Tiga puluh
Author POV
Roy masih memikirkan cara untuk meminta maaf pada Tara. Sebelumnya dia biasa saja setiap ngebaperin anak orang. Dan sekarang entah kenapa, perasaannya tidak enak. Perasaan bersalahnya selalu bertambah setiap detik.
Tara berjalan di hadapannya tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun.
"Taraaa!" teriaknya. Kali ini dengan nada keseriusan. Tapi tetap saja Tara tak menggubrisnya. Roy mencengkeram tangan Tara.
"Tar, gue.. Eh aku gak pernah maksud buat itu" aduh kok jadi gugup sih?
"Enggak bang. As what you said, kalo aku baper ya itu salahku. Bukan salah kamu. Permisi" tapi genggaman Roy terlalu kuat.
"Listen to me please!" pekiknya membuat Tara tekejut.
"Lo tau kan gue udah balikan sama Kevin? Udah deh jauhin gue" Tara mengucapkannya dengan tegas. Perkataannya cukup menyayat hati. Bagaimana tidak? Baru kali ini dia pake 'elo-gue' ke Roy. Ini berarti masalah udah serius. Roy melepaskan genggamannya.
--------
Tara POV
"Aw! Sakit banget" pergelanganku merah akibat cengkraman kuat Roy. Sakit. Tapi lebih sakit lagi hatiku saat ini. Sekarang aku termenung di taman sendirian menunggu Luna dan Ririn.
"Heii, kenapa tu merah merah? Abis dipakein lypstick?" tanya Luna kekeh.
"Ah itumah abis beli somboi ditempel tempelin ke tangan" sambung Ririn.
"Shut up! Temennya lagi kesakitan kok diketawain sih!" bentakku, mereka menahan tawa.
"Emang kita temen?" sial!
"Kita kan bestfriend" kata mereka bersamaan. Cocuittt!
"Ini nih ditarik sama Roy lamaa banget, yauda deh membekas"
"Lebih membekas mana sama hati?"
Plakk! Aku menampar pipi Ririn.
"Oiya Kevin gimana?"
Hah? Kevin? Aku sampe lupa. Ya ampun kita udah tiga hari gak chat, lima hari gak jumpa semenjak jalan jalan di taman terakhir kali.
Aku menepuk jidatku.
"Kenapa?"
"Kita udah hampir seminggu gak kontakan!" ucapanku langsung mendapat jitakan dari mereka. Sadis emang, tapi lebih sadis lagi aku yang ngelupain Kevin.
"Jadi gimana?" tanyaku polos
"Ya hubunginlah bego! Freecall kek, sms kek, mention kek!" jawab Luna.
Aku menekan nomor Kevin yang memang tidak kuhapus semenjak kami putus.
Maaf, nomor yang ada tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan. Silahkan coba beberapa saat lagi.
"Gak aktif!"
Kevin : "Cafe biasa jam 4 sore."
Fittara : "Ok. Wait for meeee"
"Nih barusan Kevin ngeline. Mau ngapain ya dia?"
"Udah ikuti aja"
Akhirnya aku mengikuti saran Luna dan Ririn untuk ketemuan sama Kevin di cafe Trilili dekat sekolah. Mereka juga mengawasi kami dari belakang untuk mencegah hal yang tidak tidak. Lebay deh.
Aku menghampirinya yang sedang fokus pada buku 'sukses UN 2017'.
Kevin memang anak yang rajin belajar, tidak seperti Roy. Roy lagi Roy lagi.
"So, what?" tanyaku. Dia memasukkan buku bukunya ke dalam tas polo berwarna hitam. Tas yang kuberi saat ulang tahunnya tahun lalu.
"Makasih udah dateng. Jadi..."
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top