Delapan belas

Tara's POV

Luna menyikut aku dan Airin. "Apasih lun?" lalu aku melihat wajah orang itu. Roy dan kawan kawan. Aku hanya memandangi wajahnya dengan tatapan super sinis andalanku. Roy mengedipkan matanya, dan mereka berempat pergi meninggalkan kami.

"Eh kalian mau kemana? Ak--" aku mencoba menerobos tubuh Roy. Tapi dia mencengkeramku kuat. Mencengkeram bukan memegang.

"Ayo kita cari tempat duduk," katanya. Aku menurutinya dan membuntuti pria itu dengan langkah malas dari belakang.

Kami tiba di resto italia. "Apa?" tanyaku kesal.
"Kamu kok jadi cuek sih?" aku menunduk, tidak tahu harus menjawab apa. Rasanya gak mungkin aku menceritakan apa yang aku rasakan padanya.

"Ai udah ceritain semuanya," jelasnya enteng, hampir saja aku tersedak mendengarnya. Sumpah demi apa, Rin?! Awas aja ya nanti kalo jumpa aku sate idup idup!

"Sebenarnya.. Aku cuman ngetes kamu. Kecarian ya? Maaf ya hehe." dia cengengesan. Aku memukul mukul dadanya sampai beberapa kali.

"Aw! Sakit!" "Mampus ngadu aja sana sama kak Citra," balasku ketus. Ah aku kok jadi cemburuan gini sih?

"Cie cemburu." Dia bisa baca fikiranku? Amazing. "Jangan manyun gitu dong. Cantiknya ilang." "mck." Aku mengerucutkan bibirku saat gombal receh itu ia keluarkan. Sempat sempatnya dia bergombal ria!

Duh kebelet ni. "Aku ke kamar mandi dulu ya." dia tersenyum manis sekali.

Hampir sepuluh menit kemudian aku kembali dari kamar mandi. Dari sini terlihat Roy sedang beradu mulut dengan Kevin. Untuk apa Kevin disini? Ada masalah apa mereka? Sepertinya aku harus menunggu sampai urusannya selesai.

Plak! Kevin menampar pipi Roy tapi Roy tidak membalasnya, tidak juga menghindar. Hfft ada apa sih?

Kevin keluar dari resto, aku buru buru menyandarkan tubuh ke dinding supaya tidak ketahuan. Dengan cepat aku melesat ke hadapan Roy.

"Kok lama sih? Aku hampir diculik tau." Aku memutar bola mataku malas. "Siapa juga yang mau nyulik orang tua," jawabku. "Aiih banyakla. Aku kan ganteng. Gak takut aku diambil cewek lain?" Pede banget sih njir.

Kami menyantap makanan yang sudah dari tadi dihidangkan.
"Hfft kayak anak kecil deh celemotan." dia mengelap mulutku yang kotor. Kami bertatapan cukup lama. So sweet.

"Woi udah romantis romantisannya?" suara Luna membuyarkan kami. Yah kalian ganggu aja. Luna,Ririn, Aldo dan Ilham menghampiri kami. Roy terkekeh.

"Yaelah Rin. Gak pernah digituin apa sama Aldo?" Ririn menggeleng. Aldo memasang wajah bersalah, lalu kepalanya ditempeleng oleh Ilham. "Gausa sok polos taii." Tawa kami memecah. Suasana menjadi ricuh.

"Pulang yuk!" ajakku, kami bangkit dari tempat duduk. Tiba - tiba Luna berhenti melangkah, dia menatap aku dan Ririn. "Aku pulang sama siapa?" bisiknya. Kami memandangnya geli. Luna lucu kalau sudah khawatir.

"Sama gue lah siapa lagi? Lo mau jadi nyamuk?" ucap Ilham diikuti tepukan tangan Roy dan Aldo. Baru kali ini aku mendengar Ilham berbicara lebih dari tiga kata. Kami pun keluar dari mall menuju lapangan parkir.

Kami terhenti di depan motor matic berwarna putih. "Ganti motor lagi?" dia mengangguk. "Kok ganti mulu?" "Bingung ya? Tiap nganter kamu pasti ganti motor. Sebenarnya motorku itu yang ini. Yang sebelumnya punya temen. Biasalah numpang pamer hehe." ya Allah emang gitu ya anak laki laki? Hmm pantas saja Trian juga sering melakukan itu, mungkin itu trend di kalangan mereka.

Aku duduk di boncengannya dengan mantap. Tanpa banyak bicara dia langsung menancap gas.

"Tadi ngapain ke mall?" sejujurnya aku ingin menanyakan ini dari tadi. "Iseng aja. Eh kamu check in di path, yauda deh kita jemput." Berarti dia bela belain kesini buat aku? Eh tapi bisa juga Aldo yang mengajaknya. "Kira kira Ilham sama Luna gimana ya?" Iya juga, aku gak kebayang kalo Ilham harus nutup kuping selama ngebonceng Luna. "Iya haha, Luna kan gak bisa diem. Nah bang Ilham orangnya jarang ngomong." Kami tertawa lepas sembari membayangkan dua anak manusia itu.

Keep making me laugh, I like it.

*********

Maaf ya agak agak absurd gitu. Lagi bingung nih hehe.
#TaRoy #AiDo #ILuna
Vomen guys!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top