Dua puluh empat

Author POV

"Semua siap?" tanya pria itu. "Siap!!" jawab mereka serempak.
Tangan tangan ditumpuk menjadi satu sembari bersorak "Suk.. sess!!"

Tara berlari di sepanjang koridor, dia terlambat sepuluh menit. "Masih sepi. Ada waktu deh buat piket." ucapannya itu diiringi oleh cucuran keringat. Waktu sudah menunjukkan pukul 7, tetapi sekolah ini seperti rumah tak berpenghuni.

Dia membawa sapu ke kelasnya. Dan benar saja, belum ada seorang pun disini. Padahal biasanya Caca selalu mendahuluinya.

Bel masuk berbunyi, anak - anak sudah pada bermunculan disusul dengan bu Rosa yang masuk ke kelas dengan bersemangat.

"Ayo kelompok Fittara maju dan presentasikan hasil diskusi kalian." diskusi kelompok? Yang mana? Perasaan gak ada deh, batinnya.
"Woi Tar, cepat maju. Nanti kita semua yang kena ceramahnya." perintah Harun.

Tara maju dengan muka lemas. Dia benar - benar tidak tahu tentang tugas ini. Padahal sesibuk apapun di OSIS maupun klub matematika dia tak pernah ketinggalan pelajaran.

"Kamu tidak mengerjakan?" Tara menggeleng. "Saya tidak tahu kal--"
"Tidak usah banyak alasan, cepat berdiri di luar kelas sekaraaangg!" dia pun mengikuti perintah bu Rosa walau hatinya masih menyimpan penuh tanya.

Kringg! Kringg!

Waktu istirahat tiba. Tara menyelesaikan hukumannya selama tiga jam pelajaran lamanya. Kali ini tubuhnya cukup lemas dan dia harus beli makanan di kantin.

"Ke kantin yuk" ajaknya pada Caca, Luna dan Alya yang masih sibuk menulis.

"Gak ah ini catatan aku belum siap." kata Alya
"Duluan aja deh nanti kita nyusul."
"Nitip deh. Teh manis satu."

Ih Luna mah ngeselin. Bukannya ikut malah nitip segala. Udah tau aku males pergi ke kantin sendirian. Tapi yauda deh laper banget tadi pagi gak sarapan.

Tara pun pergi ke kantin sendirian.

Di sisi lain, melihat Tara sudah keluar kelas ketiga temannya itu malah pergi ke kelas kosong di lantai 3, tepat bersebelahan dengan kelas Roy dan Ilham.

"Kak Taraa dipanggil sama kak Citra di atas. Lantai 3" kata Chika.
"Emang ada urusan apa?" Chika mengangkat bahu seolah tidak tahu. "Udah deh kak cepetan kesana" Tara mendengus kesal. Enak saja dia memerintah kakak kelas sendiri.

Gelap. Tara masuk ke ruangan yang dimaksud. Citra menyusul di belakangnya. Tara melompat menyadari kehadiran Citra.

"K-Kak Ci-Cit-tra?" entah sejak kapan Tara menjadi seperti anak TK yang baru belajar mengeja.
"Iya. Tau kenapa gue panggil lo kesini?" Tara menggeleng karena benar dia tidak tahu.

"Lo deketin cowok gue, lo rebut dia dari gue!" suaranya naik satu oktaf.
"C-co-wok k-kakak? S-si-apa?"
"Gausa pura pura bego. Roy! Roy Syahreza! Dasar cewek murahan!"
Tara tersentak. Kemarin Roy bilang kalo dia gak ada hubungan sama Citra. Masalah apa lagi ini?

Aku gak boleh takut. Karna emang aku gak salah disini.

"Maaf ya kak. Tanpa mengurangi rasa hormat. Kita deket juga awalnya karna bu Sari yang nyuruh. Dan yang deketin itu pacar kakak, Roy! Bukan aku! Sekali lagi yang harusnya kakak marahin itu dia bukan aku!" bentaknya walau masih menyimpan rasa takut.

"Lo suka kan sama Roy?!" bentaknya sekali lagi
"Kenapa? Kenapa kalo emang iya? Iya! Aku suka sama cowok kakak karna dia yang deketin aku. Puas?!" air matanya tertahan di pelupuk mata.
"Jadi.. Lo berani lawan gue?" Tangan Citra merambat ke rambut Tara. Dia menjambak kepangan itu. "Aw!"

Citra melenggang keluar dari ruangan itu tanpa perasaan bersalah. Dia memasang ekspresi licik.

**********

Alhamdulillah udah sampai di part 24 hehe. Thanks for your support! Voment pls:)

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top