Tiga puluh delapan
10 tahun kemudian.
Tara sudah lengkap dengan longdress merah maroonnya di sofa rumah barunya itu. Dia sedang memandangi fotonya dengan teman teman semasa SMA. Ada foto bersama Ririn dan Luna, ada bersama anggota OSIS, ada bersama teman sekelas, ada bersama si heboh Harun dkk, dan ada juga yang bersama Roy.
"Kamu dimana?" katanya menunjuk muka Roy yang sedang menyengir. Sudah sepuluh tahun Roy tidak berkabar.
*flashback on
Fittara : Hei, kemana aja?
Fittara : Roy?
Tidak ada balasan.
Seminggu setelahnya Tara tidak bisa lagi memberi pesan pada Roy, akunnya sudah diblock. Lalu dia mencoba memberi pesan melalui instagram, tapi nihil. Instagramnya juga diblock.
"Bang, Roy kenapa gak ada kabar ya?" tanya Tara pada Aldo. Tapi Aldo malah mengacuhkannya.
"Answer her please" pinta Ririn dengan sedikit bentakan.
"Iyaiya. Dia sibuk kali bantu ibunya. Udahla Tar move on aja"
Aldo benar, Tara harus move on.
*flashback off
"Sayang, udah siap kan?" kata seseorang yang sudah rapi dengan tuxedonya. Itu adalah Kevin. Bukan, bukan Kevin Erlangga yang sempat berpacaran dengannya, lalu putus, nyambung,dan akhirnya putus lagi.
Dia adalah Kevin Ramadhan temannya di bangku perkuliahan. Mereka menikah dua tahun yang lalu setelah sama sama mendapat jabatan di sebuah perusahaan.
Tara mengambil dompet kecilnya, berjalan beriringan dengan Kevin. Mereka akan pergi ke peresmian produk baru milik perusahaan Kevin sekaligus bertemu dengan para investor hebat disana.
-------
"Vin aku ambil minum dulu ya" Kevin mengangguk. Kemudian dia dihampiri oleh salah satu pemegang saham di perusahaannya.
"Selamat malam pak. Saya senang dapat bertemu bapak secara langsung. Tidak seperti biasa yang hanya melalui email." sambut Kevin dengan ramah yang membuat lawan bicaranya terkekeh.
"Selamat malam. Kamu sendirian kesini?" tentu Kevin menggeleng. Dia menunjuk ke arah Tara. "Itu pak istri saya. Bapak sendiri bagaimana?"
"Ya, as what you see. Saya sendirian. Niatnya saya pengen bertemu seseorang yang sudah banyak berjasa untuk saya. Umurnya hanya setahun di bawah saya, dia adik kelas saya sewaktu SMA." Kevin mengangguk dan ber'o' ria.
Tara menghampiri dua pria itu. Sepertinya dia familiar dengan orang yang sedang bercakap cakap dengan suaminya.
"Ra, kenalin ini rekan bisnis aku. Namanya bapak Roy Syahreza. Dia sudah terkenal di Padang sana."
Deg.
"Ra, salam dong" bisiknya. Mereka berdua bersalaman.
"Fi--Fittara Mel-ody" salamnya terlepas.
"Sudah aku duga ini kamu Ra. Kamu gak pernah berubah" kata Roy.
"Kalian saling kenal?" tanya Kevin yang membuat Roy mengangguk sambil terkekeh.
You never change too. Kamu masih suka tertawa, Roy.
"What a magic. Istri anda lah yang tadi saya ceritakan. Dulu saya aduuh sering sekali buat masalah di sekolah. Sampe akhirnya bu Sari percayain dia buat ngajarin saya. Tara adalah anak yang rajin, dia bahkan gak pernah bolos hahah" katanya sedikit berbohong. Padahal selama dekat dulu mereka jarang sekali bahas pelajaran.
Mereka tertawa bersama. Tara pun ikut tertawa. Sekarang dia sadar, bahwa dia dan Roy memang hanya sebatas 'kakak beradik'.
Ketika Tara dan Kevin hendak pulang, Roy menanyakan kepadanya yang tentu masih dalam pengawasan Kevin.
"Gimana kalo kita kumpul lagi sama Luna,Airin,Aldo dan Ilham?" Tara mengangguk bersemangat. Sudah hampir enam bulan dia tidak bertemu dengan Luna dan Ririn.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top