9. Hujan hari itu.
Hujan deras yang turun siang itu membuat beberapa siswa kesulitan untuk pulang karena tak membawa payung dan jas hujan. Kecuali untuk dua laki-laki yang sudah terbiasa menerobos hujan tanpa peduli baju seragam mereka basah. Harland dan Justin.
Tapi berbeda dengan Justin yang berhenti di parkiran, Harland justru masih terus berlari melewatinya.
"Mau kemane goblok ujan!"
"Yang bilang terang siapa??? Mata lu burem."
Setelah menjawab pertanyaan Justin yang tak penting itu Harland langsung menyeberang ke warung di depan sekolah. Ia masuk ke dalam dan menemukan Viola duduk disana.
Cowok itu mengusak rambut basahnya sebelum duduk di samping Viola.
"???? Lo hujan hujanan???"
"Iya."
Viola jelas bingung, padahal baru berapa menit yang lalu ia bilang lagi di warung mie ayam seberang sekolah tiba-tiba Harland dateng dengan kondisi basah kuyup. "Tapi gue ngga nyuruh lo kesini kan?"
"Pengin aja sekalian mau makan." Harland berbalik memanggil mang Rio penjual mie ayam sekaligus temen ngobrolnya dulu.
Mang Rio melihat Viola sekilas. "Ini cewek yang mana?"
"Buset, mang Rio nanya begitu berasa kaya cewek gue banyak aja."
"Justru karena kaga ada gua tanya cewe yang mana." Mang Rio menoyor kepala Harland, lalu melenggang pergi untuk membuat mie ayam pesanan Harland.
Viola tertawa kecil, tak begitu peduli dengan keduanya. Ia lanjut menscroll timeline Twitter saat tiba-tiba Harland bertanya padanya.
"Hari ini kita mau ngapain?"
Viola mendongak, terlihat berpikir. "Bikin kue di rumah gue mau ngga?"
Harland yang sedang memakan mie ayam miliknya mengangkat satu alisnya. "Lo bisa bikinnya? Entar gue ngga mau tanggung jawab ya kalau dapur lo kenapa-kenapa."
Viola berdecak, "bisalah! Dikira gue ngga bisa apa-apa. Nih nanti kita bikin cookies aja yang gampang." Viola menunjukkan layar hp berisi resep cookies pada Harland.
"Iya iya percaya kok gue," ujar Harland tak ingin gadis di depannya mencak-mencak tak terima lagi jika ia mengatakan hal lain. "Tapi nunggu hujannya reda ya? Lo mau pesen mie ayam ngga?"
Viola menangkup wajahnya dengan tangan, menatap Harland lurus. "Ngga usah, gue pengin hujan-hujanan aja. Lo juga udah terlanjur basah tuh."
Harland reflek mendelik, "jangan jangan, nanti gue dimarahin Saka lagi lo sakit."
"Udahlah ngga usah peduliin Saka, dia gue minta anter aja sekarang ngga mau sibuk mulu."
Harland berhenti mengunyah sejenak, "sibuk ngapain ya."
Viola mengedikkan bahunya, ia berdiri menggendong kembali tasnya. "Ayo, udah selesai kan?"
"Vi! Beneran mau hujan-hujanan??"
Viola mengabaikan ucapan Harland dan terus berjalan keluar. Harland buru-buru membayar mie ayamnya pada mang Rio.
"Tuh cewek kaga suka lu Lan," celetuk Mang Rio.
"Tau darimana???"
"Tau lah, coba tanyain siapa tau malah naksir gua."
Harland menipiskan bibir, "sekarang emang belum naksir, ngga tau nanti sore mang."
"Deilah gaya lu kaya dilan aje, lu mah bukan dilan tapi petakilan." Mang Rio geleng-geleng kepala sedangkan Harland sudah tertawa jahil.
"Duluan ya Mang!"
"Yo!"
"Yuk!"
Harland menarik tali tas Viola, menahan. "Yakin nih mau hujan-hujanan?" tanya Harland masih ragu.
"Yakin lah! Lagian kenapa sih gue gaboleh? Lo aja tadi hujan-hujanan gapapa tuh."
"Gue kan beda, kalau sakit ya gapapa tapi kalau lo yang sakit yang jagain siapa?"
Viola mencebikkan bibirnya, kini jadi menoleh sepenuhnya pada Harland. "Lo tuh dari kemarin kenapa sih? Waktu kita telat aja lo mentingin gue mulu, katanya harus baik sama diri sendiri masa yang kaya gini malah mikirin orang lain terus?"
Harland menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Masalahnya kini situasinya berbeda, Viola bukan orang lain baginya. Ia takut Viola sakit sementara ia tinggal sendirian di rumah.
"Yaudah ayo, ke parkiran dulu ambil motor." Harland menghela nafas pasrah, akhirnya menyetujui permintaan Viola. "Jangan ikut, tunggu disini gue yang ambil."
Viola menurut mengulas senyum senang. Bersandar pada dinding di belakangnya sambil menatap ke arah hujan.
"Neng."
Suara itu membuat Viola menengok, yang ternyata berasal dari mang Rio. "Iya kenapa mang?"
"Sering sering ya main sama Harland nya, mamang suka kasian kalau liat Harland dateng malem-malem ngga bisa tidur. Kadang penampilannya berantakan. Mau mamang tanyain tapi ngga enak." Mang Rio terlihat jadi lebih tenang dan serius, berbeda dengan sosoknya yang tadi.
Viola baru tersadar, selama ini selalu dia yang diberikan semangat oleh Harland. Selalu dia yang ditemani saat sedang sedih oleh Harland. Selalu dia yang menerima sesuatu dari Harland.
Namun disisi lain Harland juga tak pernah menceritakan apapun tentang dirinya pada Viola. Padahal dari awal Harland sendiri yang bilang ingin dekat dengan Viola, tapi pemuda itu bahkan lebih sering membatasi dirinya.
"Oi, ayo naik malah ngelamun lagi. Nanti kesamber petir."
Viola mendongak melihat Harland yang tak jauh darinya sedang menunggu.
"Dijagain ceweknya Lan, dipulangin loh jangan diculik dibawa kabur."
Harland mencibir, "iya mang tenang aja, emang gue cowo apaan nyulik orang."
"Ya tampang lo kan tampang tampang penjahat," timpal Mang Rio yang kemudian masuk ke dalam warungnya.
Viola mendekat, menatap mata cowok itu tepat. Ia memukul punggung Harland tanpa sadar, sebelum naik ke atas motor. Merasa kesal sendiri. "Sok misterius lo."
Harland memasang wajah bingungnya, dahinya mengernyit tak paham "lah kenapa sih????"
"Udah cepet jalan, sesuai aplikasi ya mas."
"Busetdah gue dianggep mas mas gojek nih?"
"Iya udah cepet, basah nih."
"Namanya juga hujan, ya basah. Kalau kering gue yang ngeri." Harland sudah bersiap menjalankan motornya, namun tangannya meraih tangan Viola untuk memegang jaketnya. "Nanti jatuh, jauh amat sih duduknya kaya orang ngambek."
Viola ingin menolak tapi Harland sudah lebih dulu menancap gasnya sehingga cewek itu buru-buru berpegangan pada ujung jaket milik Harland.
Kecepatan motor meningkat dengan Viola yang mengangkat kepalanya membiarkan hujan dan angin sore itu menerpa wajahnya. Viola bahkan sudah lupa kapan terakhir kali ia bisa hujan-hujanan seperti ini.
"WOOOO"
"Lo udah gila beneran ya?"
"Waktu hujan kaya gini enaknya teriak Vi, orang lain ngga bakal denger soalnya hujan."
"Neriakin apa emang?"
"Neriakin apa aja yang berisik di kepala lo, mau nyumpah-nyumpahin orang atau ngomong kasar. Biar lega!"
Viola diam, ia melihat punggung tegap Harland dan senyuman yang bisa ia lihat dari sini terukir di wajahnya.
Kalau ada kalimat yang bisa mendeskripsikan Harland, itu pasti 'gila' dan 'aneh'. Viola belum pernah bertemu orang yang nekat manjat dan lompat dari gedung sekolah hanya untuk kabur atau sekedar menenangkan pikiran sebelumnya. Atau kelakuan cowok itu yang menurut Viola aneh karena hujan bisa membuatnya sakit apalagi seragamnya harus dipakai lagi keesokan harinya.
Namun entah kenapa semua hal yang aneh dan gila itu terasa menyenangkan saat Viola merasakannya sendiri.
Viola mungkin tidak akan mengerti apa yang cowok itu pikirkan, apa yang sedang berisik di kepala pemuda itu. Tapi perasaan hangat yang menjalar di dalam dirinya sekarang. Ia ingin terus merasakannya, dengan orang yang sama.
He is weird.
And she's feeling more comfortable with his weird side now.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top