisik.
Aku tahu kalau aku sudah terlalu banyak menghabiskan waktu bersama Cameron, dan aku juga menghabiskan banyak waktu untuk memikirkannya setelah dia pergi. Tapi itu semua karena Cameron adalah salah satu orang paling berarti dalam hidupku. Aku tidak bisa dengan mudah melupakan apa yang sudah terjadi di antara kami. Susah untuk menjelaskan secara pastinya kenapa, tapi aku tidak yakin kalau aku akan bisa menghabiskan sisa hidupku tanpa berpikir tentangnya. Apalagi dengan semua misteri yang dia tinggalkan untukku itu.
Misterinya memang mengganggu, tapi aku lebih memikirkan Cameron. Semua kenangan yang dia tinggalkan memiliki banyak sekali momen yang tidak akan pernah bisa aku lupakan. Karena itulah, aku tidak akan pernah bisa melupakannya. Walau dia sudah pergi, setidaknya aku ingin agar Cameron tetap hidup dalam hatiku.
Sebuah suara ketukan di pintu memecah pemikiranku dan mengejutkanku. Sepertinya aku terlalu asyik memikirkan soal Cameron, karena aku tidak tahu berapa lama sudah aku terdiam dan memandang kosong ke arah jurnal Cameron. Aku menarik napas, kemudian mengizinkan siapapun yang ada di hadapan pintu itu untuk masuk.
"Halo Wilson~ kamu tidak sibuk, kan?" tanya Pak Jameson, yang memunculkan kepalanya dari balik pintu.
"Tidak kok! Masuk saja pak!" sahutku.
Beliau tersenyum, kemudian membuka pintunya lebih lebar lagi. Kini, aku bisa melihat kalau Pak Jameson tidak sendirian. Ada dua orang pria lain di belakangnya. Salah satunya berkepala plontos dan bertubuh tinggi besar, dan yang satunya kepalanya separuh botak dan memiliki kumis tebal yang dipadukan dengan sebuah kacamata berbingkai bulat.
Karena aku tidak mengenal keduanya, sepertinya ini berarti kalau aku mendapatkan misi baru. Kedua pria ini tentunya adalah klienku. Tapi, satu hal yang mengherankan adalah, kenapa Pak Jameson datang langsung kemari? Biasanya anggota dari biro penugasan yang akan datang kemari dan mengantarkan klien ke agen yang ditunjuk.
Melihat dari keberadaan Pak Jameson, sepertinya klien kali ini cukup penting posisinya. Kalau sampai pimpinan kantor ini mengantar sendiri si klien ke ruanganku, ya tentunya ini akan jadi cukup serius. Apalagi setelah aku kembali mengamati mereka, rasa - rasanya aku pernah melihat mereka sekilas di halaman koran atau halaman situs berita online.
"Oh iya, kalian kenalan dulu deh! Wilson, ini Pak Andre Rahwana dan Pak Idris Dewata, yang akan jadi klienmu. Pak Andre adalah CEO dari Bank Exodus, dan Pak Idris adalah pemilik dari Dewata Jewelry & Co. Mereka di sini akan memberikanmu sebuah pekerjaan yang ... bisa jadi tidak kedengaran mudah," kata Pak Jameson.
Kedua pria itu memperkenalkan dirinya padaku dengan penuh kesopanan. Pak Andre adalah si pria berkumis, dan kalau kuperhatikan sekali lagi, ekspresi wajahnya selalu saja terlihat serius. Entah apa yang penyebabnya, aku tidak tahu. Sementara itu, Pak Idris lebih murah senyum, dan genggaman tangannya sekuat gorila. Bisa aku rasakan tangannya yang kasar ketika kami bersalaman, dan dengan kekuatan yang seperti itu, bisa saja beliau meremukkan tanganku kalau dia mau.
Dari pekerjaan mereka, aku bisa melihat kenapa Pak Jameson datang ke sini dan turun tangan dalam mengurus kliennya. Bank Exodus adalah sebuah bank lokal di Inkuria, tapi mereka bisa dipercaya, dengan berbagai sistem penyimpanan uang yang modern dan bekerja sama dengan banyak bank lainnya, baik nasional atau internasional. Sementara itu, Dewata Jewelry & Co. memproduksi dan menjual berbagai macam perhiasan kelas atas dengan jaminan mutu terbaik di seluruh kota Inkuria. Dua orang ini memegang peran yang cukup penting dalam dunia bisnis di Inkuria, dan apapun yang terjadi pada mereka, pastinya ini adalah hal yang penting karena sampai melibatkan SPE.
"Nah, karena kalian sudah berkenalan, akan lebih mudah kalau mereka langsung saja menceritakan pokok permasalahannya padamu," kata Pak Jameson.
Aku mengangguk, dan mempersilahkan mereka untuk duduk di hadapan meja kerjaku. Selagi mereka mengambil tempat dan membuat diri mereka sendiri nyaman, aku menutup dan menjauhkan buku jurnal Cameron dari mejaku, dan meletakkannya di laci. Aku juga ikut duduk, dan mempersilahkan mereka untuk mulai bercerita.
"Jadi begini, mungkin anda sudah tahu kalau saya mengomandoi Bank Exodus. Ada banyak sekali transaksi yang terjadi setiap harinya karena masyarakat melakukan kegiatan ekonominya, seperti penyimpan uang, penarikan uang, dan lain sebagainya. Saya tidak akan bahas soal itu, karena saya bisa saja bicara seharian kalau soal dunia perbankan. Kita akan fokus pada layanan penyimpanan, karena masalahnya ada di situ," kata Pak Andre, memulai ceritanya.
"Selain penyimpanan uang, Bank Exodus juga menerima layanan deposito dan peminjaman uang dengan jaminan perhiasan. Sistem peminjaman dengan perhiasan di tempat kami bekerja seperti bagaimana umumnya, yaitu dengan memperlihatkan surat yang membuktikan keaslian perhiasan, dan jika tidak ada, maka akan dilakukan uji keaslian. Sebagaimana transaksi peminjaman pada umumnya, perhiasan akan kami simpan dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian, dan ketika sudah jatuh tempo, si pemohon dana harus membayar kembali uang yang telah dipinjam, atau perhiasannya akan kami ambil sebagai gantinya. Sejauh ini, tidak ada masalah, dan masyarakat cukup menyukai program ini. Tapi, baru - baru ini, ada sesuatu terjadi."
"Seperti yang sudah saya sebutkan, kami berhak mengambil perhiasan yang sudah dijaminkan jika saja si pemohon dana tidak bisa mengembalikan uang yang telah dipinjam. Ketika kami mendapatkan perhiasan hasil jaminan itu, biasanya kami menawarkannya pada para nasabah yang berminat, atau kalau tidak saya akan melakukan transaksi dengan Pak Idris atau beberapa penjual perhiasan lainnya yang saya kenal. Nah, salah satu nasabah saya tertarik pada sebuah anting dengan batu safir yang harganya cukup mahal, jadi si nasabah datang untuk membelinya. Hanya saja, ketika dilakukan uji keaslian, si nasabah datang dengan seorang ahli perhiasan kepercayaannya. Si ahli ini melakukan pemeriksaan, dan mereka menemukan kalau perhiasan itu palsu. Karena itulah, saya menjadi curiga dan menanyai semua jajaran pegawai saya yang mengurusi soal penjaminan perhiasan ini."
"Setelah diselidiki, rupanya yang menerima perhiasan ini adalah seorang pegawai muda yang masih kurang berpengalaman, dan dia tidak meminta tolong pegawai yang ahli dalam pengujian keaslian ketika menerimanya. Memang, biasanya kalau ada sertifikat untuk perhiasan yang diserahkan, bisa saja tidak perlu dilakukan pemeriksaan, tapi kadang kami masih melakukan sedikit pengecekan sederhana."
"Hal ini membuat saya curiga, kalau - kalau ada beberapa perhiasan palsu lainnya yang masuk ke dalam brankas kami. Jadi, saya memutuskan untuk mengecek satu persatu perhiasan yang kami simpan. Pegawai yang punya kemampuan untuk melakukan pengecekan dikerahkan, hanya saja mereka tidak menemukan hal yang aneh. Karena itulah, saya meminta bantuan teman saya, Pak Idris."
Pak Andre melirik Pak Idris, dan si pria berkepala plontos itu mengangguk. Kini, beliau melanjutkan cerita yang diberikan oleh Pak Andre.
"Sesuai dengan perkataan Pak Andre, saya dimintai tolong untuk membantu memeriksa semua perhiasan yang ada di brankas Bank Exodus. Saya juga membawa beberapa ahli yang bisa saya percayai untuk membantu proses pemeriksaan ini. Setelah kami cek, ternyata susah sekali membedakan mana perhiasan yang asli dan mana yang palsu. Hampir semuanya kelihatan asli, yang membuat saya jadi ragu. Kami sudah melakukan berbagai rangkaian uji keaslian, yang mana banyak hasilnya yang tidak menunjukkan tanda bahwa perhiasan itu palsu. Saya juga sudah menelusuri satu persatu surat sertifikat keaslian yang ada, dan saya bisa menemukan kalau semuanya sesuai dengan data yang ada. Nomor seri yang ada di perhiasannya sesuai dengan yang ada di sertifikat, perhiasan - perhiasan itu memang benar ada bentuk aslinya, dan kalau memang ada beberapa di antaranya yang palsu, mereka membuat benda palsu yang nyaris sekali mirip dengan aslinya, beserta dengan surat sertifikat yang identik. Saya tidak bisa membedakan mana yang asli dan mana yang palsu. Siapapun yang membuat perhiasan yang palsu, maka dia benar - benar ahli dalam membuatnya!" kata Pak Idris.
"Karena itulah, saya jadi bingung. Rasanya kan tidak mungkin kalau saya melapor ke polisi dengan tuduhan perhiasan palsu kalau belum bisa menemukan mana yang palsu. Karena saya tahu kalau Jameson adalah orang yang tahu bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah yang aneh seperti ini, jadi saya menyarankan pada Pak Andre kalau kita sebaiknya pergi menemui Jameson."
Aku mengangguk. Masalah yang mereka alami tentunya sangat ribet, karena melibatkan banyak perhiasan berharga fantastis. Sudah jadi rahasia umum kalau ada banyak orang kaya yang dipenuhi dengan gengsi yang menggadaikan perhiasan mereka di Bank Exodus karena kerahasiaannya yang terjamin, demi mendapatkan uang untuk menunjang gaya hidup mereka. Tidak diragukan lagi kalau aku akan berurusan dengan berbagai macam perhiasan yang harus dicek keasliannya. Kalau Pak Idris yang ahli saja bisa tidak tahu apakah perhiasan yang dia periksa itu asli atau tidak, maka bisa jadi aku juga tidak akan mengetahuinya.
"Nah, kamu sudah dengar masalahnya. Jadi, misimu adalah untuk mengecek perhiasan itu, dan mencari jejak keberadaan perhiasan yang ada. Mungkin kamu akan perlu bantuan tim IT untuk menelusuri keberadaan perhiasan - perhiasan itu melalui sertifikat yang ada, nanti akan aku tugaskan satu dari mereka untuk membantumu. Kamu bisa mulai dengan mengecek sendiri sertifikat dan perhiasannya dalam dua hari lagi. Setelahnya, kamu bisa laporkan padaku kalau kamu menemukan sesuatu," kata Pak Jameson.
Misi ini bukanlah misi yang mudah. Aku adalah seorang agen, bukan ahli perhiasan, tentunya akan sulit kalau aku harus memeriksa sekian banyak perhiasan yang ada. Lalu yang kedua, akan ada banyak pemeriksaan silang dalam pengecekan sertifikat nantinya, yang tentunya akan makan banyak sekali waktu. Walau aku dibantu dengan ahli dari tim IT, aku tidak yakin semuanya akan bisa selesai dengan cepat.
Aku baru saja ingin membuka mulut untuk menolak misi ini, ketika Pak Andre mengumumkan kalau beliau akan segera pergi, karena dia sudah menyampaikan apa saja yang dia butuhkan. Pak Jameson membalasnya dengan ramah, dan kedua klien kami memutuskan untuk pamit. Kami saling bertukar salam perpisahan dan berjanji bahwa aku akan datang ke Bank Exodus dalam dua hari lagi. Mereka pergi meninggalkan ruanganku, dan tersisalah aku dan Pak Jameson.
Setelah kedua klien itu pergi, aku dan Pak Jameson saling bertukar pandangan. Keadaan hening sejenak, hinga akhirnya Pak Jameson kembali duduk di kursinya sambil menghela napas panjang. Kelihatan sebuah ekspresi seperti ada beban berat yang baru saja diturunkan dari pundak Pak Jameson, dan aku sendiri juga merasa kalau ketegangan yang ada di ruangan ini baru saja menghilang.
"Haah, akhirnya selesai juga. Pak Idris itu orangnya baik dan ramah, tapi Pak Andre mukanya nggak nyantai banget. Aku tahu kalau nggak semua orang bisnis tampangnya kayak beliau, tapi serius deh, sepertinya kalau kamu kerja di perbankan, resiko untuk terlihat tua jadi lebih tinggi. Bukannya aku bilang kalau Pak Andre nggak baik orangnya, cuma kalau di lihat, tampangnya itu bikin aku tegang sendiri," kata Pal Jameson, menyampaikan komentarnya.
Aku terkekeh. Rupanya bukan cuma aku yang berpikir kalau pembawaan Pak Andre itu terlalu serius, karena Pak Jameson juga merasakan hal yang serupa. Aku akui, suasananya tadi terlalu tegang dan formal, yang tidak terlalu aku sukai. Kalau Pak Jameson yang sudah sering berhadapan dengan situasi tegang seperti tadi sampai komentar begitu, tentunya hal tadi benar - benar sangat kaku.
"Saya juga berpikir begitu, pak. Beliau kelihatan terlalu serius, tidak seperti Pak Idris yang pembawaannya lebih santai," sahutku.
"Karena itulah aku berteman dengan Pak Idris. Beliau adalah orang yang asyik diajak makan malam bareng, dan pergi minum setelahnya. Tapi siapa yang tahu, kalau Pak Idris dan Pak Andre itu teman masa SMA? Mereka bisa sangat dekat dan akrab satu sama lainnya, padahal karakter mereka cukup berseberangan. Begitulah dunia, kadang ada beberapa hal yang tidak terduga bisa terjadi."
"Ah, kelihatannya keduanya saling menetralkan karakter satu sama lainnya. Tapi, Pak Idris kelihatannya biasa bekerja kasar ya, sebelum punya toko perhiasan? Tangannya terasa kasar dan genggamannya kuat sekali saat aku menjabat tangannya."
"Pengamatan yang bagus. Karena memang Pak Idris saat masih muda bekerja di tambang. Dia belajar banyak tentang perhiasan dari tambang emas tempatnya bekerja, dan memutuskan untuk membuka bisnisnya sendiri setelah lima tahun bekerja."
"Wah, menarik. Tidak heran bapak berteman dengannya, kelihatannya kalian cocok untuk saling berbagai kisah satu sama lainnya."
"Itulah yang sering terjadi kalau kami bertemu. Pak Idris itu teman mengobrol yang seru. Tapi cukup soal itu, sekarang kita bahas misinya. Siapa orang dari tim IT yang ingin kamu mintai tolong? Apa kamu mau David yang turun tangan dalam misi ini? Kurasa dia baru saja menyelesaikan misi terakhirnya, jadi dia pastinya bisa dimintai tolong."
Aku menghela napasku. Aku tidak yakin kalau aku bisa menangani misi ini, bahkan dengan bantuan David sekalipun. Rasanya, misi ini terlalu berat untukku. Kedengarannya ada banyak sekali hal ribet yang harus aku lakukan dalam misi ini, dan aku tidak akan sanggup untuk menyelesaikannya.
"Sebetulnya, aku baru saja ingin menolak misi yang bapak berikan ini. Saya tidak yakin kalau saya adalah orang yang cocok untuk misi ini," sahutku, lalu memandang Pak Jameson.
Pak Jameson mengerutkan alisnya, "Loh, kenapa kamu menolak? Memang sebegitu berat ya misi ini? Kan kamu tidak sendirian."
"Saya tahu itu pak, tapi sepertinya saya tidak akan sanggup menyelesaikannya, bahkan dengan bantuan David sekalipun. Akan ada banyak hal yang perlu untuk dicek, dan hal ini bukanlah pekerjaan yang ringan untuk dilakukan. Saya takut kalau saya akan menyerah di tengah jalan karenanya. Mungkin bapak bisa mencari orang lain yang cocok untuk mengerjakan kasus yang butuh kerja keras seperti ini."
Pak Jameson terkekeh, "Kalau aku tidak sibuk, sebenarnya aku ingin tangani kasus ini sendiri. Tapi ada beberapa urusan yang harus aku kerjakan, selain dengan pekerjaanku untuk mengurus kantor ini. Dan jika saja Rila masih ada di sini, maka aku pasti akan menugaskan dia untuk kasus ini. Dia itu gila kalau sudah soal riset, dan aku yakin kalau dia tidak akan keberatan untuk menghabiskan waktu untuk meneliti semua hasil pencariannya itu selama beberapa minggu, meski sebelumnya dia akan menendang lututku keras - keras karena ayahnya berani memberikan misi seperti ini. Rila bisa saja berubah jadi ahli perhiasan dalam waktu seminggu, dan analisis data adalah keahliannya. Tapi sayangnya, anakku tidak ada di sini, dan kamu adalah pilihan terbaik yang saya punya."
"Lalu, kenapa bapak malah memilih saya? Bukannya masih ada banyak agen yang lebih ahli daripada saya? Kan ada Brian, atau siapapun lah itu yang lebih cocok untuk misi ini."
"Saya tahu. Tapi kamu adalah agen dengan keahlian Profile Builder paling ahli yang sekarang ini tidak memiliki misi lain untuk dikerjakan. Lalu soal Brian, dia tengah menjalankan misi untuk menyelidiki sebuah kasus pemerasan. Saya percaya kalau kamu bisa menyelesaikan misi ini dengan baik."
Aku menghela napasku, "Sepertinya saya tidak punya pilihan ya?"
"Sebenarnya, aku tidak memberikanmu pilihan. Jadi ... ya begitulah. Aku tentunya menugaskanmu setelah melakukan pemikiran yang matang, dan kamu adalah orang terbaik yang bisa aku tunjuk. Kamu kan sudah punya pengalaman dengan misi yang berhubungan dengan pemalsuan perhiasan, jadi aku rasa kamu akan bisa menangani yang satu ini."
Kini, aku sepertinya tidak bisa mengelak lagi. Memang, ini bukan pertama kalinya aku berurusan dengan perhiasan. Aku sudah pernah sekali berurusan dengan pemalsu perhiasan saat masih di akademi, dan ada dua kasus yang berhubungan dengan perhiasan palsu ketika aku masih bersama Cameron. Tapi tetap saja, aku merasa kalau misi kali ini akan jadi jauh lebih berat.
"Tapi kan aku tidak sendirian saat itu! Ada Cameron yang bersamaku, dan dialah yang mengetahui kalau perhiasan yang diperebutkan oleh klien kami saat itu adalah barang palsu. Aku tidak yakin kalau aku bisa melakukannya tanpa bantuan Cameron."
"Saya tahu. Tapi kamu punya David. Dia akan membantumu sebaik Cameron, percayalah. Kamu sudah tahu beberapa hal tentang perhiasan palsu, jadi aku rasa kamu akan bisa untuk menghadapinya."
Tentu saja aku tidak bisa menolak misi ini. Misinya sudah ada di hadapanku, dan Pak Jameson sendiri yang memintaku untuk menanganinya. Apalagi dengan semua desakan dari beliau, sepertinya memang misi ini tercipta untukku.
Aku menghela napasku sekali lagi, "Aku tahu kalau bapak sendiri yang menugaskanku, maka aku tidak akan punya kemampuan untuk menolaknya. Aku sudah mencoba untuk menolak, meski tidak berhasil. Baiklah, aku akan coba lakukan. Tapi, jangan salahkan aku kalau sampai akhirnya aku tidak sanggup untuk menyelesaikan misi ini, ya?"
Pak Jameson tersenyum padaku, "Aku yakin kalau kamu akan bisa menyelesaikannya, Wilson. Aku sendiri yang akan menemui David setelah ini, jadi kamu bisa tenang soal itu."
"Aku tidak yakin setelah ini aku akan bisa merasa tenang."
Beliau terkekeh, "Hei, jangan pesimis begitu. Kau harus coba dulu. Aku punya banyak alasan bagus kenapa aku menugaskanmu untuk misi ini, dan aku akan menyebutkan semuanya kalau perlu. Tapi karena kau sudah setuju, maka jalani saja misi ini. Aku yakin kau bisa melakukannya."
"Alasan khusus?" tanyaku, lalu mengerutkan alis.
"Ah, tidak penting kok. Nanti kamu akan tahu sendiri kenapa. Aku tahu kalau misi ini berat, tapi aku akan usahakan kalau kau akan mendapatkan bantuan lain dari orang yang cocok untuk urusan ini."
"Bantuan lain?"
"Aku akan coba cari satu ahli perhiasan yang akan membantumu nantinya. Aku pernah diberi tahu kalau di Inkuria ada seseorang yang betul - betul ahli soal perhiasan. Semoga saja aku bisa menemukannya dan meminta bantuannya."
Aku menghela napas, "Baiklah, bapak berhasil meyakinkan saya."
"Bagus! Kalau begitu, kau bisa mulai untuk mencari data yang kau perlukan. Nanti akan ada seseorang dari biro penugasan yang akan mengantarkan map untuk misi ini, dan David juga akan kemari. Aku akan pergi mencari David sekarang."
Aku mengangguk, dan Pak Jameson berpamitan denganku. Beliau menutup kembali pintu ruanganku, dan untuk kesekian kalinya, aku menghela napasku.
Sepertinya aku tidak bisa lari dari tugas berat yang satu ini. Setidaknya akan ada beberapa orang yang membantuku, jadi aku tidak akan stres dalam mencocokkan antara data dan perhiasan yang ada, serta menemukan keaslian dari perhiasan - perhiasan itu. Setidaknya aku akan punya David untuk membagi keluh kesahku soal misi ini.
Tapi tunggu dulu, kira - kira apa alasan khusus yang Pak Jameson punya untuk penugasanku kali ini? Dari gelagatnya sih, sepertinya aku tidak akan tahu apa alasannya, mungkin aku harus selesaikan dulu misi ini untuk mengetahuinya.
Kok semua orang doyan sekali mengatakan kalau mereka punya rahasia dan tidak ingin mengatakannya padaku, padahal aku harusnya tahu akan rahasia ini?
~~~~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top