Part 2 - The overnight reward
Five years earlier...
Joel mendesis geram ketika Alena terlihat bersama dengan Samuel Haydenchandra, kakak sepupu dari pihak ayahnya, di sebuah restoran, dimana kebetulan dirinya datang ke restoran yang sama, bersama dengan Chloe.
Mengabaikan panggilan Chloe, Joel segera berjalan mendahului untuk bisa menggapai Alena yang sedang duduk di meja dekat jendela. Tidak menyapa atau sekedar berbasa basi, Joel segera mencengkeram lengan kurus Alena untuk segera beranjak berdiri, membuat wanita itu tersentak kaget. Juga dengan Samuel.
"Hey, what are you doing?" seru Samuel sambil hendak merebut Alena dari cengkeramannya.
Joel melotot tajam sambil mendorong Samuel untuk menjauh darinya. "Screw you, Sam! Just get the hell out from here!"
"El! Apa yang...,"
"Ikut aku, Na!" sela Joel tajam, sambil menariknya untuk keluar dari restoran.
Bahkan, Chloe hanya bisa termangu menatap kepergian Joel yang sama sekali tidak menatap ke arahnya, meninggalkannya di situ. Urusan dengan Chloe, bisa diurus nanti. Nanti setelah dia membuat perhitungan dengan Alena.
"Mau kemana kau membawaku, El?" seru Alena tidak terima, ketika mereka sudah masuk ke dalam mobil.
"Membawamu pulang!" tukas Joel sinis, sambil menginjak pedal gas dalam-dalam.
"Kenapa harus membawaku pulang?" kembali Alena berseru. "Bukankah kau sedang berkencan dengan jalangmu itu? Pergi saja! Tidak usah mencampuri urusanku!"
"Jaga ucapanmu dan tutup mulutmu, Na!" sembur Joel dengan emosi yang meluap. "Kau tidak tahu dengan siapa kau pergi! Samuel adalah pria brengsek yang harus kau jauhi dan tidak pantas untukmu!"
"Untuk apa kau peduli? Kau bisa berkencan dengan jalang itu, dan melamarnya! Lalu kenapa kau merasa berhak untuk menentukan siapa yang harus bersamaku?" balas Alena tidak mau kalah.
"Alena!"
"Lagi pula, didekati oleh bajingan bukanlah hal yang aneh dalam hidupku. Papa pernah bercerita jika Mama sering didekati oleh para bajingan yang menginginkannya. Dan aku yakin, satu dari bajingan yang mendekatiku, akan melindungiku, seperti yang Papa lakukan pada Mama," lanjut Alena memberi alasan.
Joel hanya tersenyum sinis mendengar alasan itu. "Setiap orang tidak akan mendapat lembar kehidupan yang sama, Na! Jangan samakan kisah hidup orang tuamu dengan apa yang kau lakukan hari ini. Sebab, Samuel tidak akan pernah bisa menjalani peran bajingan yang akan melindungimu."
"Lalu siapa?" tanya Alena dengan lantang.
"Siapa saja, asal bukan Samuel!" jawab Joel sengit.
"Dia adalah Kakak Sepupumu."
"Justru karena dia adalah sepupu sialanku, karena itu aku tidak menyukai kau bersamanya!"
"Hanya itu? Tidak ada alasan lain yang perlu kuketahui?"
"Look! Kau adalah putri baptis ayahku, dan Uncle Nathan sudah seperti orang tuaku sendiri. Aku menginginkan yang terbaik untuk dirimu dan tidak akan membiarkan kau didekati oleh pria seperti itu!" ucap Joel dengan penuh penekanan, sambil membuang kemudi ke bahu jalan, lalu berhenti di sana.
Mengarahkan tubuh untuk menatap Alena, di situ dia melihat sorot kekecawaan dari tatapan yang diberikan wanita itu padanya. Tidak ada hal lain yang bisa dilakukan, selain menjalani kehidupan yang sudah diatur dengan baik saat ini. Yang diinginkannya adalah bersabar dan menunggu. Meski Alena mungkin tidak mau mengerti.
"Aku menyayangimu, Na. Sangat. Tapi tolong...,"
"Bagaimana jika kita membuat kesepakatan, El?" sela Alena kemudian.
"Tidak ada kesepakatan yang harus kita lakukan!" balas Joel tegas.
Alena menyunggingkan senyum setengah, sambil menatap Joel dengan sinis. "Jika kau bisa meninggalkan jalang sialanmu itu, lalu berkata kau mencintaiku, maka aku akan melakukan apa yang kau inginkan."
Shit! Joel sudah bisa mengira jika itulah yang akan diajukan Alena. Seperti yang sudah-sudah. Dia tahu jika Alena sudah menaruh perasaan padanya sejak lama. Perhatian, kasih sayang, dan senyuman hangatnya, selalu diberikan pada Joel, setiap kali mereka bersama. Tidak bisa dipungkiri, jika Joel pun menyayangi Alena. Hanya saja dengan caranya yang berbeda.
"Harus berapa kali, aku mengingatkanmu untuk tidak mengeluarkan ucapan kasar? Jangan membuatku marah, Na," ucap Joel dengan ekspresi serius di sana.
"Apakah begitu sulit untuk mengakui, jika kau memang peduli padaku, El?" tanya Alena lirih.
"Aku sangat peduli dan menyayangimu, Na. Kau tahu jelas soal itu," jawab Joel tanpa ragu.
"Tapi tidak melihatku sebagai seorang adik! Aku ingin kau melihatku sebagai wanita, El!"
Joel menghela napas dan tidak bisa membalas ucapan Alena. Entah sudah berapa kali, dia harus menghadapi Alena yang memiliki obsesi terhadap dirinya sejak lama. Kebersamaan yang terjalin di antara mereka, membuat Alena menginginkan hubungan yang lebih dari sebelumnya.
"Jika kau masih bersikeras untuk mengabaikan peringatanku, maka aku akan melapor pada ayahmu," ujar Joel mengalihkan pembicaraan.
Ekspresi wajah Alena seketika berubah menjadi begitu sedih, membuat napas Joel tertahan ketika melihatnya seperti itu. Sedetik kemudian, Alena tersenyum getir sambil menatapnya kecewa.
"Apakah harus sampai membawa orang tuaku ke dalam pertengkaran kita, El? Tidakkah kau terlalu egois? Kau yang merasa terganggu, ketika aku tidak menyetujui hubunganmu dengan wanita jalang itu, tapi kau bersikeras untuk memaksaku menjauhi pria yang bahkan hanya mengajakku makan malam," ucap Alena kemudian.
"Kau masih terlalu muda dalam menjalani hubungan, Na. Kau masih berumur 17 tahun dan...,"
"Itukah sebabnya kau menolakku? Bahwa aku yang masih berumur 17 tahun dan baru lulus SMU?" sela Alena cepat.
"Tidak! Tidak seperti itu," balas Joel langsung.
"Omong-omong, apa yang kau lakukan di sana? Hendak merayakan hari jadi kalian yang memasuki tahun ketiga? Atau membicarakan tentang persiapan pernikahan? Kudengar kau sudah melamar jalangmu," tanya Alena dengan ekspresi mengejek, tapi sorot matanya tampak begitu redup.
"Dengarkan aku, Alena...,"
"No! Kau yang harus mendengarku, El!" sela Alena tajam. "Memang benar jika lembar kehidupan setiap orang itu berbeda. Aku sangat setuju padamu. Oleh karena itulah, aku akan membuktikannya padamu, bahwa aku tidak akan menjadi seperti Mama yang terus menunggu Papa. Kau tahu apa artinya? Itu berarti aku tidak akan peduli padamu lagi! Aku. Akan. Membencimu!"
"Na, tidak seperti itu. Kau salah paham dan...,"
"Aku menolak untuk menjadi orang yang tersakiti karena penolakanmu, El. Aku berjanji akan menghilangkan perasaanku padamu, dan membuat semua pria merasakan apa yang pernah kurasakan saat ini."
Joel membulatkan mata, menatap ekspresi Alena yang begitu dingin dan tampak tenang. Bahkan, wanita itu terlihat begitu angkuh, dan berbicara dengan dagu terangkat.
"Na, jangan mengeluarkan ucapan ketika kau sedang emosi," ucap Joel sambil hendak mengusap kepala Alena, tapi langsung ditepis oleh wanita itu. Shit!
Sambil tersenyum hambar, Alena menatapnya dengan penuh arti. Sorot mata yang tajam, penuh kesan tegas, dan tidak terbantahkan. Membuat perasaan Joel bergejolak nyeri di dalam dada, seolah sebentar lagi, dirinya akan kehilangan sesuatu yang berharga.
"Aku akan melanjutkan pendidikanku di Oxford bulan depan, El. Maaf jika aku tidak bisa menghadiri pernikahanmu nanti. Kuharap kau bahagia dengan keputusan hidupmu, dan tolong jangan pernah muncul di hadapanku lagi. Sebagai balasannya, aku akan menjadi seorang wanita cerdik yang tidak akan jatuh dalam pelukan bajingan, seturut dengan apa yang kau inginkan."
Dan itu adalah momen terakhir, dimana Joel bisa bertatapan langsung dengan Alena, karena setelah mengucapkan kalimat terakhir, Alena keluar dari mobilnya, dan berjalan meninggalkannya, tanpa menoleh lagi ke belakang.
🌷🌷🌷🌷🌷
Present day...
Joel memeriksa beberapa pekerjaan pada laptop-nya, tepat di meja pantry, sambil menyesap minumannya. Dengan tatapan yang menghunus tajam, Joel membaca setiap laporan dari para anak buah tentang progress terkini untuk sebuah pekerjaan yang hampir selesai.
"Aku tidak menginginkan adanya kesalahan, jadi jangan sampai ada yang terlewat. Terus awasi dan berikan laporan terkini padaku. Termasuk proyek yang ditangani, kegiatan yang sedang dilakukan, semuanya! Tanpa terkecuali. Is that clear?" ucap Joel dingin, pada alat komunikasi yang terpasang di telinga.
"Yes, Sir."
Segera menyudahi panggilan itu, Joel melepas alat itu dari telinganya, dan kembali menyesap brandy yang tinggal setengah. Beberapa hari terakhir ini, ada banyak yang harus diselesaikan, dan dirinya sudah cukup lelah. Memiliki insomnia, Joel selalu menghabiskan waktu dengan bekerja dimana saja, selama membawa portable dan laptop kerjanya.
Sudah menghabiskan waktu selama dua jam untuk memeriksa pekerjaan, dan mengawasi pergerakan yang dilakukan oleh para orang kepercayaan, Joel masih belum mengantuk, meski jam sudah menunjukkan pukul dua dini hari.
"Masih mengalami susah tidur, huh?"
Joel langsung mendongak dan menatap Alena yang sedang berjalan memasuki ruang pantry. Sorot matanya mengawasi pergerakan kecil yang dilakukan wanita itu. Alena mengambil gelas, membuka lemari pendingin, lalu mengambil satu karton susu, dan mengisi gelasnya hingga penuh. Kebiasaan yang tidak akan berubah dari Alena, yang harus meneguk segelas susu sebelum tidur.
Spontan, senyuman Joel mengembang ketika mengingat hal manis dalam ingatannya tentang Alena. Wanita itu sudah berubah menjadi sosok dewasa dan keras kepala. Meski sebenarnya, ada banyak hal yang tidak banyak berubah, selain lekuk tubuh dan caranya berpakaian. Hanya dengan memakai oversized t-shirt di atas lutut, dan sepasang sandal berbulu, Alena masih tampak begitu menawan.
"Masih harus meneguk segelas susu sebelum tidur?" tanya Joel hangat.
Alena menoleh, setelah menghabiskan segelas susunya. Tampak mengangkat bahu dengan acuh, lalu berjalan ke sink untuk mencuci gelas, dan menaruh di rak pengering. Bersikap dingin dan terus memberi ekspresi datar, berbeda dengan Alena yang murah senyum dan antusias setiap kali mereka bertemu. Tapi itu dulu, sekarang sudah tidak lagi.
"Apa kau tidak bisa tidur juga?" tanya Joel dengan alis terangkat setengah, masih berusaha mengajaknya mengobrol.
"Hanya mengemasi barang-barangku, karena aku sudah diusir oleh ayahku dari sini," jawab Alena dengan ekspresi masam, sambil mencuci tangan.
Joel mengerjap penuh simpati, lalu beranjak dari kursi, dan berjalan mendekati Alena yang sudah selesai mengeringkan tangannya. "Ayahmu tidak bermaksud untuk mengusirmu dari sini."
Alena berdecak pelan sambil mendongak untuk menatapnya dengan tatapan tidak suka. Berdiri berhadapan, merupakan satu kerinduan yang Joel rasakan. Tubuhnya yang tinggi dan tegap, sering membuat Alena kesal karena merasa kerdil, yang tingginya cuma sampai sebatas dadanya. Seperti saat ini, Alena yang harus mendongak dan Joel yang harus menunduk.
"Hentikan dengan sikapmu yang selalu menjadi kakak tertua, Brother. Itu sangat menyebalkan," ucap Alena ketus.
"Tidak seperti itu. Aku...,"
"Omong-omong, apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau tidak usah muncul, ketika aku berada di mansion ini? Atau saat acara keluarga, seperti yang sudah-sudah?" sela Alena tajam.
Joel menyilangkan tangan sambil membungkuk untuk menyamakan posisi kepala. "Kenapa? Apa kehadiranku sangat mengganggumu? Apa kau merindukanku?"
Selama sepersekian detik, Alena bungkam dan mengerjap panik. Tapi dengan cepat, dia mengubah ekspresi wajahnya menjadi biasa saja. Hmmm... menarik, pikir Joel.
"Seharusnya kau tidak boleh mengucapkan kalimat seperti itu! Untuk pria beristri seperti dirimu, harusnya kau cukup tahu diri dengan tidak menggoda wanita lain!" ucap Alena dengan penuh penekanan.
"Dan kau bukan wanita lain. Kau adalah Alena," koreksi Joel tanpa beban.
"Apa sih maumu? Katakan padaku, kenapa kau muncul di hadapanku?"
"Bukan aku yang muncul di sini, tapi kau yang datang ke sini."
"Bukan saat ini, tapi tadi! Untuk apa kau datang di saat aku ada di mansion ini?"
"Karena aku memang memiliki urusan dengan ayahmu. Maaf jika jawabanku tidak sesuai harapanmu. Tapi jika kau ingin mendengar yang sebenarnya, aku harus mengakui jika aku merindukanmu," jawab Joel dengan lugas.
"Lucu sekali, Mr. Joel," sindir Alena tanpa ekspresi.
"Sama-sama," balas Joel kalem.
"Ck! Sudahlah! Aku malas meladenimu. Anggap saja ini sebuah kesialan dan kebetulan yang tidak menyenangkan, karena kebutuhan akan segelas susu yang harus kupenuhi. Selesaikan pekerjaanmu dan segera beristirahat. Ini sudah terlalu malam untuk bekerja," ujar Alena kemudian.
Joel tertegun ketika mendapat sedikit perhatian dari Alena seperti barusan. Mungkin saja, Alena tidak sadar mengucapkannya, karena hendak berjalan melewatinya. Tapi hal itu, sudah lebih dulu mengusik perasaan Joel yang membuat egonya berteriak, lewat tindakan spontan yang dilakukannya sekarang.
Mencengkeram lengan Alena dengan erat, menarik pelan untuk berbalik menghadapnya, dan merengkuh pinggang rampingnya tanpa ragu. Tentu saja, Alena terkesiap dan menatapnya kaget. Mengerjap panik, spontan menaruh kedua tangan di dada Joel sebagai pertahanan dirinya, dan memberi ekspresi menegur.
"Apa yang kau lakukan, El? Lepaskan aku!" desis Alena geram.
Joel masih menatapnya dengan tajam, tanpa berpikir untuk melepaskan Alena dari rengkuhannya. Merasakan kehangatan yang menjalar di sekujur tubuhnya, memacu adrenalin dalam degup jantung yang sudah bergemuruh kencang di dalam dada.
"Apa kau ingin kulepaskan?" tanya Joel dengan mata menyipit tajam.
Alena segera menganggukkan kepala, terus berusaha mendorong dada bidangnya dengan dua tangan. "Aku tidak ingin dipeluk atau disentuh oleh suami dari si jalang itu! Aku tidak sudi! Aku jijik!"
Ucapan kasar yang terlontar dari mulut Alena, membuat Joel mendengus dan emosinya seketika meluap. Dia mengeratkan rengkuhan, mengunci tubuh mungil Alena ke dalam pelukannya. Mendelik tajam pada sisi ruang yang terdapat kamera pengawas, lalu bergeser untuk bersembunyi di balik lemari pendingin, menghindari sorotan kamera itu.
"El, apa yang...,"
"Biarkan pria yang kau sebutkan tadi, memberimu sedikit pelajaran untuk mendapatkan sebuah pengalaman yang berarti, Sayang. Bahwa sesuatu yang menjijikkan sepertiku, bisa membawamu ke dalam lumpur kenajisan yang berarti, yang akan mengerubungi jiwamu, hingga terperosok ke dalam perasaan yang selalu kau sangkal," sela Joel dengan nada dingin, lalu memiringkan wajah untuk memberi ciuman pada bibir lancang itu.
Ciuman yang sudah lama sekali ingin dilakukan. Ciuman yang memberi pengertian bahwa menunggu adalah hal yang menyakitkan, dan tidak ada salahnya untuk mendapat sedikit penghargaan dari semua usaha yang sudah dilakukannya. Yaitu berciuman dengan wanita sialan ini, yang sudah membuat dirinya tidak terkendali seperti sekarang.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Revisi ini malah bikin otakku makin gesrek dengan pikiran yang... eerrrggghhh 😂
Kita ngegas terus yes?
Kepala Genk, kudu kasih contoh konkret dalam hal apa aja.
Termasuk, cara kerja tangannya 😂🙈
Mereka berdua serasi 😢
Sempet berharap bisa dipertemukan dalam satu kerjasama untuk brand apapun itu, tapi harapanku bener2 cuma harapan aja 😭
12.12.19 (22.06 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top