Part. 21 - Massage Therapist

WARNING : MATURE CONTENT (21+)
Written by. CH-Zone x Sheliu.

Kalo kata Babang, cooling down dulu.
Kasian kalo dikasih bacaan yang berat2 dan mainin emosi 😑



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



“Aku tidak percaya jika impianku menjadi kenyataan,” gumam Alena untuk kesekian kalinya.

Selama perjalanan menuju ke bandara, wanita itu terus mengatakan ketidakpercayaannya tentang liburan dengan ekspresi dan gumamannya. Meski tidak bisa menahan pekikan kesenangan, tapi masih ada keraguan di sana.

“Bagaimana dengan perlengkapanku?” tanya Alena untuk yang ketiga kalinya.

“Sudah menunggu di jet,” jawab Joel sabar.

Tiba di bandara, mereka langsung berjalan menuju ke terminal khusus dimana jet miliknya sudah menunggu. Merasa penat dengan pekerjaannya, Joel tidak sabar untuk melakukan penerbangan yang dilakukan berdua saja dengan Alena. Kesibukan yang sudah begitu menyita perhatian, membuat Joel sampai melakukan kesalahan yang kedua kali untuk membuat Alena marah.

Usulan liburan yang diberikan Noel pun diambilnya, setelah memutuskan untuk melamar Alena di depan orang banyak, sekaligus pengumuman agar wanita itu tidak perlu mempertontonkan lekuk tubuhnya di panggung sialan yang dikelilingi oleh para hidung belang.

Alena sudah menjadi miliknya, dan itu berarti hanya dirinya yang boleh melihat dan menguasai wanita itu. Termasuk hari ini. Keinginan untuk melakukan penerbangan berdua saja, tentunya memiliki niat terselubung untuk mengendalikan dan membuat wanita itu kewalahan.

Seringaian licik mengembang tanpa permisi saat Joel membayangkan apa yang ingin dilakukannya nanti. Sambil merangkul pinggang Alena, Joel membimbingnya masuk ke dalam jet pribadi dan mendelik tajam pada Brant yang ikut mendampingi, sebagai kode agar tidak ada yang boleh mengganggunya.

Sudah masuk ke dalam jet, Brant dan beberapa orang lainnya segera berpencar untuk bersiap melakukan penerbangan. Joel membawa Alena masuk ke dalam kamar pribadi.

“Aku tidak yakin jika aku bisa tidur karena terlalu kesenangan. Sepertinya, aku perlu menelepon Ashley dan Vanessha,” ujar Alena antusias sambil melepas heels bertalinya.

Alena hendak mengambil ponsel dari tas, tapi Joel sudah lebih dulu merebut tas itu darinya dan membuang asal ke belakang.

“Hey, apa yang kau lakukan?” seru Alena kaget.

Joel mengangkat bahu dengan santai. “Kurasa, kau terlalu tegang dan gugup, Sayang.”

“Aku tidak tegang dan gugup,” balas Alena dengan dahi berkerut.

“Yeah, kau tegang dan gugup. Terlalu banyak hal yang mengejutkan, seperti lamaran dan liburan. Bukan begitu?”

Mendengar ucapan Joel, Alena langsung merengut cemberut. “Betul sekali. Kau bisa saja membuatku terkena serangan jantung.”

“Oleh karena itu, biarkan aku membuatmu untuk rileks,” balas Joel kalem.

Meski tampak kebingungan, Alena mengikuti Joel yang menariknya menuju ruang ganti yang berada di sisi kamar pribadi.

“Lepas gaunmu dan segera keluar jika sudah selesai. Di sini ada handuk untuk menutupi tubuh,” bisik Joel lembut sambil menunjuk sebuah handuk yang terlipat rapi di sebuah rak kecil.

“Apa kau menyuruhku telanjang?” tanya Alena bingung.

“Yes,” jawab Joel mantap.

“Untuk?”

“Untuk memberimu pijatan khusus agar membuatmu rileks. Terlalu tegang tidak baik untuk kesehatan kulitmu, apalagi jika dibiarkan berkerut seperti ini.”

Alena mengerjap cemas dan langsung mengalihkan pandangan pada cermin yang ada di belakangnya untuk memeriksa wajahnya. Joel hanya tersenyum geli ketika mampu memberi jebakan mudah untuk Alena mengikutinya, sebab wanita itu sangat memperhatikan kesehatan kulit dan tubuh. Karena itulah, tidak heran dia memiliki postur tubuh yang memikat dan menggairahkan.

Memberikan Alena waktu pribadi untuk melepas gaunnya, Joel keluar dari ruang ganti dan kembali pada kamar pribadi. Dia melepas jas, ikat pinggang, membuka tiga kancing teratas, lalu menggulung kemeja hingga batas siku. Kemudian, dia menaruh dua buah handuk yang sudah dilebarkan di atas ranjang. Memberi pijatan relaksasi pada Alena adalah rencana yang sudah dipikirkan saat menuju ke lokasi fashion show.

Persis ketika Joel selesai merapikan ranjang, di situ Alena keluar dengan hanya berbalut handuk putih yang menutupi tubuh. Senyumnya mengembang ketika melihat ekspresi cemberut yang dilemparkan Alena padanya.

“Kau memiliki maksud terselubung, bukan? Baru melamar, kau sudah berani berulah. Asal kau tahu, aku masih marah padamu,” ucap Alena datar.

“Aku sedang berusaha untuk meminta maaf dengan memberimu pelayanan. Meski demikian, kau tetap melakukan apa yang kusuruh,” balas Joel enteng.

“Karena aku sedang dalam misi untuk membuatmu membuka suara,” sahut Alena dengan satu alis terangkat.

Senyuman Joel melebar sambil berjalan mendekati Alena, lalu menarik dua tangan Alena yang mencengkeram handuk bagian depan. “Jika menjalani sebuah misi, tidak perlu memberitahu karena musuh akan tahu sebelum kau sempat melakukan tindakan. Berhubung misi yang kau jalankan adalah misi perdamaian, tidak usah sungkan, sebab aku akan menjelaskan semuanya padamu.”

“Pegang ucapanmu,” desis Alena langsung.

“Sure. But first thing first, take this off,” balas Joel sambil melepas kaitan handuk dan langsung terlepas dari tubuh Alena.

Sorot mata Joel menyapu tubuh telanjang Alena dengan seksama, memperhatikan bagian depan dengan tatapan memuja, dan menyuruhnya untuk berbaring telungkup dimana Joel bisa melihat bagian belakang dengan berhasrat.

“Sejak kapan kau bisa memijat?” tanya Alena sambil melipat tangan dan menaruh dagunya di situ, ketika Joel sedang bekerja untuk mengikat rambutnya.

“Sejak hari ini, atau sejak aku merasa bahwa kau membutuhkan kelegaan,” jawab Joel jujur.

Joel mengambil sebotol cairan berisi minyak rempah dan menuangkan di telapak tangan dalam jumlah cukup banyak, lalu mengusapkannya ke punggung Alena dengan perlahan.

Alena tersentak pelan, lalu menghela napas lega. Sepertinya cukup menikmati pijatan lembut yang sudah Joel lakukan di punggungnya dalam gerakan teratur.

“Taruh dua tanganmu di sisi tubuh, Na,” bisik Joel hangat dan Alena segera menuruti.

Suara Brant terdengar dari pengeras suara, mengumumkan bahwa sebentar lagi akan lepas landas. Sama sekali tidak peduli, Joel melanjutkan pijatannya pada punggung dan mulai menikmati alur pijatan itu.

Bergerak dari pinggul, mengarah ke atas, hingga ke bahu, lalu merambat turun dan berhenti di pinggang rampingnya. Lekuk tubuh Alena sangat enak dipandang dan disentuh, yang berhasil membuat kejantanannya menegang sempurna.

“Apa kau pernah memijat wanita lain atau mantan kekasihmu?” tanya Alena kemudian.

Joel memutar bola matanya ketika mendengar pertanyaan yang merupakan sebuah topik konyol yang sering dilemparkan kaum wanita. Selain untuk mencari tahu, ada upaya untuk menimbulkan pertengkaran yang tak berarti, dan Joel mendadak tidak suka.

“Bukankah sudah kubilang dimulai hari ini, aku baru bisa memijat?” balas Joel ketus, sambil memindahkan pijatan ke bagian bawah, dari pinggul hingga ke kaki.

“Aku hanya ingin memastikan kau tidak berbohong. Umumnya, kebohongan akan dijawab dengan jawaban yang berbeda. Dan... enghh, El, apakah perlu memijat di bagian intim?”

Joel mulai memainkan tangan untuk memijat bokong dalam gerakan memutar sebanyak beberapa kali, lalu menyelipkan satu jari untuk menyusup ke sela kaki, membelai naik turun tubuh Alena yang sensitif.

“Kau membutuhkan kelegaan karena otot tubuhmu kaku, termasuk otot vagina,” jawab Joel yang kini sudah memasukkan satu jari ke dalam celah tubuh setelah melebarkan dua kaki Alena.

“Ohh, El, kurasa... Ini berlebihan,” ucap Alena terbata-bata.

“Tidak sama sekali, Sayang,” balas Joel sambil memainkan jari tengahnya di dalam tubuh Alena yang basah dan hangat.

Jet sudah lepas landas, sementara Joel terus melakukan aksinya untuk membuat Alena terangsang. Desahan-desahan mulai terdengar, Alena mulai menggeliat gelisah dan Joel merasa sudah cukup.

Dengan enggan, Joel menarik jarinya dan membersihkan tangan dengan tissue, Lalu mengambil kembali minyak dalam jumlah banyak untuk memijat sepasang kaki Alena.
Helaan napas lega Alena terdengar ketika sudah mendapatkan pijatan di kaki dan kembali tenang. Merasa keadaan sudah aman baginya, Alena kembali melancarkan pertanyaan.

“Kemana saja selama beberapa hari ini, sampai tidak memberiku kabar sama sekali?” tanya Alena kemudian.

Joel mengulum senyum sambil memijat perlahan dari pergelangan kaki hingga ke paha. “Aku pergi ke Papua Barat. Kau tahu? Setelah menenangkan proyek, kau harus menandatangani berbagai surat dan melihat lokasi.”

“Tapi kenapa kau bilang bahwa ada urusan di luar kota dan tidak mengatakan seperti yang kau katakan padaku barusan?” tanya Alena dengan nada bingung.

“Hanya ingin menarik perhatian agar kau bisa membalas pesanku dan bertanya lebih lanjut. Tapi ternyata, tidak ada sama sekali. Jujur saja, itu mengecewakan,” jawab Joel yang langsung membuat Alena menegakkan kepala dan menoleh padanya dengan menyipit tajam.

“Itukah yang kau pikirkan soal keterbukaan? Kau terlalu sering mengulur-ulur waktu dan penjelasan!” desis Alena tajam.

“Benarkah begitu? Bukankah kau juga yang mengulur-ulur waktu dengan mendiamkan dan terus berasumsi hingga menjadi marah sendiri? Aku memberimu kabar dan seharusnya kau membalas dengan pesan atau telepon, bukan mengabaikannya.”

“Apa aku perlu memperlakukan khusus dirimu? Kau yang terus sibuk dengan urusanmu dan mengabaikanku.”

“Aku tidak mengabaikanmu tapi kau yang seperti itu. Kau bahkan tidak berusaha mencariku selagi aku tidak ada.”

“Apa itu harus?”

“Persis seperti itu yang kupikirkan ketika aku tidak memberimu kabar lagi. Pesanku diabaikan, sudah pasti teleponku juga. Selama kau baik-baik saja, aku memilih untuk fokus bekerja. Turn around, Na.”

“Seharusnya kau memberi penjelasan lewat pesan singkat tentang kemana kau pergi, apa yang kau lakukan, dan sedang apa kau di sana. Bukannya mendiamkan dan terus membuatku kesal,” protes Alena keras kepala sambil membalikkan tubuh.

Alena sudah berbaring telentang. Dengan satu tarikan napas, Joel kembali mengambil minyak rempah dan mengusapkannya pada bagian atas tubuh. Dimulai dari bahu, payudara, hingga ke perut. Hal itu membuat kulit tubuh Alena meremang, sensitif pada sentuhan Joel dalam pijatan lembut di bahu.

“Jadi, kau berniat untuk menjadi penjaga pribadi yang mengharuskanku untuk melapor setiap saat? Apa aku perlu memberi laporan juga, jika aku ingin ke toilet?” tanya Joel sambil mendelik pada Alena yang merengut.

“Bukan seperti itu. Aku hanya ingin kau memberitahu keberadaanmu dan kesibukan apa yang kau lakukan. Pergi tanpa kabar, lalu baru menjelaskan padaku setelahnya bukanlah hal yang kuinginkan,” ucap Alena dengan pelan dan menahan napas sejenak ketika pijatan Joel sudah dilakukan pada sepasang payudaranya.

“Lalu apa yang kau inginkan?” tanya Joel sambil memijat dengan gerakan memutar di kedua payudara Alena.

Dengan minyak rempah yang membuat tubuh Alena begitu licin, Joel begitu menyukai bagaimana tubuh itu bereaksi lebih sensitif. Payudara yang dimiliki Alena adalah yang terindah. Bulat, kencang, dan membusung indah. Tangan besar Joel menangkup payudara itu secara penuh. Memijat perlahan, mengarah ke atas, memutar, dan diakhiri dengan mencubit kecil puting mungilnya.

“Aku... hanya ingin kau menyampaikannya lebih dulu padaku sebelum pergi. B-bukan lewat pesan singkat atau telepon saat kau sudah dalam perjalanan,” jawab Alena dengan suara tercekat.

Noted. Aku akan melakukannya tapi dengan satu syarat,” balas Joel sambil meremas payudara Alena dengan gemas.

“Engghh, a-apa?” desah Alena dengan parau.

“Lakukan juga apa yang kuinginkan, dimulai dengan membalas semua pesan yang kukirimkan,” ucap Joel sambil menurunkan pijatan ke bawah hingga ke pinggang.

Pijatan itu berganti menjadi belaian yang menggoda pada paha dan perlahan merayap di garis V tubuh Alena. Seperti sebelumnya, Joel kembali mengarahkan jari tengahnya untuk mengusap naik turun celah vagina Alena yang sudah semakin basah. Rangsangan yang dilakukan sudah sepenuhnya membuat Alena bergairah dan siap untuk dimasuki.

“Ah, ini... “

Come!” sela Joel tajam dan mempercepat gerakan memompa sambil melebarkan dua kaki Alena.

“Stop it, El!” ucap Alena sambil mencengkeram lengan Joel dengan gemetar.

“You’re soaking wet, Baby. Just come!” balas Joel parau dan menghalau cengkeraman Alena, berganti mengarahkan tangan Alena pada ketegangannya yang sudah mengeras.

“Hmmmm... “

Deru napas Alena kian memburu ketika bisa memegang kejantanannya yang sudah menegang begitu keras, selaras dengan permainan jari Joel di tubuhnya. Dengan dua jari Joel yang bergerak keluar masuk dan ibu jari yang bergerak memutar di klitoris, Alena menjerit keras dengan tubuh yang sudah menggelinjang hebat di sana.

Klimaks yang terjadi pada Alena begitu kuat dan terlihat nikmat, merupakan kesenangan dan kepuasan tersendiri bagi Joel. Dia menarik tangannya dari tubuh Alena yang sudah begitu basah, membengkak dan memerah karena orgasme yang baru saja didapatinya, dan segera melepas pakaiannya tak bersisa.

“Inikah yang kau rencanakan, Bastard?” ucap Alena dengan suara mengetat sambil menatap tajam saat Joel sudah menaiki ranjang.

“Inilah yang harus kita lakukan jika berpisah selama beberapa hari untuk meluapkan rindu,” balas Joel santai sambil memposisikan diri.

Dua kaki Alena dilebarkan, mengarahkan diri, dan memasukinya dengan perlahan. Joel menahan napas ketika kehangatan menyelimuti ketegangannya saat penyatuan dilakukan. Alena masih begitu sempit dan dinding vagina-nya mencengkeram erat, nyaris menyesakkan.

“I love when I get to be inside you,” bisik Joel lirih. “And I miss you so much, Na.”

Alena mengangguk dan merangkul bahu Joel, menariknya turun agar bisa berciuman. Saling meluapkan perasaan lewat tautan lidah dan penyatuan hasrat yang semakin liar. Desahan keduanya melingkupi kamar itu, hawa panas menjalar mengeluarkan peluh di tubuh, dan membuat persetubuhan itu semakin tak terkendali.

Gerakan yang semula teratur menjadi tidak beraturan, erangan Alena terdengar semakin sering dan ekspresinya tampak begitu nikmat, menambah sensasi kenikmatan ketika beriringan dengan ritme yang lebih tinggi.

“Ahhh, El!” erang Alena kencang, sambil mengangkat pinggul, memperdalam hunusan Joel ke dalam miliknya, dan bergerak liar di bawahnya.

Erangan Alena berubah menjadi jeritan ketika Joel menarik sedikit untuk mendorong lebih dalam dan lebih keras, berulang dilakukan, memberi Alena klimaks bertubi-tubi, sampai akhirnya Joel mencapai puncak gairahnya dalam lenguhan yang begitu berat.

Bercinta dengan Alena sudah menjadi impiannya sejak lama, dan menjadi candu ketika Joel berhasil mendapatkan kegadisannya. Seolah jerih payahnya tidak sia-sia dalam menjaga dan mengawasi Alena selama ini dan ada kebanggaan dalam diri bahwa dia mampu membuktikan bahwa wanita itu hanya menginginkannya, sama seperti dirinya yang juga menginginkan Alena.

“El, kau tidak memakai pengaman! Bagaimana jika aku hamil?” seru Alena tiba-tiba, ketika mengingat sesuatu.

Joel mengembangkan senyuman dan mengecup kening Alena dengan hangat. “Tenang saja, aku memiliki perlindungan, meski tidak memakai pengaman.”

“Maksudmu? Apakah mungkin pria juga meminum obat pencegah kehamilan?” tanya Alena bingung.

Joel terkekeh. “Semacam itu, tapi berbeda. Yang ada padaku adalah memandulkan sperma yang keluar dari tubuhku.”

“Bagaimana caranya?”

“Menyuntiknya.”

“Berkala?”

“Efektif selama satu bulan.”

Mata Alena menyipit tidak suka. “Apa kau sering memakai hal itu dan bisa bercinta dengan wanita jalang sepuasnya?”

“Tentu saja tidak! Aku baru menggunakannya beberapa hari yang lalu supaya serum itu bisa bekerja efektif hari ini. Intinya, kau tidak akan hamil,” desis Joel dengan nada tersinggung.

“Dan kenapa kau bisa memakainya sekarang?” tanya Alena lagi.

Joel menyeringai sambil melepaskan penyatuan, berguling ke samping, dan merebahkan diri di bantal yang sudah disusun tinggi, lalu membawa Alena dalam dekapannya.

“Aku sudah pernah bilang bahwa aku tidak akan bisa menahan diri jika bersamamu. Kurasa, kau akan cukup kewalahan dalam menghadapi hasratku,” ujar Joel jujur.

Alena mendongak dan menatapnya kaget. “Apa kau hypersex?”

Joel kembali terkekeh. “Entahlah. Aku sanggup menahan diri jika berhadapan dengan wanita lain, meski banyak godaan yang luar biasa di luaran sana. Tapi, tidak memiliki pertahanan itu saat bersamamu.”

Meski sebenarnya, Joel tetap memiliki kebutuhan selagi menunggu Alena dan berusaha untuk mencari sosok yang kurang lebih mirip dengan Alena. Walaupun melakukan seks dengan wanita lain, tapi Alena selalu terbayang dalam pikirannya.

“Apakah kau akan setia padaku? Jujur saja, banyak pria yang sering mengingkari janjinya ketika sudah mendapatkan hati dan tubuh wanitanya,” tanya Alena kemudian.

“Itukah yang kau cemaskan dariku? Bahwa aku pergi bekerja dan tidak mengabarimu karena aku mungkin bersama dengan wanita lain?” balas Joel dengan satu alis terangkat.

“Aku percaya hukum tabur tuai. Aku bukan wanita baik-baik karena sering mempermainkan perasaan pria sebelumnya. Tapi, bukan berarti aku adalah jalang dan membiarkan mereka meniduriku.”

“Aku tahu, Na. Kau melakukan hal itu bukan tanpa alasan. Niatmu adalah membalasku. Cukup sudah melakukan hal yang membuat orang menilaimu buruk, meski sebenarnya kau mampu memegang prinsipmu. Jika hal ini bisa membuatmu tenang, aku pergi karena ada urusan yang jauh lebih penting daripada berselingkuh.”

“Urusan penting seperti apa? Proyek besar? Uang yang banyak?” tanya Alena lagi.

“Seperti melakukan yang terbaik untuk kepentingan orang banyak, terutama orang terkasih. Di sela-sela kesibukanku, aku merindukanmu dan berpikir bagaimana caranya untuk membahagiakanmu,” jawab Joel yang langsung membuat Alena tersipu.

“Aku juga merindukanmu,” balas Alena sambil memeluk dan menyandarkan kepalanya di dada Joel.

“Aku tahu,” sahut Joel hangat.

“Apa kau akan ikut mendampingiku untuk liburan ini?” tanya Alena.

“Tidak. Aku hanya mengantarmu dan harus mengurus beberapa pekerjaan di kota yang lain. Ada kerjasama untuk proyek pertambangan dengan salah satu Sheikh di sana,” jawab Joel sambil memuntir ujung rambut Alena, lalu perlahan merambat turun ke lengan dan mencapai sisi payudara.

“Kau sibuk sekali. Kalau begitu, aku tidak akan mencemaskan hal yang sama seperti itu lagi. Kau sibuk dan aku tidak akan berpikir macam-macam. Jika ada hal yang penting, maka kau akan menghubungiku, begitu juga sebaliknya,” putus Alena kemudian.

Joel mengangguk setuju dan tiba-tiba mendorong Alena mundur untuk merebah di ranjang sambil menyeringai licik. “Memang seharusnya begitu.”

“Yeah, sepertinya begitu. Engghhhh,” balas Alena sambil mendesah lembut ketika Joel mulai mencium lehernya, menyesap mulutnya, sambil meremas lembut payudaranya.

“Apakah pembicaraan tadi hanyalah sebuah pengalihan untuk sekedar beristirahat sejenak?” tanya Alena dengan ekspresi penuh damba.

“Hm, wanitaku pintar sekali. Sudah cepat belajar dalam memenuhi kebutuhanku rupanya. Oh, Baby, I wish I can keep you in my bed forever like this.”

Sesuai rencana, Joel memanfaatkan penerbangan itu untuk bercinta dengan Alena. Entah sudah berapa kali Alena mendapatkan klimaksnya dan Joel seakan enggan berhenti untuk terus memompa tubuh sensitif itu, sampai dirinya mencapai kepuasan. Well, atau mungkin Joel tidak pernah puas jika hal itu berhubungan dengan Alena.



🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷



Kata Babang, ada juga tempat pijat plus2 yang buat cewek di LN.
Ewww 😣
Kalo di Indo ada, mau dicoba?
Misalkan Masseur-nya macam Joel sih, gua hayo aja.
Tapi kalo abang2, OGAH!



05.05.2020 (20.59 PM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top