II
"Shaki.?" Ulang Addar.
"Ini benar kau kan Shaki?"
Addar langsung berbinar, meraih tangan Shaki menyalami dan mengguncang nya.
"Senang melihatmu lagi. Sudah lama sekali kita tidak bertemu"
Addar melihat pada Ailan.
"Kenapa kau tidak bilang kalau ada Shaki" tegurnya lembut pada kakak kembarnya itu.
Shaki pasrah saja saat Addar membawanya kembali masuk ke kamar.
Namun saat itu Ailan maju menghalangi.
"Dia sudah mau pulang. Jadi biarkan dia?" Ketusnya.
Shaki langsung menyentak lepas tangannya dari Addar.
"Ya. Ailan benar. Aku sudah harus pulang"
Addar memperhatikan Shaki dan Ailan bergantian.
"Kalian kenapa. Apa terjadi sesuatu?" Bisiknya curiga.
"Lagipula diluar hujan badai. Semua tamu di bawah tertahan karena bahaya kalau nekat jalan dalam cuaca seperti ini"
Shaki menggeleng.
"Tidak apa-apa. Aku akan turun dulu. Melihat situasinya."
"Shaki kenapa keras kepala. Kau jangan keras kepala. Dengarkan aku" cegah Addar.
"Kalau dia ingin pergi biarkan dia pergi" tiba-tiba Ailan membentak.
"Kenapa kau masih saja bersikap sok baik.?"
Addar terlihat sedih.
"Aku hanya berbuat baik dengan teman lama. Apa salahnya Ailan?"
"Teman?" Sinis Ailan.
"Kapan kau berteman dengannya.? Dia bukan levelmu."
Shaki menggeleng.
Dari dulu Ailan tetap kasar dan menindas Addar yang lembut.
"Sudahlah addar. Aku harus turun dan melihat keadaan" desahnya berjalan pergi.
Addar menyusul sedangkan Ailan masuk ke kamar dan menutup pintunya.
"Maafkan dia" gumam Addar.
"Entah kenapa sikapnya tidak berubah. Kasar dan semaunya."
Shaki tersenyum.
"Kau juga tidak berubah. Masih sama"
Addar yang mengiring langkah Shaki langsung menggeleng malu.
"Jangan memujiku." Kekehnya.
"Tapi Shaki. Wajahmu pucat dan keringatmu terlalu banyak"
Shaki menggeleng cepat.
"Aku mencicipi alkohol dan tubuhku bereaksi dengan buruk" dustanya.
"Kau datang dengan siapa?" Tanya Addar lagi.
"Aku tidak melihatmu datang"
Shaki diam saja, kalau saja dia tahu di pesta ini akan ada si kembar Aktar.
Ailan aktar dan Addar Aktar murid paling menonjol disekolah.
Saat itu Shaki kelas satu SMA dan mereka jadj seniornya di kelas Tiga.
Orang-orang lebih mengenal si kembar dengan nama black dan white. Black untuk Ailan yang berandalan, kasar dan biang kerok dan penyendiri.
White untuk Addar yang baik, pintar dan ramah yang selalu dikelilingi oleh teman-teman dan guru-guru yang kagum padanya.
Mereka kembar identik, hanya cara bicara, sikap dan kacamata yang membuat mereka bisa dibedakan.
"Shaki.?!"
Suara Addar membuat Shaki tersentak.
Dia menoleh dengan wajah yang terasa panas.
"Maaf aku tidak mendengarmu. Kau bertanya tentang apa tadi?" Gumamnya.
Addar tersenyum dan menggeleng, membuat Shaki merasa tidak enak hati karena mengabaikan pria sebaik itu.
"Apa kau sudah bertemu dengan paman Martin dan Amira istrinya?" Tanya Addar ceria.
"Mereka pengantin nya"
Shaki terdiam tidak tahu harus menjawab apa.
Akhirnya dia mengangguk.
"Sudah. Aku sudah bertemu mereka"
Addar tersenyum.
"Tidak masalah. Kau akan kukenalkan secara pribadi pada mereka. Senang rasanya bertemu teman lama di acara seperti ini"
Shaki tahu dia tidak bisa menghindar jadi dia harap tante Amira tidak akan marah padanya. Lagipula tidak mungkin Ada yang tahu hubungan mereka. Nama keluarga mereka berbeda.
Tante Amira jelas kaget dan menyembunyikan kekesalannya dengan tetap memasang senyum lebar saat Menyambut uluran tangan Shaki.
"Shaki sayang. Kau datang" serunya memeluk.
"Oh jadi kalian saling kenal?" Simpul om Martin.
"Dan kau Juga teman Ailan dan Addar, apa Kita pernah bertemu sebelumnya?" Sambut Om Martin dengan ceria dan ramah, persis Addar.
"Kau datang atas undangan siapa, Amira atau si kembar?"
Shaki melirik tante Amira, tidak tahu harus melakukan atau mengatakan apa sebab dia tidak pandai berbohong.
"Tentu saja aku yang mengundangnya." Jawab tante Amira cepat-cepat.
"Kami lumayan dekat. Dia sudah seperti keponakan ku sendiri"
Om Martin melihat dengan sedikit aneh.
"Tapi kenapa aku baru tau?"
Tante Amira mengangkat bahu.
"Tidak masalah bukan. Toh Shaki selama ini kerja diluar kota. Jadi akhir-akhir ini kami jarang bertemu."
Dia melihat pada Shaki sambil tersenyum.
"Jadi kapan kau kembali. Saat aku menelpon katanya kau masih diluar kota?"
Shaki menelan ludah.
"Sore tadi dan aku langsung ke sini" jawabnya.
"Ah. Kebetulan sekali" seru Tante Amira terdengar sangat dibuat-buat.
"Apa kau sudah memutuskan akan menginap di mana?"
Shaki yang bingung hanya menggeleng lemah.
Tante Amira meraih tangan Shaki.
"Tinggallah di rumah tante saja. Rumah itu akan kosong karena Martin dan aku memutuskan tinggal di apartemen yang lebih dekat ke kantornya Martin.
Kau bisa tinggal di rumahku tanpa membayarnya, cukup bersih-bersih dan merawatnya saja"
Usulan yang sangat hebat jika saja Shaki benar orang lain bagi tante Amira, tapi inikan hanya akting.
Shaki hanya terpaku tidak tahu harus memerankan karakter yang bagaimana.
Tante Amira terus tertawa.
"Jangan kaget seperti itu sayang. Aku tahu kau masih belum bisa membayar sewa rumah sendiri.
Jadi selain tempat tinggal gratis kau juga bisa menyimpan uangmu untuk kebutuhan lain"
Shaki mengangguk pelan.
"Baik terima kasih Tante" bisiknya membatasi apapun yang ingin terlontar dari bibirnya.
"Tidak perlu berterimakasih. Aku jadi tertolong juga." jawab Tante Amira yang sengaja meninggalkan Shaki dan bergegas menyongsong tamu lain yang mendekati nya.
Addar menarik tangan Shaki menjauh.
"Kalau kau mau, aku akan mengantar mu pulang. Hujan masih deras entah sampai kapan berhentinya. Atau kau tidur di sini saja. Masih banyak kamar kosong di rumah ini kok"
Shaki menggeleng.
"Tidak usah. Aku tidak bisa menginap dan kau juga tidak perlu mengantarku. Aku baik-baik saja." Tolak Shaki halus.
"Sebaiknya aku pulang. Temanku akan menjemput, jadi aku tunggu diluar saja"
Addar terlihat cemas.
"Tapi Shaki kau terlihat pucat sekali. Aku mencemaskanmu" gumamnya.
Shaki menghela napas, sikap baik Addar mengingat kannya pada masa lalu.
Tapi apakah Addar juga ingat hal yang terjadi di masalalu?
Terutama hari itu, hari dimana hidup Shaki dibuat hancur oleh Ailan yang salah paham akan hubungan mereka.
Shaki menggeleng, membuang bayangan hitam yang mulai merayap masuk ke benaknya.
Dia harus ingat, Addar tidak tau apa-apa.
Baik dulu dan sekarang dia tidak bisa menyalahkan Addar.
"Terimakasih Addar. Senang berjumpa denganmu. Semoga kita bisa bertemu lagi" kata Shaki bergegas meninggalkan Addar yang terpaku kaget karena Shaki yang terang-terangan menunjukkan gestur tak ingin diganggu.
"Kita akan bertemu lagi Shaki. Aku janji kita akan bertemu lagi." Sorak addar yang masih hisa Shaki dengarkan.
"Aku akan mengunjungimu di rumah Amira nanti, secepat yang aku bisa"
Shaki menoleh dan mengangguk, berlari cepat meninggalkan rumah bak istana tersebut.
Meninggalkan Ailan, Addar dan tante Amira yang pasti terusik dengan kehadirannya.
Shaki harus sadar diri.
Dia tidak mungkin hanya membuat masalah, membuat orang lain jadi kesal.
Shaki menembus hujan, mengabaikan napasnya yang menguap dan pandangan nya yang kabur. Dia harus pergi dari sini secepatnya.
Saat masuk ke dalam taksi, Shaki sudah basah kuyup seperti habis tercebur ke kolam, untunglah sopir taksi tersebut tidak mempermasalahkannya.
Dia sampai ke rumah lima belas menit kemudian, membayar taksi membuat isi dompetnya kosong.
Begitu menelanjangi dirinya, Shaki langsung menghempaskan diri ke atas kasur.
Kalau harus pingsan karena demam dan kelelahan, Shaki memilih melakukannya diatas tempat tidur karena kalau dia pingsan di lantai, takkan ada pangeran tampan yang akan menggendong nya ke atas kasur lalu menyelimuti nya dan memberi kecupan nan lembut dikening.
Saat memikirkan sosok pangeran Wajah Si kembar Aktar menari-nari dibalik kelopak matanya yang mulai menutup.
*******************************
(03042021) PYK
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top