Kobayashi Yui's Tape Recorder #1 - Memories From Silver Lake

Disclaimer

Ini adalah isi dari empat CD yang Risa temukan di ruang kerja Kobayashi Yui di Chapter 18: Gifts From Silver Lake dan yang dicuri diam-diam oleh Ten dan Hono atas perintah Risa di Chapter 20: A Week of Silence. Semua kaset itu berisi rekaman wawancara dari Dokter yang bertugas untuk merawat Kobayashi selama ia menjalani rehabilitasi di Silver Lake pada tahun 2023 (sekitar dua tahun pasca insiden di buku pertama) hingga tahun 2026. Dan di Chapter 22: This Is How Her Story Ends, duo rampok a.k.a Ten dan Hono membongkar isi kaset tersebut.

Jadi, bersama dengan Yamasaki Ten dan Tamura Hono, silakan menenggelamkan diri kalian ke dalam dunia dimana hanya Kobayashi Yui saja yang tahu.

"Silver Lake Psychiatric Hospital. Rekaman pertama, tanggal 19 November tahun 2023. Pasien nomor 199746 atas nama Kobayashi Yui, saat ini berusia 20 tahun dan sedang menjalani pendidikan dokter di Universitas Tokyo. Memiliki riwayat Dissosiative Identity Disorder selama kurang lebih sepuluh tahun terakhir, Post Traumatic Stress Disorder dan gejala Schizophrenia. Ah... ini dia. Selamat siang, Kobayashi Yui. Astaga, kau terlihat lebih cantik daripada yang ada di dalam foto."

"Selamat siang, Dokter. Uh... terima kasih, mungkin?'"

"Sepertinya suasana hatimu sedang baik ya? Ada apa?"

"Oh, tentang itu... kekasihku berhasil mendapatkan penghargaan sebagai siswi terbaik dalam pendidikannya, hahaha. Aku mendapatkan email darinya pagi tadi. Tapi, tetap saja terasa sedih karena aku tidak bisa datang untuk memberinya hadiah. Saat ini, dia sedang di asrama. Jadi aku juga tak bisa mengunjunginya sesuka hatiku."

"Benarkah? Senangnya! Kekasihmu itu sepertinya orang yang sangat berprestasi ya? Kalau kau berkenan untuk memberitahu, dimana ia menjalani pendidikannya sekarang?"

"Akademi Kepolisian NPA."

"Oh! Kalian berdua pasti sangat serasi. Polisi dan Dokter. Aku jadi ingin mencari pasangan seorang polisi seperti kekasihmu."

"Hahaha, terima kasih."

"Tentang ini... riwayatmu mengatakan kau memiliki kepribadian ganda. Ini kondisi yang menarik, uh, bagi beberapa orang. Aku akan menjelaskan secara singkat saja mengenai hal ini, agar kau memiliki pemahaman lebih dalam tentang gangguan yang kau derita. Jadi, DID ini adalah suatu kondisi dimana dalam satu orang individu terdapat lebih dua atau lebih kepribadian. Kepribadian tersebut lebih dikenal dengan sebutan alter-ego, sedangkan kepribadian utama disebut sebagai host. Dalam hal ini, kau adalah host dan semua kepribadian selain dirimu adalah alter. Hal ini dapat terjadi jika penyandang DID itu mengalami trauma berat yang terjadi tanpa henti dan terus menerus. Kasus yang paling sering terjadi adalah pelecehan seksual. Namun, bisa juga dikarenakan kekerasan baik itu fisik ataupun verbal yang mampu membuat guncangan hebat pada psikologis penderita."

"Aku hanya ingin kau tahu, kau tidak sendiri dalam hal ini. Ada beberapa orang yang datang kemari dengan riwayat yang sama dan bertemu denganku, dengan kondisi yang tak jauh berbeda pula. Kau tak perlu khawatir, Kobayashi. Sejauh ini, kau sudah mengenal...maksudku, menemukan berapa kepribadian? Yang ada dalam dirimu."

"Satu."

"Hanya satu? Baiklah. Apakah kau mengalami gejala tertentu saat dia muncul dan mengambil alih kesadaranmu?"

"...kepalaku. Sesuatu seperti memukul dan melubangi tulang tengkorakku. Rasanya sangat menyakitkan, mungkin ini sesuatu yang paling menyakitiku karena saat gejala itu terjadi, hidung dan telingaku akan mengeluarkan darah. Itu akan membuatku tidak bisa berdiri karena keseimbanganku telah rusak.. a-aku... biasanya aku melukai diriku sendiri untuk menjaga kesadaranku."

"Lalu?"

"Selanjutnya aku hanya merasa seperti tertidur. Sebuah tidur yang panjang. Dan saat aku bangun, aku sudah berada di tempat yang berbeda dari sebelumnya. Pernah suatu ketika, aku mengalami black out selama beberapa hari. Saat itu, aku disekap oleh seseorang entah dimana... dan dia menyiksaku. Dia memaksaku untuk mengingat kembali apa yang pernah aku lupakan dan itu membuatku sangat sakit. Aku merasa sedih dan juga marah di waktu yang bersamaan. Aku tidak tahu bagaimana, tapi saat itu, aku merasa seperti sedang terpojok. Apa yang aku lakukan juntuk melepaskan diri dan berusaha menjaga kesadaran justru malah membuatku semakin sakit, membuatku sesak setengah mati. Beberapa detik kemudian aku seperti ditarik ke dalam dan akhirnya... menghilang."

"Dan saat aku bangun, aku melihat ada dua orang berkelahi di depanku dengan membawa sebuah palu dan pelontar paku. Aku tak bisa membiarkan sahabatku ikut terbunuh di depanku, jadi aku segera melompat dan mendorongnya tanpa sadar. Karena tindakanku itu, sebuah paku menusuk bola mata kananku. Mungkin, hanya mungkin, pengelihatanku dapat pulih seperti sedia kala jika mataku tidak dicongkel dengan paksa."

"Kobayashi... astaga. Aku... Aku turut berduka."

"Sakurazaka Academy. Jika kau bertanya-tanya insiden apa yang aku maksudkan. Aku kehilangan beberapa orang teman di insiden itu. Sungguh, jika mengingatnya lagi... dadaku terasa sesak dan aku ingin sekali menangis."

"Baiklah. Kelihatannya kau menyimpan sesuatu yang sulit di dalam sana, Kobayashi. Aku tahu itu pasti sangat berat bagimu dan mungkin jika kau tidak keberatan untuk berbagi beban yang kau bawa denganku, oh, aku akan sangat senang akan hal itu. Aku tahu perkuliahanmu benar-benar berat, eh? Pernah menemukan seseorang yang mengganggu ataupun sangat menyebalkan bagimu? Jika ada, apakah kepribadianmu itu bereaksi atas hal itu?"

"..."

"Kau tidak harus menceritakan sedetail mungkin Kobayashi. Kalaupun kau ingin berbicara mengenai hal yang buruk tentang orang tersebut pun tidak apa-apa. Aku tidak masalah jika kau berkata kasar. Itu normal."

"Aku memiliki jadwal kelas siang sekitar... 1 jam dari sekarang. Mungkin kita dapat melakukannya di hari lain, dokter?"

"Oh, tentu saja! Kau bisa menghubungiku lagi untuk mengatur jadwal temu."

"Terima kasih."

"Omong-omong, Kobayashi, sebelum kita mengakhiri pertemuan kita ini, mungkin aku perlu menyampaikan beberapa hal kepadamu. Karena segala prosedur yang akan kau jalani selanjutnya yang bergantung dengan keputusanmu. Dalam beberapa kasus, ada sesuatu yang tidak berjalan dengan baik atau bahkan lebih buruk dari yang kau bayangkan. Karena dalam proses rehabilitasi ini, kau harus melawan dirimu sendiri. Mungkin kau akan merasa sakit, lebih sakit dari sebelumnya. Tapi aku tahu, kau cukup tangguh untuk berjuang dan aku yakin kau juga berpikir demikian. Namun, Kobayashi. Melihat kondisimu ini... aku khawatir, kita akan mengalami hal-hal yang sulit nanti. Kau tahu, DID adalah kondisi yang tak bisa benar-benar disembuhkan. Kau harus menemukan kembali apa penyebab dari rasa sakitmu itu dan memaksa dirimu sendiri untuk berdamai dengan mereka. Ini adalah sesuatu yang sangat berat untuk mengingat semua peristiwa yang kau alami bertahun-tahun ke belakang, dan ini dapat membuatmu merasa sangat tertekan kemudian. Prosedur ini mungkin cukup berbahaya dan kau harus membuka matamu atas fakta bahwa kau mungkin tidak akan bisa sepenuhnya kembali, jika kau gagal."

"Tunggu dulu. Apa maksudnya dengan aku tidak bisa kembali?"

"Kau pasti mengerti Kobayashi. Dalam menjalani prosedur terapi yang akan diberikan, bukan tidak mungkin kau akan merasa putus asa karena memorimu akan bercampur dengan memori semua kepribadianmu yang lain. Memori yang baik tidak akan menyakitimu tetapi memori yang buruk... ya, mungkin akan membuatmu merasa ingin mengakhiri hidupmu sendiri."

"...begitu ya."

"Tapi jangan khawatir. Kami akan terus melakukan pengawasan ketat selama kau menjalani masa rehabilitasi dan kami perlu kerja samamu dalam prosedur yang akan kami lakukan selanjutnya. Oleh karena itu, Kobayashi, kau perlu membaca semua penjelasan yang ada pada dua belas lembar kertas persetujuan ini. Kau harus benar-benar memikirkannya dengan matang sebelum membuat keputusan dan menandatanganinya."

"Sebagai informasi, tujuan utama kita berdua adalah berusaha dan mencari tahu bersama-sama bagaimana cara alter yang kau miliki itu dapat terintegrasi menjadi satu dalam kepribadianmu, maksudku, kepribadian utama. Ya, kau sendiri. Dan juga, seandainya itu mengalami kegagalan, maka kau diharapkan memiliki kontrol yang lebih baik atas masing-masing kepribadian yang kau miliki. Sehingga kau tidak akan mengalami kondisi seperti perubahan kepribadian secara tiba-tiba."

"Sebentar."

srak!

tak tak tak tak!

"Jadi... kau menyetujui ya?"

"Ya. Aku... hanya tak ingin apa yang pernah terjadi di masa lalu terulang kembali. Aku tahu semua prosedur itu akan menyakitiku nantinya, tapi itu lebih baik daripada aku terus hidup seperti ini. Jika aku gagal, biarlah. Memang lebih baik aku mati daripada melukai atau bahkan membunuh orang-orang yang berharga bagiku. Aku tak ingin melihat kedua tanganku kembali dilumuri oleh darah."

"Baiklah, karena kau sudah menyetujui surat perjanjian ini, jadi kita bisa melakukan prosedur lanjutan setelah ini. Tentu setelah kau mengajukan jadwal temu."

"...Dokter, mungkin kita bisa segera mengakhiri rekaman ini."

"Sebentar. Kobayashi? Kau baik-baik saja?"

"Sepertinya kita perlu melaksanakan prosedur yang ada dalam buku aturan nomor 8?"

"Aku bilang, sebentar. Dengan siapa aku berbicara sekarang?"

"Aku tidak tahu jika ada seseorang yang berani duduk di depanku seperti ini. Bahkan dengan jarak kurang dari tiga meter? Itu adalah hal yang baru bagiku. "

"Maaf, Kobayashi?"

"Kobayashi? Oh... aku mengerti. Jadi dia berusaha untuk melenyapkanku lagi ya?"

"Huh? T-Tunggu, matikan rekaman...!"

"Kau terus mengetikkan sesuatu disana, aku jadi penasaran. Sebenarnya apa yang kau tulis tentangku? Toh, tidak ada yang menarik."

"Hanya untuk laporan perkembangan observasi. Jadi... ada berapa kepribadian yang kau ingat?"

"Kalau tidak salah, aku mengenal tujuh orang. Tapi aku tidak mengingat nama mereka dan hanya mengingat bagaimana mereka menceritakan sosok mereka di buku catatan yang biasanya kami pakai untuk saling berkomunikasi. Remaja SMA berusia 18 tahun, seorang laki-laki berusia 28 tahun yang mengaku sedang bekerja di kepolisian, seorang hakim muda yang sangat cerdas dan ambisius, seorang guru perempuan yang terlalu bersemangat untuk usianya, seorang remaja laki-laki jenius yang terlalu banyak diam, seorang pembunuh berantai, dan anak kecil yang hanya suka menangis. Aku tidak bercanda dengan yang terakhir, itu sangat menyebalkan."

"Dan kau?"

"Aku?"

"Ya, kau. Siapa namamu dan seperti apa dirimu?"

"Hmmm... entahlah. Aku tidak pernah ingat jika aku memiliki nama. Aku juga tidak mengingat apakah aku memiliki sosok tertentu, tapi aku ingat Fujiyoshi Karin memanggilku sebagai 'Dia Yang Tidak Bernama' saat aku pertama kali muncul dan melindungi Yui dari perkelahian. Dan, jika kau bertanya seperti apa aku sebenarnya, aku juga akan mengatakan bahwa aku tidak memiliki sosok tertentu. Kau bisa melihatku sebagai Kobayashi Yui jika kau mau. Sejak kecil, aku selalu melindunginya tiap kali ia dirundung. Hingga tanpa sadar aku jadi merasa bertanggung jawab setiap kali aku sadar dan melihat beberapa bekas luka yang ada di wajah, tangan dan kakinya. Bagaimana caraku melindungi anak itu? Kau tidak perlu tahu."

"Aku terus melakukan hal itu hingga suatu hari aku tahu orang tua Yui berencana untuk memasukkan Yui dalam fasilitas rehabilitasi untuk menghapus presensiku dari kehidupannya. Bukankah itu sangat tidak adil? Mereka baru saja datang dalam kehidupan Yui, tetapi mereka sudah bersikap seenaknya seperti itu. Mereka bilang aku berbahaya, itu omong kosong! Aku hanya melakukan apa yang tidak bisa mereka semua lakukan selama ini--melindungi Yui, dan mereka bilang itu berbahaya?"

"Kau melindunginya dari apa, dan seperti apa? Mereka tidak mungkin serta merta membawa Yui tanpa alasan yang kuat. Aku berasumsi, kau memang telah melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan, dan itu telah membuat kedua orang tuanya merasa... terancam."

"Kau memiliki hak untuk bertanya padaku dan aku juga memiliki hak untuk mengabaikan pertanyaanmu."

"Oh, baiklah. Jadi, tujuh... delapan, termasuk dirimu?"

"Salah. Sembilan. Yui sebagai host, aku, dan tujuh orang tadi."

"Kobayashi Yui memiliki sembilan kepribadian dengan satu dari mereka memiliki posisi yang lebih dominan dari yang lainnya. Kau bahkan bertindak seolah-olah kau adalah seorang host."

"Tentu saja! Akulah orang yang memiliki kemampuan untuk mengizinkan kepribadian lain untuk keluar atau tidak. Jika tidak begitu, Yui akan kacau. Tidak ada yang bisa menebak kegilaan macam apa yang kepribadian-kepribadian itu lakukan jika mereka sampai datang dan pergi semau mereka sendiri."

"Itu berarti kepribadian-kepribadian itu hampir tidak pernah muncul sebelumnya hingga Yui sampai tidak menyadari bahwa ia memiliki lebih dari lima kepribadian lain dalam dirinya? Huh, kau lebih licik dari yang aku duga. Di sisi lain kau juga cerdas. Tapi tidakkah itu justru mengganggu Yui?"

"Tidak. Yui memang tidak mengetahui keberadaan tujuh kepribadian lain karena di alam bawah sadarnya, Yui tidak membiarkan mereka keluar sejak lama sebagai akibat dari rehabilitasi yang pernah ia terima sewaktu ia masih anak-anak. Usahanya memang berhasil, ia hampir bisa berdamai dengan kepribadian-kepribadian itu. Tetapi tidak denganku."

"Kenapa bisa begitu?"

"Bagaimana ya? Entahlah, aku juga tak tahu. Kau yang lebih berpengalaman disini, kenapa bukan kau saja yang menjelaskan kepadaku mengapa hal itu bisa terjadi, eh?"

Srek srek

Klik

"Baiklah, sekarang, maukah kau memberikan izin pada salah satu kepribadian itu untuk keluar dan menyapaku. Dimana mereka semua? Aku tentu akan merasa senang jika dapat bertemu dengan mereka semua. Kita akan mengobrol santai disini, saling bercerita layaknya sepasang kawan lama."

"Aku takut aku tidak bisa memberikan apa yang kau inginkan. Itu karena aku telah membunuh mereka semua sejak lama."

"...maaf, apa?"

"Aku membunuh mereka semua. Keberadaan mereka hanya mengganggu eksistensiku sebagai alter yang paling kuat. Dan setelah ini, aku akan menghapus keberadaan Yui seperti aku melakukan hal yang sama pada kepribadiannya yang lain dan merebut posisinya sebagai host."

"Bagaimanapun juga kau tidak akan bisa melakukan itu, Yang Tak Bernama. Yui tetap menjadi host dan kau tidak bisa mempengaruhinya. Kau harus tahu dan memahami benar bahwa kau hanya sebatas kepribadian yang dia buat sendiri. Kau dibuat olehnya sehingga jelas, kau tak bisa menggantikan posisinya sebagai host. Dia bisa melenyapkanmu jika mau."

"Tapi, Dokter. Selama ini, ia tetap tidak bisa melenyapkanku lho."

"Untuk sekarang, memang tidak. Tapi kita lihat apa yang akan terjadi di masa yang akan datang."

KLIK

"Keluarga Kobayashi mengadopsiku ketika aku berusia enam... tidak, tujuh tahun. Ibu Kepala Panti memperkenalkan mereka kepadaku sebagai pasangan suami istri yang memiliki suara merdu. Aku tak mengerti, bahkan ingin tertawa. Apa alasan dia memanggil calon orang tua asuhku seperti itu? Saat aku bertemu langsung dengan mereka, aku langsung mengerti. Cara mereka berbicara sangat berbeda dengan orang-orang yang pernah aku temui. Tutur katanya sangat sopan, lembut dan penuh perhatian. Aku dapat merasakan keramah tamahan dari intonasi ucapan mereka. Mereka memanggilku, dan aku datang mendekati mereka. Meskipun sedikit takut karena anak-anak yang ada di sekitarku masih juga tidak berhenti mencibirku dengan panggilan aneh."

"Teman-temanmu selama di panti asuhan? Mereka memanggilmu apa?"

"Mereka memanggilku monster. Aku tahu mereka sangat membenciku, mereka bahkan tidak ragu menghina ataupun melukaiku di depan teman-teman yang lain. Aku tidak pernah mau melawan karena aku tahu mereka akan semakin merundungku. Kenapa aku tidak melaporkan ini pada orang dewasa yang ada disana? Huh, orang-orang itu hanya mengatakan bahwa yang mereka lakukan itu adalah cara mereka untuk mencari teman. Bercanda dengan teman-teman baru mereka. Ah, bullshit."

"Saat Ibu Panti membawa kami ke ruangannya, aku masih saja merasa takut. Aku takut, sangat takut jika sewaktu-waktu mereka menganggapku sebagai monster juga. Aku takut mereka akan mengembalikanku atau bahkan, membuangku. Tapi... mereka tidak melakukannya. Saat mereka selesai menandatangani beberapa lembar kertas yang aku tidak tahu apa isinya, Nyonya Kobayashi langsung memelukku dengan erat. Ah... hahaha, ini... membuatku sedikit terharu. Mengetahui bahwa ada yang mau menerimaku seperti itu, aku selalu tak bisa menahan diri untuk tidak berkaca-kaca. Ia mengatakan padaku bahwa mulai detik itu, namaku berubah menjadi Kobayashi Yui. Itu nama yang bagus. Sangat bagus. Karena pada akhirnya, aku memiliki nama keluarga yang bisa disandingkan dengan nama kecilku sendiri."

"Aku sempat mengira bahwa aku akan memiliki seorang kakak atau adik, tapi ternyata tidak. Nyonya Koba--ah, koreksi, Ibu memberitahu jika kakakku sudah berada di tempat yang saangaat jauh jadi kami berdua tidak akan bisa bertemu. Aku baru menyadari jika kakakku sebenarnya sudah meninggal dunia. Aku baru tahu saat Ibu mengajakku untuk melihat album foto bersama-sama."

"Tuan Kobayashi adalah seorang pengusaha yang sangat sibuk sedangkan istrinya adalah seorang model sekaligus penulis novel lepas, terkadang menulis artikel di blog. Mereka berdua dapat dikatakan sebagai seorang musicophile. Disela-sela kesibukannya dalam mengurus perusahaan, Ayah menyempatkan diri untuk mengajariku bagaimana cara membaca notasi musik dan bagaimana cara memainkan grand piano. Aku... tidak akan pernah lupa bagaimana suaranya beratnya tertawa ketika ia menyadari tanganku terlalu kecil untuk menekan lebih dari tiga tuts dalam waktu bersamaan. Jika dibandingkan dengan Ayah, Ibu lebih banyak berada di rumah. Ia selalu mengantarkan dan menjemputku di sekolah dan biasanya, ketika sepulang sekolah, ia sudah menunggu di depan gerbang dan menyapaku dengan senyumannya yang manis. Ibu juga sering mengajarkanku teknik Bel Canto, kau tahu, teknik khusus yang digunakan saat kau menyanyikan lagu seriosa. Yah, meski hingga sekarang aku masih juga tidak bisa mencapai nada setinggi itu."

"Dapat dikatakan aku tumbuh besar bersama dengan musik. Kurang lebih, mereka telah menjadi bagian penting dalam hidupku. Sejak mereka mengetahui bakatku di bidang itu, mereka tentu sangat senang hingga mereka mulai mendaftarkanku untuk mengikuti kursus."

"Pernah suatu ketika, Ayah mengajakku untuk menemaninya dalam pertemuan bisnis bersama rekan-rekan kerjanya yang lain. Nah, disitulah aku bertemu dengan seorang anak perempuan yang paling menyebalkan disana. Anak itu tidak pernah bisa diam. Mungkin pantatnya akan bisulan jika ia duduk diam dan berhenti menjahili anak lainnya. Tidak ada yang berani menegurnya karena ia adalah putri tunggal dari Laksamana Madya Angkatan Laut. Ya, anak ini bernama Watanabe Risa. Siapa sangka, anak sialan itu justru menjadi kekasihku sekarang. Beberapa tahun kemudian, di acara yang sama, kami bertemu dengan anak pemalu yang berdandan selayaknya Tuan Putri. Lucunya, anak itu selalu membawa boneka kuda bersamanya. Aku ingat betul, kami berdua menertawakannya karena hal itu. Pada akhirnya, anak itu mendekati kami dan menawarkan kuda miliknya. Ia juga memperkenalkan dirinya sebagai Sugai Yuuka."

"Mungkin disinilah masalah akan dimulai. Suatu hari, aku menemukan diriku sendiri berdiri di dekat pot bunga bersama dengan bangkai kucing yang penuh darah. Ayah yang baru kembali dari kantornya menemukanku dengan keadaan seperti itu, tampak sangat khawatir. Pikirnya, aku terluka. Namun, begitu ia menyadari ada bangkai kucing yang ada di dekat kakiku, raut wajahnya seketika berubah. Aku tahu ia berusaha untuk bersikap normal saat ia menuntunku untuk masuk ke dalam, hendak mengobati luka cakar yang ada pada lengan dan wajahku. Aku berpikir, ia mungkin akan membahas hal ini saat makan malam dan Ibu akan memarahiku untuk yang pertama kalinya. Tapi ternyata perkiraanku itu salah. Ia tidak mengatakan apapun dan hanya berbincang seperti biasa. Selama beberapa hari ke depan, Ayah bahkan tidak membahas hal itu setiap keluarga kecil kami berkumpul. Meskipun aku sudah tahu, Ayah sudah memberitahu Ibu tentang hal itu."

"Kalau tidak salah ingat, satu setengah bulan sejak insiden itu... mereka kembali ke panti asuhan dan berkonsultasi dengan Ibu Kepala Panti. Menanyakan tentang apa yang terjadi denganku, dan bagaimana aku bisa menjadi seperti itu. Aku mendengar mereka berdua mengobrol di dapur tepat saat tengah malam, berpikir aku telah tertidur pada jam itu sehingga mereka memilih waktu tengah malam untuk membahas hal ini. Secara kebetulan aku terbangun dan mendengar suara mereka berdua, lalu... yeah, aku mencuri dengar. Karena itu juga lah aku tahu alasan mengapa teman-temanku menyebutku sebagai monster. Dan mungkin saja, saat itu adalah pertama kalinya, alterku ini muncul."

"Bagaimana, Kobayashi?"

"Saat mereka merundungku, aku tanpa sadar menggigit jari salah satu dari mereka hingga putus. Dan beberapa jam kemudian, aku bersikap seolah tidak terjadi apa-apa dan sama sekali tidak tahu jika kekacauan itu disebabkan olehku--ralat, oleh alterku. Tak hanya itu, mereka bilang, aku juga memukuli dua anak lainnya dan melemparkan mereka ke dalam parit. Membiarkan dua anak itu berada disana selama dua hari."

"Setelah berunding dengan rekan Ayah yang bekerja sebagai psikiater, mereka akhirnya memutuskan untuk memasukkanku dalam fasilitas rehabilitasi di usiaku yang baru menginjak sepuluh tahun. Aku tidak mengingat apa alasan aku mengalami breakdown separah itu, karena yang aku tahu, begitu aku sadar aku sudah berada di sebuah tempat berwarna putih yang asing. Aku ingat, ada seorang perawat muda yang mendatangiku waktu itu, barangkali ia masih berusia 24 tahun. Ia menjelaskan dimana aku berada dan apa yang harus aku lakukan selama berada di tempat itu. Tentu aku sangat sedih saat aku tahu tidak akan ada Ayah dan Ibu yang menemani, bahkan perawat itu sepertinya juga merasa iba karena bocah sekecil itu ditinggalkan sendirian di fasilitas rehabilitasi dengan gelang berwarna merah yang melingkar di tangan kananku."

"Apakah gelang itu memiliki arti khusus?"

"Singkatnya, gelang merah itu mengartikan jika aku memiliki kondisi tertentu sehingga perlu dijadikan prioritas daripada pasien lain. Silver Lake sepertinya tidak memakai penanda seperti itu, ya?"

"Ah, beberapa tahun yang lalu kami menggunakan gelang logam sebagai tanda pengenal. Namun, sejak ada pasien yang melukai seorang perawat dengan gelang tersebut, kami memutuskan untuk melepaskan semuanya dan memakai sistem digital yang tertempel di depan pintu pasien."

"Sampai dimana kita tadi? Baiklah, waktu itu aku lebih kecil dan kurus. Ditambah lagi, dengan bekas luka yang aku dapatkan dari perundungan itu, mungkin ia berpikir jika aku adalah korban kekerasan dalam rumah tangga. Perawat itu selalu mendatangiku setiap pagi, menyapaku di depan pintu, mengantarku dan bahkan menemaniku sarapan. Ia juga mengajariku tentang aritmatika dasar dan beberapa bidang ilmu lain, terutama di bidang medis seperti bagaimana cara melakukan pertolongan pertama dalam kecelakaan. Ia bercerita banyak hal yang tentunya tidak jauh dari pekerjaannya dan hal-hal yang ia sukai selama ia bekerja di fasilitas. Mungkin ia sengaja menceritakan semua itu untuk memberikan kesan bahwa tempat itu bukanlah hal yang buruk sehingga aku tidak perlu takut meskipun tidak ada orang tua yang menemani. Dia tetap menjadi temanku selama beberapa bulan hingga kemudian perawat itu tidak pernah datang lagi."

"Apa yang terjadi padanya? Apakah ia dipindahkan ke bangsal lain atau barangkali ke rumah sakit lain?"

"...A-Aku mendengar dari Dokter yang bertanggung jawab atas diriku, ia mengatakan bahwa aku menusuknya berkali-kali dengan garpu saat ia datang ke ruanganku di malam hari. Aku mengelak, tentu saja! Aku benar-benar merasa tidak melakukannya. Aku tidak mungkin melukai orang yang sudah aku anggap seperti kakakku sendiri. Itu bukan aku, yang melakukannya pasti orang lain, begitulah aku membela diri. Aku lebih percaya ia meninggalkanku karena mungkin aku telah menjadi anak nakal tetapi dokter itu akhirnya tidak mengatakan apapun lagi dan menunjukkan sebuah bukti dari bekas darah pada lantai koridor, juga percikan darah pada dinding dan daun pintu bangsal."

"Aku tidak tahu. Aku benar-benar tidak tahu dan tidak mengingat apapun yang berkaitan tentang bekas darah itu. Saat aku berusaha untuk mengingat kembali, aku tidak dapat menemukan apapun selain kepalaku yang mendadak seperti dihantam oleh benda tumpul. Rasanya sakit. Sakit sekali."

"Mulai dari hari itu, aku mulai sepenuhnya sadar dan percaya bahwa ada sesuatu yang tak beres dalam diriku. Dokter pernah berkata tentang manusia yang memiliki beberapa kepribadian lain dalam dirinya--kepribadian baik dan jahat yang tak sengaja dibentuk ketika seseorang merasa terancam, dan perlu membuat perlindungan diri ketika tidak ada seorang pun yang melakukan itu untuknya. Kupikir itu benar-benar menyedihkan, dan karena aku adalah salah satu pengidap gangguan itu, maka aku merasa kasihan pada diriku sendiri. Di sisi lain, aku merasa sangat bersalah karena telah melukai orang yang sangat berharga bagiku, kendati aku tahu bukan aku yang melakukan hal itu."

"Yah, pada akhirnya aku berhasil menuntaskan rehabilitasi dan keluar dari sana setelah dua tahun. Dokter memberikan saran pada orang tuaku, untuk tidak membiarkanku dilukai secara fisik. Tidak membiarkanku mengingat segala sesuatu yang berkaitan tentang masa lalu ku sebelum menjadi bagian Keluarga Kobayashi dan bertemu dengan orang-orang dari Panti Asuhan. Ia bilang, hal-hal itulah dapat yang menjadi pemicu kepribadianku yang lain muncul."

"Bersamaan dengan rampungnya masa rehabilitasi, perusahaan Ayah menjadi semakin sukses. Sehingga keluarga kami memutuskan untuk pindah dari rumah keluarga kami yang ada di Gunma, ke Tokyo. Kami memulai hidup baru di sana. Selama bertahun-tahun kehidupanku terasa sangat normal sebagaimana layaknya remaja yang sedang bertumbuh dewasa meskipun aku tetap harus hidup berdampingan dengan obat. Tapi sungguh, masa itu adalah masa dimana aku benar-benar merasakan kebahagiaan. Dan... semua itu seketika berubah sejak aku masuk ke akademi terkutuk itu hahaha."

"Kobayashi, apa kau masih ingat masa sebelum kau tinggal di panti asuhan? Apa kau masih ingat bagaimana orang tua aslimu? Atau... semuanya. Semua yang terjadi sampai-sampai kau berada di panti asuhan selama beberapa tahun?"

"Uh, itu... aku sama sekali tidak ingat."

"Bahkan sedikit pun?"

"Iya. Bahkan aku merasa bahwa sejak awal aku memang dilahirkan untuk ditinggalkan, dan disiksa di sana."

"Baikah... Kobayashi, sebenarnya beberapa hari yang lalu, kepribadianmu yang lain... muncul."

"Apa?"

"Kau tidak mengetahui hal ini? Kau tidak merasakan kejanggalan apapun seperti sakit kepala, pendarahan atau apapun seperti yang pernah kau katakan sebelumnya?"

"T--Tidak."

"Tak apa, tenanglah. Kepribadianmu itu... hanya menceritakan beberapa hal pada kami dan tidak melakukan sesuatu yang berbahaya. Begini... kau, memiliki sembilan kepribadian yang kau simpan dalam dirimu, bukan hanya dua. Apa yang ia ceritakan dengan apa yang kau katakan juga selaras, tentang rehabilitasi yang pernah kau terima dulu. Sehingga sekarang, kita dapat menyimpulkan bahwa kepribadianmu inilah yang telah melukai si perawat itu dan juga anak-anak yang pernah merundungmu. Kobayashi, kalau boleh jujur, aku hampir terkejut saat ia mengatakan ini. Apa kau bersedia mendengarnya?"

"Sembilan? Tapi... aku tidak merasa pernah berkomunikasi dengan mereka semua. Tidak mungkin, pikiran kami tidak pernah sejalan. Dia pasti berbohong."

"Kau tidak pernah mengetahui keberadaan kepribadian lainnya karena dia sengaja menutupi mereka semua dan membunuh mereka tanpa sepengetahuanmu, Kobayashi. Kepribadianmu yang satu ini terlalu berbahaya. Karena ia adalah kepribadian yang lebih dominan daripada yang lainnya, bahkan cenderung hampir menyamaimu sebagai seorang host. Yang tidak aku duga disini, ia membunuh, dalam tanda kutip, kepribadianmu yang lain sehingga mereka tidak pernah muncul lagi. Ia tidak dapat memberiku keterangan lain seperti nama dan yang lainnya, tetapi ia percaya bahwa dirinya sendiri adalah Kobayashi Yui yang asli. Sehingga dengan kata lain, kepribadianmu yang satu ini berniat untuk mengambil posisimu sebagai host. Ia juga menyebutkan tentang seseorang bernama Fujiyoshi Karin...? Jadi Fujiyoshi ini memberinya nama sebagai 'Dia Yang Tak Bernama' dan ia mengatakan jika ia bertemu dengan Karin saat melindungimu dari perkelahian. Apakah baru-baru ini... dia muncul?"

"Ya. Dia muncul. Dia muncul kembali, setelah sekian lama saat aku berusia tujuh belas tahun. Seperti yang ia katakan, saat itu Fujiyoshi Karin nyaris dihajar habis-habisan oleh senior kami. Sebagai vice-president dari Dewan Pelajar, tentu aku tidak bisa menutup mata atas kejadian itu sehingga aku membantunya meski pada akhirnya si perundung itu malah menumbangkanku dengan pukulan di kepala. Gigiku sampai patah dibuatnya. Lalu... semuanya menjadi gelap dan mungkin... mungkin saat itulah dia muncul."

"Lalu saat itu, dari ruang musik. Ia hampir merebut kesadaranku. Tapi aku berhasil mencegahnya dengan merobek telapak tanganku. Memang sakit sekali, tapi itu tidak sebanding dengan rasa sakit yang terjadi saat ia berusaha mengacaukanku dari dalam. Dari catatan yang ia tinggalkan, aku mengetahui apa yang ia lakukan. Salah satunya adalah menyuruh teman-temanku untuk menculik dan memukuli salah seorang siswi di lingkungan luar sekolah, peristiwa itu berakhir dengan pembunuhan yang merenggut nyawa lima orang. Aku... baru mengetahui hal ini beberapa bulan setelahnya. Huh, rasanya aku hampir gila saat itu. Situasi yang berantakan membuatku nyaris mengakhiri hidupku sendiri. Terutama--"

"Terutama?"

"T--Terutama saat aku diculik. Aku sudah pernah mengatakan hal ini padamu di hari pertamaku. Aku... tidak ingin mengatakannya lagi. Itu terlalu menyakitkan untuk diingat."

"Baiklah. Lalu, tentang Fujiyoshi ini. Dimana dia? Karena dia pernah bertemu dengan kepribadianmu yang lain, aku jadi berpikir jika dia--"

"Fujiyoshi Karin... ia sudah tidak ada. Dia salah satu korban dari pembunuhan di Sakurazaka Academy."

"Sungguh, maaf."

"Tidak masalah."

"Kau sudah hampir tidak merasakan gejala apapun saat kepribadianmu berganti. Aku jadi khawatir kau hampir tidak bisa memiliki kendali atas kesadaranmu sendiri. Bukan tidak mungkin suatu hari nanti kalian berdua akan menjadi satu."

"HAH?"

"Tidak, astaga, aku hanya bercanda. Jangan khawatir, Kobayashi. Itu sangat jarang terjadi. Namun, untuk menghindari hal itu... kau perlu menjalani proses rehabilitasi ini dengan baik ya? Jangan pernah melewatkan waktu untuk meminum obat-obatan yang seharusnya kau konsumsi. Itu bisa membantumu untuk tetap menjaga kesadaranmu, mengerti?"

"...tentu, baiklah."

"Tapi aku tidak bercanda tentang kepribadianmu yang berbahaya ini, Kobayashi. Aku--aish, bagaimana aku mengatakan ini. Kepribadianmu ini memiliki potensi untuk menjadi pembunuh, atau sejenisnya. Ia terlihat begitu ingin melukai orang lain. Terutama kau, oleh karena itu ia berniat untuk menempati posisimu. Hal ini terjadi karena kau pernah berusaha untuk melenyapkannya belasan tahun yang lalu, saat rehabilitasi pertamamu. Mulai saat ini, kau harus berhati-hati. Jangan pernah melewatkan prosedur yang kami berikan khusus untukmu, dan jangan pernah melewatkan obat-obatan yang kami resepkan padamu. Ini untuk kebaikan kita semua, Kobayashi."

"Rekaman ke-76, observasi satu lawan satu dengan pasien nomor 199746 atas nama Kobayashi Yui."

"Hanya tersisa beberapa bulan lagi, Kobayashi. Entah mengapa aku merasa hubungan kita bukan lagi sebatas dokter dengan pasiennya. Malah, aku menganggapmu sebagai adikku sendiri. Jika kulihat, sejauh ini kau sudah mengalami perkembangan yang sangat baik. Bahkan, lebih baik daripada yang aku pikirkan sampai-sampai kau mampu menyelesaikan prosedur-prosedur ini lebih cepat dari yang aku duga. Setelah semuanya selesai, kau bisa pergi dari sini dan melanjutkan hidupmu dengan lebih baik."

"Akhirnya."

"Segala sesuatu yang pernah menyakitimu di masa lalu, baik secara sadar dan tak sadar, dapat menjadi pemantik bagi kepribadian lainmu untuk muncul dan menguasai tubuhmu. Karena memang, pada dasarnya, kau membentuk alter ini di luar kesadaranmu sendiri untuk mempertahankan dirimu dari rasa sakit yang kau alami. Kau berandai-andai jika ada seseorang yang dapat melindungimu dari semua itu, dan pada akhirnya kau berhasil menciptakan sisi lain dari dirimu. Membuatmu merasa jauh dari trauma berat yang mengganggumu secara psikologis. Tidak mengapa, itu hal yang wajar bagi seseorang untuk mencari perlindungan ataupun pelarian dari sesuatu yang melukai mereka."

"Kepribadianmu ini, muncul saat kau dilukai secara fisik. Terutama pada saat kau dirundung pada waktu itu, ia bertugas untuk melindungimu saat kau disakiti. Ia tak bisa merasakan sakit, seperti yang kau harapkan. Dia selalu muncul, karena memang seperti itulah pemicunya. Tak hanya itu luka fisik, orang-orang yang berkaitan dengan masa lalu traumatis yang kau alami itu juga bisa menjadi pemicunya. Inilah alasan mengapa dulu, kau dilarang untuk kembali lagi ke lingkungan panti. Tak hanya itu, peristiwa pembunuhan massal yang kau alami tahun lalu juga menjadi salah satunya. Sebab, setelah peristiwa itu, kau hampir tidak memiliki gejala apapun saat mengalami transisi. Itu karena ia hampir memiliki kendali penuh atas dirimu, ia hampir menguasaimu. Selama kau merasa terancam, terganggu, atau merasa sakit, kepribadianmu ini akan keluar dan menggantikan posisimu, agar kau tidak perlu merasakan sakit lagi."

"Dengan kata lain, Kobayashi, kau perlu menjaga jarak dari semua yang berkaitan dengan insiden itu."

"Apa-apaan...? Itu berarti, aku harus menghindari teman-temanku? Aku harus menghindari Risa?"

"Dengan berat hati, aku harus berkata, iya. Kobayashi, aku tahu ini sangat sulit bagimu tapi--"

"Tidak, tidak, tidak, tidak. Aku tidak bisa melakukan itu. Aku jelas tidak bisa, Dokter. Apakah--Apakah tidak ada cara lain? Apapun itu...?"

"Kau sudah menjalani rehabilitasi lebih dari satu kali, dan aku sangat yakin dokter yang menanganimu sebelumnya juga mengatakan hal yang sama. Aku khawatir, aku tidak bisa menemukan jalan lain lagi selain... melupakan semua orang dan sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa itu dan memulai kembali. Mungkin setelah masa rehabilitasimu selesai, kau bisa melanjutkan pendidikanmu ke luar negeri dan bekerja disana?"

"..."

"Aku... hanya memberimu saran. Kau tidak harus benar-benar melakukannya. Dengar, aku tahu ini sangat berat bagimu dan aku ingin sekali membantu. Masalahnya, kita tidak bisa bermain-main dengan prosedur yang sudah ada."

"Urgh, aku hanya perlu menyelesaikan ini semua kan?"

"Iya. Kurang lebih begitu."

"Katamu jika aku gagal di tengah jalan, maka akan ada kemungkinan aku akan mati."

"Dengan berat hati, aku mengonfirmasi hal itu."

"Kalau begitu, aku akan berhenti disini."

"Tunggu... apa? Kobayashi, kau tidak bisa. Apakah kau tidak ingin kembali?"

"Kalaupun aku kembali, aku tidak akan pernah bisa bertemu dengan teman-temanku lagi. Apa gunanya? Mereka adalah alasan mengapa aku bisa hidup sampai saat ini, melupakan mereka berarti sama saja dengan kehilangan diriku sendiri."

"Dan membuat mereka semua juga orang lain yang tidak tahu apa-apa dalam bahaya? Kupikir itu bukanlah keputusan yang bijak dan aku tidak menyetujuinya. Dan, selama kau menjadi pasienku, kau tetap menjadi tanggung jawabku. Kau tidak bisa melanggar perjanjian yang sejak awal kita sepakati."

"Kau pikirkan sendiri! Kau bisa mengatakan semua ini padaku, pada setiap pasien yang kau temui, hanya karena kau tidak mengalaminya seperti kami!"

"Kobayashi... dalam beberapa kasus kami harus melepaskan rasa simpati berlebihan pada orang lain, untuk sesuatu yang lebih baik. Life goes on, hanya seperti itu. Kita tidak bisa membiarkan sesuatu menahan diri kita untuk berkembang, bukan?"

"Terserah apa yang kau katakan."

"Kobayashi... oke. Tenanglah dulu. Tolong, atur napasmu."

"Ya... iya. Tentu saja."

"Jika kau masih ingin untuk berhenti disini, tidak masalah. Namun, tentu akan ada konsekuensi yang akan kau terima nantinya, salah satunya mungkin... memory chaos yang mungkin sesekali kau alami. Bukan tidak mungkin kau juga akan melihat atau mendengar apa yang seharusnya tidak ada sama sekali di dunia nyata. Obat-obatan yang kami berikan tidak bisa atau bahkan sulit untuk menahan semua itu, dan... skizofreniamu bisa jadi akan menjadi lebih parah dari sebelumnya. Juga beberapa konsekuensi lain yang tidak bisa kujelaskan disini."

"Aku tahu, Dokter. Aku tahu. Aku hanya... sepertinya aku masih belum siap dengan semua itu. Kau tahu... itu hanya menyakitiku. Rasanya lebih sakit daripada semua prosedur rehabilitasi yang sudah aku lalui selama beberapa tahun ke belakang. Mungkin ini karena aku masih tak bisa menerima dan tak bisa merelakan saja, lagipula... siapa yang mau melakukan itu, huh? Hanya... bagaimana. Ah, tidak. Aku mulai meracau lagi."

"Jika kau memang tidak ingin melupakan mereka semua, tidak masalah. Barangkali... masih ada jalan lain, seperti yang kau katakan. Seperti yang kau inginkan. Benar, aku tidak memiliki wewenang untuk memaksamu agar mematuhi tuntutanku, sungguh, maaf. Kau... hanya harus berusaha. Aku hanya ingin kau tahu, bahwa kau tidak sendirian disini."

"Baiklah, sepertinya waktu kita sudah hampir selesai, Dokter. Mohon bantuannya selama beberapa bulan ke depan, aku pamit."

"Tentu. Jangan lupa untuk terus meminum obatmu. Dan... jaga dirimu, Kobayashi."

KLIK

"Halo, selamat sore, aku Dokter Ayano dari Silver Lake Psychiatric Hospital. Dapatkah aku berbicara dengan Letnan Satu Watanabe Risa? ...oh? Begini, Watanabe. Maaf karena telah menghubungimu saat jam dinas, tapi kupikir ini sangat penting karena berhubungan dengan Kobayashi Yui. Aku berniat untuk mengatur jadwal temu untuk kita berdua secara pribadi, jika kau tidak keberatan?"

"..."

"Terima kasih banyak atas kerja samanya, Letnan. Aku sangat mengapresiasi hal itu."















Author notes (curhat):
Dari sini kita bisa sadar kalau mungkin sosok Fujiyoshi Karin dan hantu-hantu lain yang pernah dia lihat itu juga nggak nyata dan cuma halusinasi yang muncul karena jauh di alam bawah sadarnya, Yui masih percaya temennya itu masih hidup. Kita juga tau lebih jelas lagi, kalau sejak di buku pertama Kobayashi Yui ini termasuk karakter yang bermasalah (dibalik orangnya lebih kalem dari anggota The Elites dan cerdas).

Rekaman ini dibuat di tahun 2023, dua tahun setelah insiden Sakurazaka Academy (Unnatural) dan delapan tahun sebelum serangkaian insiden Black Mail (Unnatural II) yang terjadi pada tahun 2031. Pihak Silver Lake hanya memberikan beberapa CD buat Yui, harusnya lebih dari 4. Tau sendiri kan, sisanya kemana? hehehe.

Ingat di chapter sebelumnya? Kalian seharusnya nemu alat perekam suara di basement, tempat alter Yui ngelakuin semua aktivitas. Jadi, selanjutnya bakal chapter khusus yang isinya rekaman yang dia buat. Tentu, berdasarkan sudut pandang si alter. Gatau kapan, karena habis ini ada special chapter. Jadi habis itu mungkin. Nah, habis special chapter langsung gas chapter 24 yang mana udah tinggal beberapa langkah menuju puncak dan selesai di epilog (ini nyiksa bgt btw. aku ngga tega nulisnya, help)

Hhhhhh, aku baru ngerasa kalau sequelnya ini LEBIH BERAT dari yang pertama. Smp pusing loh aku :)

Anw, gaada yang mau ngasih nama buat alternya Yui kah? Headhunter, mad dog, doberman cuma nama julukan yang dikasih polisi buat dia.

Btw, ada pertanyaan?

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top