Tiga Belas

Tara's POV

"Roy? Ngapain kamu--"  belum selesai aku bertanya, dia mendahuluiku.

"Mau pulang sama aku atau dia?"

Entah apa yang aku pikirkan saat ini hingga aku lebih memilih untuk pulang dengan Roy. Padahal seharusnya jika mengingat perasaanku pada Kevin aku akan memilihnya. Tapi semenjak kehadiran Roy, Kevin seolah tidak pernah ada. Seolah kami tidak pernah berhubungan.

"Tara!" teriak Kevin dari kejauhan saat kami sudah beranjak. Kulihat rekan rekan OSIS ku heran memandanginya. Beberapa memasang raut kasihan, tapi aku sudah tidak peduli.

Sekarang, aku sedang berada di boncengan Roy. Kali ini motornya berwarna hijau tua. Roy membawa motor yang berbeda beda tiap kali memboncengku.

Hembusan angin malam membuatku teringat kejadian tadi di sekolah. Diperebutkan oleh dua orang pria sekaligus. Mungkin kalian pikir aku terlalu percaya diri. Tapi coba pikirkan, untuk apa Kevin muncul kembali?

"Hei, mau berapa lama lagi sama aku?" katanya membuyarkan lamunanku. Aku tak sadar ternyata kami sudah sampai di depan rumah.
Roy mematikan mesin motornya.

"Masuk dulu yuk," ajakku. "Enggak ah belum siap," jawabnya. Aku mengernyitkan alisku seolah bertanya, belum siap apanya?

"Belum siap ketemu camer." Dia menyengir dan menampakkan giginya yang tersusun rapi. Aku mengerucutkan mulutku. "Dasar!" Aku memukul lengannya sampai ia meringis kesakitan, tapi ia kembali menggodaku.

"Dasar apa hayoo?" Dia menghidupkan kembali mesin motornya. "Aku balik ya, babayyy!" Lalu mengedipkan sebelah matanya dan sedetik kemudian dia sudah hilang dari hadapanku.

Aku masih berdiri di depan pagar merasakan jutaan damba kepada Roy. Roy sudah merubah hidupku menjadi jauh lebih berwarna. Dia membuat aku melupakan masa laluku. There's no Kevin anymore. I want Roy, just Roy. He cares me, I like him.

Roy Syahreza : Jangan kelamaan lamunin aku hahah.
Fittara : GR banget-_-
Roy Syahreza : Masuk nanti sakit.
Fittara : Iya bos.

Roy Syahreza, perhatiannya gak ketulungan deh. Bikin aku pengen terbang sampe ke langit ke tujuh. Andaikan saja kita udah jadian dari kapan tahun, pasti aku jadi perempuan terbahagia sejagad raya. Eh apaan sih? Ngarep banget kesannya.

Aku mengetuk pintu dan disambut oleh mama.

"Kok lama Kak?" tanya mama sambil menghidupkan lampu di ruang tamu. Kami duduk di sofa berwarna orange yang aku request dua tahun lalu. Aku suka warna orange.

"Iya Ma, abis beres beres tadi solat dulu."
"Pulang sama siapa Kak?" tanya Trian yang baru keluar dari kamar. "Sama Roy." Aku menjawab dengan nada kesal. Trian mulai beraksi dengan ke-kepoannya.

"Wah jangan jangan--" Aduh dek mulut gabisa dijaga apa?
"Udah ya ma Tara ke kamar dulu mau mandi ni." Aku bergegas, mengambil tasku dan menuju ke kamar. Rasanya seperti udah lama gak nyentuh kasur, i miss my bed so much.

Roy Syahreza : Heyhoo!

Allahuakbar Allahuakbar...

Fittara : Sst solat dulu.
Roy Syahreza : Lagi diluar ni
Fittara : Jadi kalo diluar gak solat gt?
Roy Syahreza : Enggak wkwk
Fittara : Solatla sana.
Roy Syahreza : Iya mak nantii

What? Mak? Emang aku tua banget?

Fittara : Sorry, i still young. Bukan emak emak.
Roy Syahreza : Oiya bkn emak tapi nenek.
Fittara : Iya kek iya
Roy Syahreza : Oke tunggu di rumah ya neks
Fittara : di rumah? Emang kita serumah?-_-
Roy Syahreza : Ya nantilaa tiga puluh taun lagi
Fittara : Wah udah tua
Roy Syahreza : Iya dong kita kan tua serumah wkwk.
Fittara : Ngarep ewh

Dasar tukang gombal! Pande banget buat aku baper. Tapi rasanya aku juga ingin itu menjadi nyata.

"Aamiin."

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top