Dua puluh tiga

Setelah siap membereskan barang, kami makan terlebih dahulu di cafe langganan bernuansa vintage yang membuat kami betah bahkan sampai ber jam jam.

"Eh Rafid itu sekelas kamu kan? Yang anak baru itu?" aku membuka forum
Ririn mengangguk tanpa berbicara sepatah kata. Dia masih menyeruput minumannya.
"Agh kok ngangguk aja sih. Jelasin kek gitu" protes Luna.

Ririn menghembuskan nafas.

"Oke oke. Nah dia anak baru pas hari pertama masuk sekolah. Emang sih dia gak banyak omong di kelas--"
"Lah jadi kok bisa menang?" tanya Luna penasaran
"Makanya jangan dipotong dulu buk"
Kami makin serius mendengarkan cerita Ririn hingga the boys datang. Tapi kali ini Ilham gak ikutan.

"Kok formasi gak lengkap?" tanyaku.
"Ban motor Ilham bocor." Luna menginjak kaki mulusku dan Ririn. Aku tau apa maksudnya. Lalu aku memberi kode pada Roy.
"Tenang, aku bawa mobil. Jadi nanti antar Luna dulu gapapa kan Ra?" baik banget elah di cowok. Kami mengangguk semangat.

-------


Roy POV

Sekarang aku sedang mengantar Tara dan Luna ke rumah mereka.

"Jadi kapan?" tanya Luna memecah suasana.
Deg.

Anak ini pandai sekali membuatku bingung. Memutar otakku untuk menjawab. Padahal biasanya aku yang gituin mereka. Tidak ada tanggapan dari Tara. Sebenarnya perasaan dia gimanasih?

"Ehem." aku membuka suara.
"Heeh. K-kapan apanya Lun?"
"Yaelah bang. Gak peka keles. Ya nembaknya lah!" Sangat tepat sasaran.

Tara memalingkan wajahnya, menatap kami bergantian. Kulihat dia memelototi Luna yang perlahan menutup matanya seperti tak ada masalah. Lalu kembali menatapku penuh arti.

Dia.. Menunggu jawabanku.

Aku memberi seulas senyum.
"Soon" kataku memperhatikan pipinya yang mulai memerah. Aduh mati gua dia baper!

Lampu merah, suasana kembali hening. Hanya suara klekson kendaraan dari luar. Luna mengotak atik hpnya sedangkan Tara sudah tertidur. Jalanan yang macet membuat kami penat.

Line. Notifikasi masuk ke hpku.

Luna : "Awas lo gantungin dia. Gue gantung lo di pohon toge!"

Uhuk uhuk. Aku batuk membacanya. Duh gile ni anak!

Luna : "Besok"
Roy Syahreza : "Apanya?"
Luna : "Dateng cepet."
Roy Syahreza : "Buat?"
Luna : "Banyak bacot. Siapin aja duit. Jgn smpe Tara tau"
Roy Syahreza : "Agh iya. Udah gue mo nyetir ni."
Luna : "Bomat!"

Lampu hijau nyala, aku kembali fokus ke jalanan. Kita pun sampai di rumah Luna. "Thanks ya bang!" Idih. Tadi pake lo-gue. Nah sekarang di depan Tara malah sok imut gitu?

Tak lama kami juga sampai di rumah Tara. "See ya!" katanya. Aku melambaikan tangan memperhatikan punggungnya yang mulai menjauh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top