3. terlambat.

Pagi di hari kamis seharusnya menjadi pagi yang menyenangkan bagi Viola, karena hari ini ia mempunyai jadwal bebas dari les setelah pulang sekolah. Biasanya Viola mengunjungi toko roti langganannya, itu karena kesukaannya pada makanan manis yang membuat beberapa orang mungkin akan kaget jika melihat Viola yang lebih sering diam, jadi lebih banyak menunjukkan ekspresi lucu saat memakan kudapan ini.

Namun hari kamis ini tak berjalan sesuai rencananya karena di jalan ia menemukan Harland yang jatuh dari motornya, membuat Viola terpaksa turun dari mobil dan membantunya.

Harland terus menolak untuk ikut Viola ke sekolah menggunakan mobil karena tak tega meninggalkan motor kesayangannya. Alhasil Viola menyuruh pak sopir untuk pergi lebih dulu, lagipula mereka sudah sedikit lagi sampai ke gerbang sekolah.

"Udah Pi lo ke sekolah aja ngga usah mikirin gue, entar lo telat," omel Harland.

"Lo mending pikirin diri lo sendiri deh! Lagian ngapain sih luka lo belum sembuh tapi nekat naik motor ke sekolah??" omel Viola tak kalah galak.

Harland reflek mundur mendengar Viola memarahinya, rasanya sudah lama sekali ia tak dimarahi dan dipedulikan seperti ini oleh orang lain. Harland menipiskan bibir, ia jadi diam.

Viola tidak akan sepeduli ini jika saja kemarin ia tidak melihat luka yang terbuka lebar di uks. Dengan luka separah itu Viola sendiri heran kenapa Harland tak pergi ke rumah sakit atau meminta mba Raya saja yang mengobatinya.

"Gue aja kali ya yang boncengin lo sampe sekolah?" tanya Viola memberi saran.

Mata Harland membulat sempurna, menolak keras. "Ngga ngga, jangan."

"Gue bisa kok naik motor begini mah," ucap Viola meyakinkan.

"Jangan entar malah gantian lo yang jatuh, lo juga pake rok, Viola."

"Lo ngeremehin gue ya? Gue bisa berkuda, naik sepeda juga bisa!"

"Naik motor pernah?"

"Engga pernah, tapi pasti bisa kan belum dicoba," seru Viola tak mau kalah.

"Justru karena belum pernah gue takut lo jatuh." Harland bersikeras melarang Viola.

"Daripada telat??? Kecuali kalau lo mau tinggalin motor kesayangan lo ini disini terus kita lari sampe sekolah dengan luka lo yang masih belum sembuh itu."

Harland mengusak rambutnya kasar. "Udahlah bolos aja."

"Heh enak aja bolos! Gue udah bela-belain nyuruh supir gue pulang buat bantuin lo, lo malah mau bolos," tolak Viola melotot.

"Yaudah ayo lari."

"Terus motor lo?"

"Udah gue suruh Justin ambil." Harland menunjuk seseorang yang baru datang.

Viola mengernyit, "tau gitu harusnya tadi ikut mobil gue aja Harlandd!" ucap Viola kesal.

Harland tertawa, "tadinya juga gue mau nyuruh dia kesini tapi lo pake repot-repot turun mobil," tatapannya beralih pada Justin. "Tin, bawain motor gue ya."

"Lah terus kalian berdua?"

"Kita lari."

Justin geleng-geleng melihatnya. "Dasar orang-orang aneh. Ada motor malah maunya lari."

"Udah cepet sana pergi," usir Harland

"Ya emang mau cepet orang gerbangnya dua menit lagi ditutup," ucap Julian santai meninggalkan mereka begitu saja.

Viola mendelik, "Ayo lariiii," pekiknya lalu buru buru lari.

Harland mengikuti di belakang sambil terseok-seok. Membuat Viola berbalik untuk membantunya. Senyumnya merekah hangat menatap gadis yang berusaha membantunya berjalan. Ia baru sadar Viola setinggi ini jika berada di sampingnya. Biasanya perempuan yang ia temui tingginya bahkan tidak sampai pundak pemuda itu.

"Yah udah ditutup lagi." Ekspresi Viola menurun begitu saja setelah melihat gerbang sekolah ditutup. Ia melesat ke arah satpam yang sedang berjaga untuk memintanya agar dibukakan gerbang namun tidak berhasil. Akhirnya Harland mendekat perlahan.

"Pak biarin dia masuk pak, saya ngga usah masuk juga ngga papa. Dia telat gara gara bantuin saya ke sekolah soalnya kaki saya cedera," bujuk Harland.

Pak satpam menimang-nimang sebentar sebelum akhirnya mengiyakan. "Yaudah buat cewekmu aja ya?"

Harland mengangguk, tanpa mengatakan apapun ia mendorong Viola masuk ke dalam.

"Lah terus lo gimana??"

Harland tidak menghiraukan teriakan Viola dan terus mendorongnya. "Udah yang penting lo masuk kelas, title murid teladan lo ngga boleh rusak cuma gara-gara telat karena ngurusin gue."

Viola menoleh heran, memangnya siapa yang peduli dengan title itu rusak atau tidak? Yang lebih penting sekarang adalah Harland harus sekolah juga. "Harland jangan bolos!"

"Iyaa tenang aja gue ke sekolah juga buat belajar bukan nanam padi." Harland melambaikan tangannya pada Viola yang sudah menjauh. Diam-diam menertawakan jokesnya sendiri. "Apa gue nanam padi aja ya bantuin pak slamet."

Ia membuka hpnya untuk menghubungi seseorang seraya melangkah pergi.




Harland.
Justin
Lo punya nomer Viola kaga?

Justin
Sekolah bego lu dimana
Malah ngurusin cewe

Harland.
Iya entar gue bolos satu pelajaran dulu
Luka gue kebuka lagi
Punya nomernya ngga

Justin
Buat apaan sih

Harland.
Buat ngobrol

Justin
Minta sendirilah
Nih ya gue kasih tau
Kalau mau deketin Viola susah
Saingan lu satu sekolah anjir

Harland.
Gue bukan mau pdkt bgst

Justin.
Lah terus mau ngapain?

Harland.
Dia cewek yang waktu itu gue kasih tau

Justin.
Cewe adeknya kakel itu?

Harland.
Iya

Justin.
Ohh
Alhamdulillah kalau gitu

Harland.
Tumben inget tuhan

Justin.
Bukan gitu
Si abey kayanya juga naksir Viola
Lo jangan sampe naksir Lan
Entar berantem lagi kaya waktu itu

Harland.
Oh
Iya
Tapi ngga janji

Justin.
Lah gimane sat??

Harland.
Kan gue ngga tau kedepannya gimana
Udah lu kalau ngga punya nomernya diem aja dah
Belajar aja sana

Justin.
Orang daritadi lo yang ngechat terus









Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top