Part. 15 - Dark side

Demi menjaga kewarasan, baiknya kita berhalu sejenak 😊

Selamat pagi 💜


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Joel sudah menghentikan motornya dan segera turun dari sana, dimana Brant langsung mengambil alih motornya untuk dibawa. Dia berjalan dengan cepat memasuki sebuah basement sambil membuka helmet dan melemparkan tatapan dingin pada dua orang yang sedang didudukkan secara berdampingan dengan tangan terikat.

Sepasang suami istri, dengan usia yang tidak jauh berbeda dari orangtuanya, sudah menjadi incarannya selama ini. Menyembunyikan identitas dengan apik dalam menjalani peran sebagai pengusaha sembako di Bandung, tapi justru memiliki ribuan hektar ladang ganja, perkebunan papaver dan bunga opium di perbatasan Indonesia-Papua.

Usahanya selama bertahun-tahun dalam membuka kedok pasangan kriminal itu tidak menjadi sia-sia, sebab semua bukti sudah dipegang olehnya. Dimulai dari link kerja, para anak buah, hingga petinggi dalam jajaran usaha ilegal yang dijalani mereka, Joel sudah menyelesaikannya dan menyisakan otak kriminal yang sudah membuatnya muak.

"Jadi, kamu yang berniat menghancurkan saya? Sejak awal, saya sudah curiga kalau kamu..."

BUGG! Helmet yang dipegangnya langsung melayang dengan cepat dan mendarat tepat di kepala pria tua itu, hingga membuatnya terjengkal dari kursi. Istrinya berteriak dan menangis sambil menyerukan agar tidak memukul suaminya.

Penjaga yang berdiri di sisi kursi, menarik pria itu untuk duduk kembali ke posisi semula. Tampak darah segar sudah mengalir di sisi kepalanya dan itu membuat Joel menyeringai puas.

"Bukan saya, tapi Anda," ujar Joel kalem, sambil menarik sebuah kursi dan mendudukinya dengan santai untuk menghadap sepasang suami istri yang duduk dengan posisi kedua tangan dan kaki terikat.

"Kau sudah menyakiti putriku!" desis pria itu dengan berang, tampak tidak mempermasalahkan banyaknya darah yang mengalir dari kepalanya.

Adapun mereka adalah Norman Praguna dan Anya Praguna, sepasang suami istri yang sudah menjadi mafia narkoba selama satu dekade terakhir. Untuk itulah, dirinya harus menjadi sibuk dalam bermain adu licik dengan mereka.

"Di bagian mana aku sudah menyakitinya?" balas Joel sinis.

"Lepaskan kami, Joel! Kau tidak bisa...,"

"Aku bisa!" sela Joel sambil menatap tajam Anya yang hendak mengucapkan sesuatu, dan tampak pucat ketika melihat ekspresi Joel yang semakin menggelap.

"Asal tahu saja, bahwa menindaklanjuti kalian hanya permulaan. Sebab, masih ada parasit yang harus kutindak sehabis ini," ujar Joel kalem, sambil menerima iPad dari Brant yang sudah kembali.

"Mereka melarikan diri, Sir," lapor Brant dengan suara rendah.

Joel menyeringai sambil menatap layar iPad tanpa ekspresi, sama sekali tidak terlihat menanggapi umpatan kasar yang dilayangkan Norman padanya. Tidak ada lagi sopan santun seperti yang pernah dilakukannya saat berkunjung ke rumahnya. Well, hubungan yang Joel lakukan dengan mereka adalah kepalsuan, tapi membuahkan hasil dengan menjadikannya sebagai orang kepercayaan dari sepasang manusia yang tak beradab.

"Bagus sekali," gumam Joel sambil menganggukkan kepala dan menyerahkan kembali iPad pada Brant. "Biarkan mereka bersenang-senang sebentar diluaran sana, karena tidak akan mampu pergi terlalu jauh."

"Kau tidak bisa menyentuh mereka! Kau..."

BUGG! Sebuah pukulan melayang di wajah Norman dan itu dilakukan oleh penjaga yang sedang berdiri di sampingnya.

"Kumohon jangan memukulnya lagi! Kau tidak bisa melakukan hal ini! Atas dasar hukum apa kau berani menghakimi kami? Jika kau ingin meminta bagian, katakan saja berapa yang kau inginkan, dan aku akan memberikannya padamu!" seru Anya histeris.

Joel masih bergeming dan menyilangkan kaki sambil menatap keduanya dengan tidak senang. "Aku tidak tertarik dengan tawaranmu, Lady. Justru sebaliknya, aku ingin mengambil kembali apa yang sudah kalian rampas dari orang-orang yang sudah kau hancurkan. Ini bukan soal materi, tapi kehidupan."

"Kami tidak pernah mengambil kehidupan siapa pun!" balas Anya gemetar.

"Bagaimana dengan anak-anak muda yang sudah kau jadikan kaki tanganmu dengan iming-iming bonus besar untuk mengedarkan narkoba itu? Masa depannya, tujuan hidupnya, dan...,"

"Apa kau berniat untuk menjadi Tuhan?" sela Norman sambil menyeringai jijik pada Joel. "Jangan munafik! Kau tahu apa yang kami lakukan selama ini, tapi baru bertindak sekarang? Tidakkah itu lucu? Kau membiarkan mereka jatuh dalam kejahatan yang sudah kau ketahui!"

Sama sekali tidak terpengaruh, tapi justru menyeringai puas, Joel menggelengkan kepala dan menatap Norman dengan penuh simpati. "Aku hargai pengakuanmu seperti barusan, dan biarkan itu bisa memberatkanmu di pengadilan."

Mata Norman melebar dan menatap Joel dengan amarah yang sudah meluap. Meski wajahnya sudah babak belur, tapi tidak gentar dalam menghadapi Joel.

"Pada intinya, aku bermain pelan dan tidak tinggal diam selama ini, bukan? Terbukti semua tindakanmu sudah dilucuti satu persatu olehku, meski masih ada sisa pekerjaan yang harus kukerjakan, tapi itu bisa menunggu," lanjut Joel sambil menyeringai licik.

"Kau tidak bisa menyentuh putri kami!" sembur Anya langsung.

Satu penjaga yang berdiri di sisi lainnya, sudah bertindak untuk membekap mulut Anya dan memasang perekat di mulutnya. Hal yang sama juga dilakukan oleh penjaga yang berdiri di sisi Norman, karena kedua suami istri itu mulai memberontak.

"Waktunya akan tiba, hanya belum saatnya," balas Joel penuh simpati, ketika melihat Anya masih berusaha untuk mengeluarkan semburannya dan mulai tidak terkendali di sana.

Joel beranjak berdiri, bersamaan dengan Brant yang sudah ada di sampingnya sambil membawa sebuah nampan kecil berisikan dua suntikan yang sudah tersedia di atasnya.

"Aku berjanji akan mempertemukan kalian di tempat yang sama dalam pengasinganmu, Mr and Mrs. Praguna. Ada hal yang kalian tidak mengerti, sebab apa yang kalian perbuat sudah lebih dari parasit. Khususnya untuk putri dan menantu kalian yang sudah menghancurkan perusahaan keluarga ayahku. Katakanlah, aku membalas apa yang sudah kalian perbuat pada ayahku karena sudah membuat perusahaan keluarganya di ambang kehancuran," ujar Joel sambil mengambil satu alat suntikan dan membukanya.

Baik Norman dan Anya terlihat semakin memberontak, dengan mata yang sudah mengerjap liar melihat apa yang dilakukan Joel di sana. Masing-masing sudah dikendalikan oleh dua penjaga yang diarahkan Brant.

"Tidak usah takut, ini bukan racun," ucap Joel dengan ekspresi biasa saja, tampak seolah tidak terjadi apa-apa, tapi justru membuat kedua suami istri itu menjadi ngeri.

Sorot matanya yang dingin, begitu tenang tapi tampak menyakitkan. Meski ekspresinya datar tapi menyiratkan ancaman. Sama sekali tidak ada keraguan, melainkan tekad dan penuh semangat untuk melakukan apapun yang ingin dilakukannya saat ini.

"Ini mengandung zat aktif dari semua tanaman yang kau miliki, Sir. Mariyuana, Papaver, Opium, dan beberapa jenis zat lain, sudah kucampurkan dalam satu tabung ini. Cukup untuk membuatmu mengalami euphoria yang menyenangkan," terang Joel sambil menekan sedikit alat suntikan dan mengeluarkan sedikit cairan di sekeliling jarum itu.

Brant sudah bekerja untuk menangkup kepala Norman dan menekan sedikit untuk memiringkan wajah, menampilkan sisi lehernya agar Joel bisa menyuntik dengan mudah. Hal yang sama dilakukan pada Anya. Setelah selesai melakukannya, Joel melepas sarung tangan kulit dan menyerahkannya pada Brant.

"Bawa mereka ke pengasingan, Brant. Biarkan mereka menempati rumah yang sudah kita siapkan di perbatasan Indonesia Papua, dekat dengan ladang mereka. Aku ingin melihat bagaimana mereka bertahan di sana, sembari menunggu kedatangan putrinya untuk berkumpul bersama," ujar Joel dingin dan menatap datar pada sepasang suami istri yang sudah menunjukkan reaksi dari obat yang baru saja dimasukkan ke dalam tubuh mereka.

"Yes, Sir," balas Brant sambil mengangguk.

"Whooaaaa... sedang sibuk rupanya," seru Noel dari pintu masuk tanpa berniat untuk masuk lebih dalam. "Apakah aku melewatkan tontonan yang menarik?"

Joel mendelik tajam padanya. "Apa yang kau lakukan di sini?"

"Well, para ayah sedang memancing dan meminta kita untuk mampir. Jadi, aku berinisiatif untuk menjemputmu, Kakak Tertua," jawab Noel sambil menyeringai senang ketika Joel sudah menghampirinya.

"Katakan pada mereka bahwa aku tidak bisa," balas Joel sambil berjalan melewati Noel.

"Kenapa tidak?" tanya Noel sambil mengikutinya.

"Karena aku akan kembali pada Alena dan...,"

"Ah, Alena. Benar sekali," sela Noel ceria. "Justru para ayah meminta kita untuk mampir dan membawa serta Alena."

Langkah Joel terhenti dan langsung menoleh pada Noel dengan alis berkerut. "Apa maksudmu? Untuk apa kita membawa Alena dalam kegiatan memancing mereka? Dia...,"

"Apa kau tidak tahu jika Alena sedang berkencan dengan pria lain? Yang katanya selalu menjemputnya ke kantor itu. Dia tampak sangat cantik dengan memakai gaun punggung terbuka dan sanggup membuat pria itu menelan ludahnya dengan susah payah," sela Noel lagi, kali ini dengan nada yang antusias dan tampak menikmati ekspresi Joel yang menggelap.

Bagaimana bisa wanita itu terus memancing kemarahannya saat ini? Dia yakin sudah mendengar Alena membatalkan pertemuannya dengan pria sialan itu saat perjalanan menuju ke rumah orangtuanya. Dan dia juga yakin jika wanita itu enggan keluar rumah dengan alasan lelah karena menegang selama menaiki motornya. Ini tidak bisa dibiarkan, batin Joel geram.

Joel melirik tajam pada Noel yang langsung menutup mulut dan menatapnya dengan cengiran lebar yang menjengkelkan. "Apa kau tahu kemana mereka pergi?"

"Tentu saja, Brother. Oleh karena itulah, aku datang menjemputmu," jawab Noel senang.

"Dan kau membiarkannya?" balas Joel dengan mata melotot tajam.

"Karena melihat ekspresimu adalah tontonan yang lebih menarik, dan... ouch! Shit! Kenapa memukulku?" pekik Noel sambil mengusap kepalanya karena Joel sudah memukulnya tanpa peringatan.

"Jika bajingan itu menyentuh Alena karena kelalaianmu, aku pastikan akan mematahkan hidungmu, Brengsek!" umpat Joel sambil berjalan cepat menuju SUV yang sudah terparkir di sana.

Noel justru menyeringai senang dan mengikuti Joel dengan senang hati. Dengan perasaan yang sudah dongkol, Joel tampak sibuk melakukan pencarian di ponselnya, sementara Noel melajukan kemudi.

"Untuk apa para ayah meminta kita untuk membawa Alena?" tanya Joel tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.

"Seperti biasa, Daddy Nathan sudah berang dan ingin menindak Alena, tapi ditahan oleh para ayah. Katanya, mereka memiliki ide untuk mengerjai Alena. Hal yang lebih baik daripada memaki atau berteriak pada adik kesayangan kita," jawab Noel riang.

"Dan kenapa kau tampak begitu senang?" desis Joel sambil menoleh pada Noel dengan ekspresi tidak suka.

"What? Ini akan menjadi hal yang menarik. Sudah lama sekali aku tidak bekerja untuk menyelamatkan adik nakalku dari amukan ayahnya yang keji itu. Ditambah lagi, ada dirimu yang akan menolong secara sukarela. Bukankah itu menyenangkan?" balas Noel sumringah.

"Tidak ada hal yang menyenangkan dari kesusahan seseorang, Noel! Dan berhenti bermain-main seperti itu! Perlu kau ketahui bahwa aku mengawasi semua pergerakanmu pada Vanessha," sahut Joel tegas.

"Tapi kau tidak mengatakan apapun pada yang lainnya. Terima kasih, aku senang memiliki sekutu yang begitu pengertian sepertimu, Sir," ucap Noel santai.

Joel mengabaikan ucapan Noel dengan kembali memusatkan perhatian pada layar ponselnya. Hari yang cukup sibuk untuk terus merasa berang dan cukup melelahkan. Menekan tombol pada sisi kursi sehingga bisa mundur secara otomatis, Joel segera berpindah untuk mencapai kursi belakang dan mengganti pakaiannya.

"Kurasa, pria itu sungguh tergila-gila pada Alena. Tidak seperti bajingan yang pernah mendekatinya, tapi justru terlihat seperti anak anjing yang merajuk untuk meminta perhatian, El," ujar Noel kemudian.

"Apa kau pikir aku peduli?" balas Joel sambil mengancingkan kemeja.

"Tentu saja tidak, karena itulah aku membicarakannya padamu," sahut Noel geli.

Merasa sudah membuang waktu, Joel mengabaikan ocehan Noel dengan terus melanjutkan kegiatannya di sana. Bertempat di sebuah hotel ternama, Alena sedang berada di restoran yang terletak di lantai teratas gedung.

Begitu tiba, mereka berdua turun dan segera menuju ke restoran yang dituju. Seperti biasa, kegiatan mengawasi dari kejauhan sudah menjadi kewajiban bagi Joel. Jika biasanya Joel akan mengatur Brant atau anak buahnya yang lain untuk terjun ke lokasi, tapi kali ini tidak. Sebab, dirinya sudah gerah dengan aksi Alena yang semakin terlewat batas.

Saat sudah mencapai restoran dan sudah melihat sosok Alena di meja yang dekat dengan jendela, di situ Joel berhenti dan tidak langsung menghampiri. Demikian juga dengan Noel. Mereka berdua tampak terkesima dengan apa yang dilakukan Alena di sana, hingga mengundang banyak perhatian pengunjung yang ada di restoran itu.

Alena yang begitu mempesona, memakai gaun berwarna hitam dalam model punggung terbuka, rambut panjang yang tergerai indah, dan tampak berang dengan ekspresinya yang menyakitkan. Wanita itu sedang berdiri dengan gelas kosong yang ada di tangannya, menatap murka pada pria malang yang masih duduk di kursi, tapi wajahnya sudah basah kuyup.

"Jadi, kapan kita akan menjemput adik kita?" tanya Noel dengan senang.

Joel meliriknya dan menyeringai puas, lalu bersandar di pilar sambil menyilangkan tangan dengan posisi mengarah pada Alena. "Kurasa, kita perlu menonton pertunjukan ini selama beberapa saat. Aku ingin tahu kelanjutannya."

Noel melebarkan seringaiannya dan melakukan hal yang sama seperti Joel. "Ide yang bagus! Aku sangat bangga padanya dan berharap dia akan menendang batang kemaluan bajingan itu."


🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷


Tiap kali ada Noel, auto inget Nessie.
After Joel kelar revisi, enaknya Noel atau Hyun yang duluan?

Salah nanya keknya, udah tahu kalian pasti akan jawab siapa 😑


19.03.2020 (07.00 AM)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top