Part 11 - Forgotten kiss and sensual touch
WARNING : MATURE CONTENT (21)
Written by CH-Zone
Nggak sempet ngecek, cuma update, karena pesen beliau kudu update malem2 😩
Additional part, jadi mungkin bisa ditiadakan nantinya.
Brb lanjut Capt. Ri 😛
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Joel menatap Alena yang terlihat ingin menangis tanpa ekspresi. Wanita itu mencengkeram kerah kemejanya dengan kuat, dan berusaha menciptakan jarak di antara mereka.
Jika biasanya, Alena dengan tegas dan teguh dalam menolak semua pria yang mendekatinya, tapi kali ini, bisa dilihat jika Alena tidak mampu menolaknya. Ada rasa bangga dalam diri Joel ketika bisa menjadi kelemahan Alena, dan tentu saja, dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan itu.
Untuk waktu yang sudah cukup lama terbuang, untuk kesabaran yang sudah kian menipis, dan momen kebersamaan yang langka seperti ini, Joel ingin membuat kenangan yang tak terlupakan bagi Alena. Yaitu terus menjadi yang pertama dalam segala hal, terutama teritori tubuhnya.
“Apakah dalam mimpimu, ada saat dimana aku menyentuhmu di sini?” bisik Joel sambil mengusap lembut pada lekuk payudara Alena dengan punggung tangannya.
Alena terkesiap, spontan menepis tangan Joel dan melotot tajam padanya. “Kau adalah saudaraku, dan...,”
Joel langsung memiringkan wajah untuk mencium bibir Alena dengan dalam. Wanita itu memekik, hendak mendorong tapi Joel sudah lebih dulu menangkap dua tangannya, lalu menahan di atas kepala dalam satu kepalan. Kemudian, satu tangan yang bebas meluncur ke pinggang, menarik tali terusan model kimono yang dikenakannya, dan membuka terusan itu hingga menampilkan tubuh moleknya.
“Hmmmpphhh, El,” pekik Alena sambil menjauhkan kepala, lalu menggeliat gelisah.
Menekan tombol sisi kursi, Joel menurunkan sandaran kursi yang diduduki Alena, agar mudah untuk mengendalikan karena sudah terus memberontak. Sabuk pengaman sudah dilepaskan, kedua kaki dilebarkan agar Joel bisa merapatkan tubuh, dan mulai mencumbui Alena di sepanjang lehernya.
Tubuh Alena yang begitu sensitif, sudah memberikan reaksi yang diperkirakan Joel. Tidak sulit untuk merangsang Alena yang begitu tak berdaya dalam menolak sentuhannya, bahkan sudah memejamkan mata, seolah sedang mengingat apa kejadian semalam.
Mulut Alena terus bergumam dengan kalimat seperti ‘ini tidak benar’ sebanyak berkali-kali, tapi diiringi desahan yang tidak kalah seringnya. Itu bisa saja tidak benar, batin Joel. Tapi, dia sudah menunggu terlalu lama untuk hal yang dianggap tidak benar oleh kebanyakan orang, dan menghentikan penantian dengan membenarkan anggapan orang lain. Lagipula, dia tidak peduli dan tidak mau tahu lagi.
Memiliki Alena, bisa jadi adalah hal yang mustahil, terlebih jika harus berhadapan dengan Nathan, ayah dari Alena, yang dingin dan keras kepala. Meski begitu, Joel merasa perlu memberi kesan pada wanita itu untuk mengingatnya dalam cara tersendiri, dimana hanya mereka berdua dan Tuhan yang tahu. Itu saja.
Para staf kabin sudah berada di ruangan yang lain, ketika sudah menerima kode dari Joel sekitar 10 menit yang lalu, sehingga tidak akan ada gangguan yang tidak diperlukan.
“Ahhhh,” erang Alena dengan suara berat, ketika Joel sudah mengulum satu putingnya, lalu mengisapnya keras.
Cumbuan yang begitu dalam, tangan yang sudah bekerja dengan cepat untuk melucuti pakaian, dan Alena yang sudah tidak mampu memberontak selain merasa lemas di bawah kendali Joel, membuatnya menaikkan sentuhan di kulit terlembut yang pernah disentuhnya.
“Merasa nikmat, huh? Perlu kau ketahui, jika semalam kau juga menyukainya, Sayang,” desis Joel, lalu menggigit pelan puting Alena yang mengeras.
“Kau benar-benar bajingan, El!” balas Alena geram, lalu mengerang pelan, ketika satu tangan Joel sudah meluncur di depan titik sensitifnya yang sudah basah.
“Ouch, you are even wetter than you’d been last night, Na,” sahut Joel parau, lalu menunduk untuk menarik celana dalam Alena ke samping, dan melihat keindahan yang sudah sangat lama didambanya.
Kedua kaki Alena spontan bereaksi untuk merapat, tapi terhalang oleh tubuh Joel yang sudah menahannya. Bahkan, satu tangan Joel yang bebas sudah menahan satu paha Alena agar terbuka lebih lebar.
“What are you ashamed for, huh? Bukankah sudah terbiasa memperlihatkan lekuk tubuh dari balik bikini atau pakaian dalam sialan di atas catwalk, hingga semua mata pria bajingan menginginkanmu seolah kau adalah makanan siap saji?!” desis Joel kembali, lalu mencium bibir Alena dengan liar dan dalam.
Alena mengalihkan wajah untuk memutus ciuman itu. “Sama seperti dirimu, bukan? Mendengar ucapanmu, aku yakin kau berada di bangku penonton untuk melihatku!”
“Yeah, tentu saja. Seperti yang kau bilang jika seorang kakak tertua harus melindungi adiknya, bukan?” balas Joel dingin, dan menggeliatkan lidah di sepanjang leher Alena.
Alena kembali mendesah, menerima sentuhan Joel di sekujur tubuhnya. Lidah yang menggeliat lincah, mengeksplorasi kulit dan meninggalkan jejak basah. Satu tangan meremas payudaranya yang penuh, dan satu tangan yang lain mengusap klitorisnya dalam gerakan naik turun, membuatnya semakin basah di sana.
“Ada yang bilang bahwa tidak menganggapku sebagai adik,” ucap Alena sinis, lalu kembali memberontak dengan mendorong Joel menjauh.
Joel menggeram. Gerakannya dihentikan, menegakkan tubuh untuk menatap Alena dengan hunusan tajam, lalu melepas jas dan dasinya.
“El, lepaskan atau aku akan benar-benar...,”
“Membenciku? Cih, itu sudah biasa!” sela Joel tajam, sambil menangkap dua tangan Alena, lalu menahannya di atas kepala, dan mengikat tangannya dengan dasi.
“Lepaskan aku!” seru Alena sambil hendak beranjak dari sandaran, tapi Joel menekan dadanya agar kembali berbaring di sandaran kursi yang sudah direndahkan.
“Itu adalah kalimat mustahil yang kau lemparkan di atas ketinggian 30.000 kaki, Na!” balas Joel dengan nada mengejek, dan kembali membungkuk untuk melanjutkan aktifitasnya.
“Apa yang kau inginkan? Kau ingin memperkosaku?” tanya Alena dengan suara gemetar.
Joel mendongak dan mendapati Alena yang tampak ingin menangis. “Memberimu pengalaman, dengan kenikmatan sebagai bonusnya.”
“Aku tidak pernah membiarkan bajingan mana pun menyentuhku seperti ini.”
“Kalau begitu, biarkan bajingan yang satu ini, mematahkan prinsipmu. Lagipula, aku adalah orang yang sudah difitnah dan dihina oleh dirimu selama bertahun-tahun. Anggap saja, itu balasan untukmu.”
“Kau sangat hina!”
“Memang.”
“Kau sangat jahat.”
“Benarkah?”
“Kau juga laknat! Tidak tahu... ahhhh, a-apa yang kau lakukan?”
Tentu saja, Alena akan mengerang penuh damba sekarang, karena Joel memiliki cara lain untuk membuatnya bungkam. Kedua kaki Alena dilebarkan dengan kepala Joel berada di antaranya. Lidah Joel sudah bekerja untuk meliuk ke kanan dan ke kiri, memberi sensasi nyeri pada klitoris Alena yang sudah membengkak, dan membuatnya semakin basah.
Dua tangan sudah menekan paha Alena agar Joel bisa merasakan tubuhnya lebih banyak. Dia menjilat sepanjang titik sensitif, membuat gerakan melingkar di klitoris, lalu turun ke celah sempit Alena untuk menusuk-nusukkan lidahnya ke dalam.
Degup jantung Joel sudah bertalu-talu, merasakan gejolak hasrat yang begitu hebat, hingga memejamkan mata untuk bisa merasakan cairah gairah Alena yang begitu manis, dan menyukai bagaimana wanita itu mengerang penuh damba.
Tubuh Alena sudah menggeliat gelisah, bukan untuk memberontak, tapi karena sudah tidak mampu menahan serangan asing yang seperti ingin meledak. Dengan dua tangan terikat di atas kepala, dada yang dibusungkan, serta dua kaki yang dilebarkan, Alena terus mendesah keras, dan mulai menikmati apa yang dilakukan Joel.
“You’re soaking wet, Na,” ucap Joel parau, lalu mengisap keras klistoris Alena.
“El...,” panggil Alena frustrasi. “A-Aku seperti ingin... meledak. A-aku... ahhh, ahhh.”
Di situ, tubuh Alena menggelinjang dan menjerit ketika mendapatkan klimaksnya, sementara Joel terus menjilat dan mengisap kewanitaannya. Terus dan terus, tiada henti, seolah tidak ingin menghentikan klimaks Alena, tapi justru memberikan kenikmatan yang betubi-tubi.
Klimaks Alena cukup panjang, hingga mendapat orgasme maksimal berupa squirt di sana. Setelah tubuh Alena melemah, Joel menegakkan tubuh dan menatap ekspresi wajah Alena yang begitu seksi, juga menggoda. Wajahnya memerah akibat klimaks, bibirnya membengkak, dan deru napasnya masih memburu kasar.
Joel berdiri dan tanpa ragu, membuka celana dan menurunkannya hingga batas lutut, beserta boxer-nya. Sama sekali tidak terpengaruh dengan pekikan kaget dari Alena melihat kejantanannya yang sudah menegang keras. Tentunya, Joel membutuhkan pelepasan.
“Giliranmu membuatku nikmat,” ucap Joel dengan nada perintah, sambil menegakkan tubuh Alena agar duduk dengan posisi kepala menghadap kejantanannya.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Alena serak.
“Tidak usah berlagak polos,” jawab Joel sambil menyeringai licik, “Kau dan dua temanmu sering menonton film porno, untuk yang kalian bilang sebagai pembekalan diri. Kini, saatnya dirimu mencoba mempraktekkannya. Gunakan mulutmu!”
“El, ini tidak benar,” balas Alena sambil menggelengkan kepala.
“Apakah orgasme yang baru saja kau dapatkan, juga tidak benar? Kulihat kau sangat menikmati dan menginginkan lebih. Ayolah, Na. Anggap saja ini adalah pengalaman pertamamu sebagai wanita dewasa,” ucap Joel datar, lalu mengarahkan kepala Alena sambil menuntun kepala kejantanannya pada mulut wanita itu.
“Aku tidak ingin...,”
“Tidak akan ada yang tahu. Hanya kau dan aku,” sela Joel tajam, dan langsung menekan kedua pipi Alena agar mulutnya terbuka, lalu memasukkan penis-nya ke dalam mulut itu. “Oh, fuck!”
Meski mulut Alena hanya sanggup mencapai sampai setengah, tapi Joel bisa merasakan kehangatan yang menyelubungi. Dia tidak harus menuntut lebih, hanya perlu melepaskan mimpi liarnya bersama Alena saat ini. Masih ada kesempatan lain untuk mendapatkan hal utama, dan Joel ingin Alena mengingatnya dengan cara yang berbeda.
Jika tadinya Alena bingung dan canggung, tapi dia mulai bisa mengikuti arahan Joel untuk memainkan mulutnya pada ketegangan yang sudah kian mengeras dan membengkak di sana.
Mengisap dan melepaskan, lalu melakukannya berulang, maju dan mundur, teratur, benar-benar seperti pemula yang mengikuti arahan dengan teliti. Kedua tangan Alena masih terikat, dengan tampilan yang sudah sangat berantakan, dan setengah telanjang, tapi justru menaikkan gairah Joel sekarang.
Memejamkan mata untuk membiarkan gulungan hasrat menguasai seluruh tubuh, tangan Joel spontan menangkup kepala Alena, dan mengatur gerakan mulut sambil bergerak maju mundur ke dalam, untuk mendapatkan kecepatan yang diinginkan.
Satu desakan terakhir dilakukan, di situ Joel mendapatkan pelepasannya, tepat di dalam mulut Alena, hingga membuat wanita itu terbatuk-batuk, dan segera menjauhkan kepala dari tangkupan tangan Joel untuk memuntahkan sperma, lalu bernapas dengan terengah.
Joel mengarahkan tangannya kembali pada kepala Alena, lalu mengusapnya lembut, dan merapikan rambutnya yang berantakan. Menatapnya dengan tajam, namun lembut di saat yang bersamaan, lalu melepaskan ikatan dasi pada dua tangannya.
“Ini tidak benar sama sekali,” gumam Alena untuk kesekian kalinya, dan tampak seperti bergumul seorang diri.
Memakai kembali celananya, lalu berlutut kembali menghadap Alena yang berusaha memakai kembali terusannya dengan ekspresi yang tidak terbaca, Joel membantu untuk mengangkat tubuh Alena dalam gendongan, dan berjalan menuju ke kamar pribadinya yang berada di dalam jet itu.
Alena tidak memberontak, dan bisa dibilang lemas karena tubuhnya melemah. Mereka terdiam, dimana Joel sibuk menyapukan sapu tangan pada wajah dan bibir Alena untuk membersihkannya. Terusan yang dikenakan Alena dilepaskan, dan berganti memakai kemeja putih Joel yang kebesaran di tubuh mungilnya.
“Istirahatlah, penerbangan masih lama dan ada banyak waktu untuk mendapatkan tidurmu,” bisik Joel sambil memeluk dan mengecup kening Alena.
Alena mengerjap bingung, tapi tidak membalas, dan membiarkan Joel mengarahkannya untuk naik ke ranjang. Pengalaman yang cukup menyenangkan, pikir Joel sambil menyeringai puas.
Tidak menyesal. Sama sekali tidak menyesal, tapi justru merasa senang dan bangga. Wanita yang selama ini diawasi dan dilindunginya, sudah sepenuhnya berada dalam kendalinya lewat dari sentuhan intens yang dilakukan tadi.
“El,” panggil Alena kemudian.
“Yeah?” balas Joel sambil mengambil tempat untuk berbaring di sisi Alena.
“Aku membencimu. Sangat,” ucap Alena dengan ekspresi seperti yang dikatakannya.
Joel tidak memberi reaksi yang berarti, selain membalas tatapan Alena dengan tajam, dan sama sekali tidak terusik. Dibenci tanpa alasan adalah hal biasa. Dijauhi tanpa penjelasan sudah dialami selama beberapa tahun terakhir. Kembali pada pernyataan diri bahwa dia sama sekali tidak menyesal.
“Lalu, apa lagi yang akan kau lakukan setelah membenciku, Na?” tanya Joel dengan nada seperti mengejek.
“Seperti yang kukatakan padamu, bahwa aku akan menunjukkan jika aku mampu membuat semua bajingan bertekuk lutut padaku!” jawab Alena dingin.
“Silakan, aku tidak akan menghalangimu.”
“Dan aku akan melupakanmu.”
“Silakan jika kau bisa.”
“Aku tidak ingin melihatmu setelah tiba di Jakarta!”
“Aku pun tidak harus terbeban untuk bertemu dan membantumu seperti dulu, Na.”
Bibir Alena menekuk cemberut, terlihat tidak terima. “Jadi, apa yang kita lakukan tadi karena kau merasa perlu memberiku balasan atas...,”
“Memberimu pengalaman,” sela Joel mengoreksi. “Sebagai wanita dewasa, kau perlu mendapat pengetahuan tentang bersentuhan dengan lawan jenis. Aku hanya menyelamatkan reputasi tentang Unreachable Mankiller yang selalu kau banggakan itu, supaya nanti tidak terlalu memalukan.”
Plak! Alena menampar Joel dengan keras, tanpa adanya perlawanan. Hal itu bukan masalah karena tidak berarti apa-apa bagi Joel. Apa yang dirasakan Alena adalah normal. Pengalaman pertama dan mendapatkannya dari seseorang yang dikagumi tapi dibenci secara bersamaan, lalu menjadi panik dan merasa bersalah karena malu.
“Kau memang berniat untuk melecehkanku dan...,”
“Aku tidak melecehkan, karena kita sama-sama menikmati,” sela Joel tajam.
“Itu...,”
“Itu adalah normal dan berhenti menjadi kekanakan, Na. Silakan membenciku karena itu adalah hakmu.”
“Tapi...,”
“Tidurlah! Kau membutuhkan tidur karena sudah sangat lelah,” ucap Joel sambil menarik Alena ke dalam pelukannya untuk berbagi selimut bersama. “Jika ingin marah, masih bisa dilanjut nanti. Nanti setelah kau bangun dan mendarat di Jakarta.”
“Di Jakarta, kita tidak akan bertemu lagi karena aku tidak mau melihatmu,” balas Alena sambil menguap dan terlihat begitu mengantuk, meski sudah mengerjapkan matanya berkali-kali.
“Betul sekali,” sahut Joel sambil menutup mata, bersiap untuk tidur, karena sudah mendapat pelepasannya dan sukses membuatnya lega. Sebab, sejak semalam, dia tidak bisa tidur karena gairah yang tertahan.
“Aku membencimu,” ucap Alena dengan suara bergumam.
“Aku tahu.”
“Aku akan sangat-sangat membencimu dan membuatmu menyesal karena sudah menyentuhku.”
“Baiklah.”
“Aku juga... hoahhhmmm, kenapa aku mengantuk sekali? Mataku tidak bisa terbuka, aku...,”
Alena langsung terlelap begitu saja dalam pelukan Joel, dimana pria itu hanya menyeringai licik di sana. Tidak ingin mendengar ocehan atau aksi marah-marah ala Alena, Joel sudah melakukan sesuatu pada sapu tangan yang digunakan untuk mengusap wajah Alena tadi.
Sapu tangan yang akan memberi kendali dalam permainan emosi, lalu rasa kantuk yang tak tertahankan, sehingga membuat seseorang yang tidak sengaja menghirupnya akan mengalami hal yang terjadi pada Alena. Yaitu mendapatkan tidur panjang, hingga tiba pada masa ketibaannya di Jakarta.
🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷🌷
Menurut Babang, Joel memang harus sebrengsek itu 😵
Karena di versi lama, Joel terlalu kalem dan alim 😩
G, I miss you so much😭
19.02.2020 (20.35 PM)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top