Dua puluh

Besok adalah pembukaan ujian tengah semester. Semua siswa SMA Pelita sibuk mempersiapkan dirinya untuk mendapat hasil terbaik. Selama 6 hari kedepan pula mereka dipulangkan beberapa jam lebih awal.

Tara mengambil buku catatan kimianya. Hari pertama adalah pelajaran kimia untuk jurusan IPA dan geografi untuk IPS. Dia membaca materi dari awal semester, hidrokarbon sampai pelajaran minggu lalu yaitu termokimia.

"Oo kalo yang ini trimetil heksana."
"Eh heksa itu enam atau tujuh ya?"
"Oiya pas. Ada enam berarti heksana." Tara bergumam sendiri.

Line.

Roy Syahreza : Hey Taraaa
Fittara : Hai
Roy Syahreza : Singkat amat
Fittara : Lg bljr. Bsk kan ujian
Roy Syahreza : Oh iya lupa wkwk. Besok ujian apa ya?

Really? Masa iya dia gak ingat besok ujian?

Fittara : aku kim,kamu geo. Nnti lgya

Chat mereka terhenti. Roy bingung, kenapa sih anak anak perempuan rajin banget belajar? Gak muak apa baca buku terus? Toh abis ujian lupa juga. Dan satu hal yang dia lakukan sekarang adalah bersantai dengan sebatang rokok. Buku - bukunya bahkan tersusun rapi di meja belajar tanpa tersentuh sedikit pun.

-------

Tara's POV

Bismillah, aku siap untuk melaksanakan UTS kimia hari ini.

Kringg kringg.

Kami sibuk memasukkan buku ke dalam tas. Sebagian temanku cemas dengan rumus rumus hidrokarbon. Dan sebagian lagi santai, bukan karena mereka menguasai materi melainkan karena contekan sudah di tangan. Satu doa kami sekarang, dapet pengawas yang bisa diajak ck.

Bu Lusi masuk dengan langkah melenggang.
Hfft. "Untung aja gak dapet pengawas killer," kata Harun.

Bertepatan dengan Bu Lusi seorang guru kimia, kami pun modus menanyakan jawaban padanya. Beberapa soal bahkan belum pernah dibahas.

"Oke. Kalian coba diam," perintahnya. Kelas menjadi senyap menunggu kalimat berikutnya. "Saya biarkan kalian bekerja sama. Tapi--"
"Kami gak boleh bersuara sedikit pun, iyakan Buk? Siap!"

Begitulah bu Lusi, dia selalu mengerti anak muridnya. Ibu juga pernah muda, katanya waktu kami masih duduk di kelas 10.

Pulang ujian kami tak langsung pulang ke rumah karena harus membahas kisi kisi mapel matematika. Yeay! Pelajaran yang paling kusuka dari SD.

Aku duduk di meja kantin paling pojok bersama Luna dan Ririn. Harusnya Ririn sama teman kelasnya, tapi berhubung mereka udah pada pulang ya jadinya gabung deh sama kami.

"Buk bakso pake mi putih satu, mi kuning satu, mi tiaw satu ya! Sama teh manisnya tiga. Cabe sama saosnya dipisah," kata Luna bersemangat. Dia memiliki suara paling kuat diantara kami bertiga.

"Buk bakso kosong tiga!" Tiga orang itu datang tiba tiba dan duduk di sebelah kami tanpa izin. Siapa lagi kalau bukan Roy dkk?

"Hai cecans," kata Roy.
"Kok pake 's'?" Aku bertanya polos. Mengerjapkan mata beberapa kali.

"Iya dong kan lebih dari satuu," jawab mereka serentak. Benar-benar kompak.

"Gimana ujiannya?" tanyaku pada Roy. Aku hanya bertanya pada Roy karena Aldo sedang sibuk pacaran dengan Ririn, sementara Ilham dan Luna sibuk dengan hpnya masing masing.
"Aman aman. Yang ngawas gak galak. Jadi contekan lancar." Dia berbicara layaknya seorang bos dengan memangku kakinya sebelah. Idiiih.

"Contekan dibanyakin. Belajar tu dibanyakin!" bentakku sinis yang mengundang tawanya.

'Itukan Tara sama Roy, ada hubungan apa ya?'
'Jangan jangan Tara deketin Roy?'
'Kecentilan banget sih'
'Malu maluin aja jadi OSIS'
'Murahan ewh'

Bisik para bigos (biang gosip) di sekitar kantin. "Udah gausah dipeduliin," bujuk Roy. Aku menjadi sedikit lebih tenang.

Bakso kami datang beberapa menit kemudian.
"Buka mulutnya," perintah Aldo yang hendak menyuap Ririn. Ririn tersipu malu karenanya. Mau romantis romantisan kok di sekolah.

"Mau juga dong dicuapin." Roy membuka mulutnya lebar lebar. Lalu Ilham menyuapkan sesendok cabai rawit ke mulutnya.
"Haaah pedes!! Kampret lo ham. Mau gue mati?" Kami terkekeh melihat adegan itu. Haha mampusloo! Siapa suruh tadi manja manjaan sama aku. Aku hanya berpura pura tidak peduli.
"Ra sumpah pedes." Wah aku jadi gak tega. Otomatis aku menyodorkan minuman ke Roy.

"Eh kok pake pipet bekas aku?"
"Biar bekas asal dari kamu." Gombal lagi gombal lagi. Coba aja ada kontes gombal, kamu pasti menang deh Roy!
"Huu gombal!" pekik Ririn dan Aldo serentak.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top