Unrequited Love

Disclaimer: Semua character milik MK sensei. Cerita ini dibuat hanya untuk kesenangan belaka.
-----------------------------------------------------------

Seumur hidupnya, Kakashi tak pernah menyangka ia akan merasakan cinta. Dia menyesal karena tidak pernah menyangka hal itu akan terjadi. Penyesalan itu lebih ia rasakan karena orang yang ia cintai adalah Naruto.

Naruto bocah berisik yang memakai baju training berwarna oranye. Naruto yang membuat Kakashi sebal karena kekeraskepalaan dan persaingan sepihaknya dengan Sasuke. Serta kesukaannya terhadap makanan bersodium tinggi menambah daftar mengapa rasa cinta itu perlu dipertanyakan nilai logikanya.

Penilaian itu berubah saat Naruto dengan berani dan lantangnya mengatakan bahwa Ia tidak akan meninggalkan teman. Saat itu Kakashi merasakan ada cahaya memancar dari Naruto yang kemudian menembus Penjara Air milik Zabuza. Cahaya itu kemudian perlahan-lahan menyinari kegelapan di hatinya sejak kematian Minato Sensei.

Kehangatan yang selalu ada dalam hati Kakashi mulai menghilang, seperti saat pergantian musim semi ke musim dingin. Secara perlahan tapi pasti Kakshi menyadari bahwa hatinya membeku lagi saat Tim 7 berguru pada ketiga Sannin –meskipun untuk Sasuke itu merupakan kesalahan besar-. Kakashi mulai menyadari hal itu dari kegiatan kesehariannya yang berupa Mengunjungi monumen-berkompetisi dengan Gai-dan membaca Icha-Icha Taktik.

Kakashi masih ingat bagaimana perasaan senangnya saat ia mencium bau Naruto yang terbawa oleh semilir angin. Dia mengamati secara diam-diam bagaimana Naruto memanjat tiang listrik untuk memandangi Konoha saat pertama kalinya ia memasuki gerbang. Ia juga mau tak mau ikut tersenyum saat mendengar komentar Naruto mengenai wajah baru di pahatan batu para Hokage.

----------------------------------------------------------
Copy cat ninja memulai harinya dengan kegiatan yang sama. Mengunjungi makam Konoha. Dengan sikap acuh tak acuh nya dia menghadap sebuah batu yang sama setiap harinya.

“Putramu hari ini akan menikah Sensei. Siapa yang sangka anak itu akan menyadari cinta nya pada Putri Hyuga?” Ucapnya sambil menahan perasaan yang timbul di hatinya. Perasaan yang sejak perang Dunia Keempat berakhir dikenalnya tapi sekaligus perasaan yang juga tak diakuinya.

“Kushina san, calon menantumu sangat tidak mirip dengan mu. Dia sangat lembut dan baik hati. Cocok untuk mengimbangi sifat Naruto. Kau tak akan khawatir pada kesejateraan pangan anakmu lagi. Hinata sangat pintar memasak” kedua mata gelap itu menyusuri nama Uzumaki Kushina dengan perlahan. Seolah mengukir kata-kata yang baru saja ia ucapkan ke dalam nama itu.

“Obito, Rin.... Saat ini tidak ada keinginan yang lebih besar daripada keinginanku untuk bersama dengan kalian. Melihatnya bersama dengan orang lain perlahan-lahan mengambil bagian oksigen ku. Bolehkah aku menyusul kalian?". Angin berhembus kencang seolah mengutarakan ketidaksetujuan atas ucapan Kakashi tadi. "Ck... Aku hanya bercanda. Aku kan sudah berjanji padamu Obito. Aku tak akan mengganggu kencanmu dengan Rin dengan datang terlalu cepat"

"Jiraiya Sama... akan ku hadiahkan karya terakhirmu pada anak didikmu itu. Semoga dia memanfaatkannya”

Dengan kepulan asap Kakashi berpindah ke sisi lain desa Konoha di mana sorak-sorai pesta terdengar.
“Yo!”

“Kau Telat!” teriak Naruto dan Sakura.

Mau tidak mau, hal ini membuat Kakashi bernostalgia dengan bayangan Naruto chibi yang memakai baju –bunuh aku di tempat- Oranye kebanggannya menggelantung kuat di leher Kakashi saat ia memberikan form ujian Chunin pada Tim 7.

Dengan senyum seperti biasanya Kakashi hanya melambaikan tangan lalu memberikan bungkusan yang mencurigakan pada Naruto. Masih mencoba mengatur denyut jantungnya yang berstacato, Kakashi mendekat kearah Naruto dan berbisik “Untuk referensi kegiatan malam kalian, semoga bermanfaat!”

Tahu apa yang dimaksud Kakashi, Naruto menanggapinya dengan mencoba menahan kemerahan yang timbul di wajahnya dan menggumam ‘hentai’ pelan.

Puas dengan tanggapan Naruto Kakashi kemudian meninggalkan tempat itu. Di atas atap sambil mengamati riuhnya pesta Kakashi merasakan chakra yang mendekat.

“Aku menemukan buku ini dalam perjalananku. Entah siapa penulisnya, sepertinya ia terinspirasi dari kisahmu dan si Dobe. Semoga dapat mengobati sedikit hatimu”

“Diantara muridku yang lain kau sangat peduli padaku Sasuke. Aku jadi takut kau juga mengalami apa yang aku alami.” ujar Kakashi saat menerima buku bersampul hitam itu. Tidak ada tulisan apapun di sampul luarnya. Hanya ada nama pengarang kecil di sudut sebelah kanan buku bagian depan.

“Kau tahu aku tak punya kapasitas emosi untuk perasaan itu, Kakashi. Satu-satunya yang mengerti tentang keadaan ku ini seharusnya hanyalah kau. Dan aku tidak berminat menjadi pengagum rahasia si Dobe itu. Dia terlalu bodoh untuk dikagumi.” ucap Sasuke sambil menatap ke tengah-tengah pesta. Di mana orang yang mereka bicarakan sedang menyalami tamunya dari Suna.

“Ya, Ya. Butuh seseorang yang tidak berperasaan untuk mengetahui satu sama lain”

“Hn” dengan begitu Sasuke meninggalkan Kakashi.

---------------------------------------------------------

Kakashi hanya terus memandang ke arah keramaian tanpa memfokuskan ke suatu titik. Terutama titik paling bersinar di tengah-tengah pesta.

“Kau kehilangan kemampuan mu Kakashi-san”
Kakashi menoleh, lalu menyunggingkan senyum meski itu hanyalah terlihat pada mata nya yang tertutup saja.

“Aku tidak  mengerti  maksudmu  Iruka san…”  ucapnya sambil meledek Iruka.

“Aura cinta sepihakmu terbaca sangat jelas hari ini. Apa kau ingin menjadi Takao yang datang pada pernikahan Temujin? Melarikan pengantin pria untuk menikah dengan mu?”

"Hn, kau bicara apa Iruka san?" jawabnya.

Iruka sensei akhirnya menyerah dan membiarkan Kakashi merenungi nasibnya seorang diri.

-----------------------------------------------------------

"Semoga kau bahagia" ucapnya pada angin yang berhembus. Berharap angin itu membawa rasa sakit hatinya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top