Tiga puluh tujuh
Author POV
Near, far..
Where ever you are
I believe that the heart does go on
Once more you open the door
And you're here in my heart
And my heart will go on and on..
(My heart will go on - Celine Dion)
Sudah sebulan semenjak kepindahan Roy, Tara masih memikirkannya. Masa bodo dengan semua tugas di sekolah. Tara tidak bisa fokus akhir akhir ini.
"I miss you where ever you are, Roy"
Mereka masih sering berkomunikasi melalui line, tapi tetap saja itu tidak bisa mengobati rasa rindunya.
--------
Kegiatan rutin yang mereka lakukan setiap hari minggu sejak pindahnya Roy, melakukan video call. Ilham dan Aldo tidak bisa menutupi rasa rindunya dengan sahabat petakilannya itu. Bukan, bukan rindu seperti orang yang saling menyayangi.
Tapi mereka rindu merokok di kedai samping sekolah. Mereka rindu pada sosok yang selalu mengajak cabut. Mereka rindu pada sosok yang selalu tenang dengan masalah yang datang.
"Hei bro!"
"Haa guys i miss you soo" ucap Roy dengan wajah manja.
"Alay lo ewh"
"Hahaha anjir. Eh gimana kabar sekolah?"
"Aman aman aja. Keknya bu Sari kangen deh sama lo" kata Ilham. Memang bu Sari kecarian dengan orang yang selalu menjahilinya itu.
"Ohya? Bilang gini, 'bu Sarii, Roy anenn' hahaha" katanya menirukan suara anak kecil.
"Tara dkk gimana? Kalian masih hangout bareng?"
Aldo menggeleng, Roy mengernyitkan alisnya sebelah.
"Udah jarang sih. Paling kalo jalan ya berempat aja, Taranya enggak. Pasti dia kehilangan banget" jelas Aldo.
"Dia suka ngehindar juga dari kita. Ngerasa terpukul kali sama kepergian lo" sambung Ilham.
Roy memasang muka bersalah.
"Gausah sok sedih, gak cocok!" ledek Aldo. Di depan teman temannya Aldo tidak pernah memasang muka datar, kecuali kalau diminta traktiran.
"Jadi, gue harus apa?"
"Ya hubungin dia"
"Kita chat tiap hari kok. Eng--gak tiap hari sih. Hampir." jawab Roy.
"Sekarang mau lo apa?"
"Gue maunya Tara gak sedih. Gak nginget gue lah. You know, gue bukan cowok yang pas. Keknya slow but sure kita bakalan jauh" teman temannya terkejut mendengar itu.
"Gila!" kata mereka berbarengan.
"Salah?"
"Gak salah si Roy, tapi kan itu namanya lo mupus harapan dia" kata Ilham.
"Gue gak pernah bilang kalo gue suka sama dia"
"Tapi sikapmu itu Roy.."
Roy mengangguk paham.
"Iya tapi.. Gak gak. Kita gak bisa gini terus"
"Sebenarnya perasaan lo gimana?"
Deg.
Roy tidak tau harus menjawab apa. Satu sisi dia sudah menyayangi Tara, tapi di sisi lain dia menganggap Tara bukan siapa siapa. Dia dilema.
Roy mengedikkan bahu sambil terkekeh untuk mengalihkan pembicaraan. Tapi mereka semua tau kalau Ilham sudah serius tidak ada yang bisa menyangkal.
"I'm serious!" katanya. Roy menunduk sementara Aldo menutup mulutnya menahan tawa.
"I don't know. Tiap deket dia pengennya ngejailin terus. Tapi kalian tau sendiri kan, gue gak pernah bisa serius? Dan gue sadar, gue gak cocok sama cewek sebaik dan sepolos dia" jelasnya dengan nada pelan.
"Kalo gitu yaudah jauhi dia tanpa tahap. Eng- maksudnya ya gausah perlahan lahan gitu. Berhenti komunikasi sama dia mulai sekarang" terang Ilham yang membuat Roy menggigit bibirnya.
"Oke thankyou, goodnight" Roy menutup sambungan.
Tunggu..
"Goodnight? Ini bahkan masi jam 3 sore"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top