7

"Apa dia akan mati?" tanya seseorang yang terdengar khawatir di dekat dirinya.

Sebuah suara mengaduh terdengar menyusul dari sumber yang sama. "Jangan berbicara sembarangan, Jordan." Itu suara Kat.

"Tapi dia terlihat begitu diam, kau lihat sendiri kan keadaannya?" tanya cowok itu lagi-yang kemudian disusul dengan suara mengaduh.

Emily merasakan sesuatu yang cukup dingin menempel di dahinya. "Suhu tubuhnya juga tinggi sekali."

Garry? batinnya kembali menebak. Apa yang terjadi?

Emily sangat ingin membuka matanya dan melihat keadaan yang berada di sekitarnya, tapi kedua matanya terasa berat sekali. Dalam hati dia mendesah frustasi, merasa penasaran serta tidak nyaman dengan keadaannya yang tidak berdaya diantara ketiga vampir yang sedang mengurumuninya entah di mana.

"Keluar kalian semua," ujar seseorang dengan nada ogah-ogahan. "Kalau kalian tetap berkerumun di sini, bagaimana dia bisa sehat kembali?"

Suara Amanda dengan pasti menunjukkan keberadaan diri Emily sekarang, di kamarnya, mungkin.

"Kami hanya mengkhawatirkan keadaannya," ujar seseorang dengan tenang. Liene mungkin. "Kau tahu sendiri kan kalau dua jam yang lalu dia pingsan di tengah jalan?"

Suara kedua anak cowok menyetujuinya.

"Dia akan baik-baik saja," ujar Amanda menolak alasan mereka. "Sebaiknya kalian pulang. Kalian sudah tahu khasiat obat yang kuberikan kepadanya tadi, kan?"

"Tapi...."

"Pulanglah." Suara Amanda terdengar mengakhiri percakapan.

Dalam beberapa menit yang cukup singkat dan tanpa perlawanan yang berlebih, Emily dapat mendengar para vampir itu segera berberes dan meninggalkan kamarnya dengan pintu yang terbuka. Dia merasa lega, walaupun tubuhnya masih terasa berat, paling tidak dia kembali merasa bebas untuk sesaat.

Cewek itu menghela napas dan kemudian berusaha menggerakan bagian tubuhnya yang masih terasa kaku-tangannya yang terkulai di samping tubuhnya, jemari di kakinya, matanya yang hanya bisa membuka separuh dan mulutnya yang menolak untuk membuka.

"Aku tahu kau bisa mendengarku dengan jelas," ujar seseorang tiba-tiba. "Kau bisa mendengar percakapan tadi juga kan?"

Emily hanya bisa terdiam, tidak bisa menunjukkan gerakan yang berarti.

Amanda, cewek yang bertanya itu, pun tidak mengatakan apa-apa lagi. Emily dapat mendengar suara pintu yang ditutup dan gerakan kursi yang digeser mendekati tempat tidurnya sebagai gantinya. Mungkin, cewek itu sedang memikirkan sesuatu yang penting hingga bisa terdiam tidak seperti biasanya.

Tubuhnya menegang ketika Amanda menempelkan jarinya pada sisi lehernya. "Ternyata efek obatnya berjalan lambat untuk kaummu," gumam cewek itu. "Apa karena ini diakibatkan oleh ikatanmu dengan cowok itu?"

Tidak ada jawaban. Amanda menatap pada Emily yang masih terlihat tegang dan sangat kaku.

"Ah," katanya seakan baru tersadar. "Apa aku lupa memberitahumu kalau sepersepuluh dari penduduk di sini mengetahui tujuanmu yang sebenarnya?"

Tubuh cewek itu masih menunjukkan reaksi yang sama, napasnya tertahan pada tenggorokannya yang tercekat. Emily tahu bahwa seharusnya dia tidak perlu kaget. Mike, vampir paruh baya yang pertama kali menemuinya saja, sudah mengetahui identitasnya dengan kata-katanya yang terkesan kalem.

Mengetahui tujuan werewolf muda yang dengan nekat tinggal bersama para vampir sendirian? tentu saja hal seperti itu sangat mudah untuk ditebak.

"Bernapas, gumpalan bulu. Kau bisa mati."

Bolehkah dia melempar sesuatu pada wajah datar cewek itu sekarang?

"Kau bukan vampir yang tahan tidak bernapas selama-lamanya," ujarnya lagi. "Dan jangan kaget karena tujuanmu datang kesini sudah diketahui, bau tubuhmu sudah menggambarkannya dengan cukup jelas dan Wayne adalah satu-satunya manusia yang tinggal disini. Tidak ada manusia lain selain dia dan selama ini kami juga bertanya-tanya dengan keberadaannya yang tetap menetap walaupun mengetahui identitas kami.

"Tapi akhirnya semua ini terpecahkan begitu kau datang, kami akhirnya tahu sebab lain dari keberadaan manusia itu di sini, kenapa hal itu bisa terjadi."

Emily diam, mendengarkan dan memikirkan banyak hal sekaligus dalam kepalanya. Mulutnya berusaha membuka untuk bertanya, tapi tidak ada kata yang masuk akal terbentuk di lidahnya, sia-sia saja.

"Tidurlah, aku akan memberitahu informasi yang sangat ingin kau ketahui nanti." Amanda berkata dengan cukup lembut untuk pertama kalinya. "Satu jam lagi aku akan kembali."

Amanda segera meninggalkannya sendirian di kamarnya.

~°~

Cewek itu berhasil membuka matanya kali ini. Pandangan matanya mengedar ke sekeliling ruangan yang agak gelap tersebut dan menyadari bahwa dia bukan berada di kamarnya, tapi di kamar cewek vampir itu.

Dia bangkit dari tempat tidur dan mengecek keadaan dibalik gorden yang tertutup rapat. Matahari sudah tidak terlihat lagi, dia hanya bisa melihat langit yang menggelap dan dipenuhi dengan awan mendung, kalau dia membuka jendela, angin mungkin akan menghembusnya dengan keras. Akan terjadi badai.

Lampu yang tiba-tiba menyala segera mengalihkan perhatiannya dan membuatnya menyernyit silau.

"Maaf mengagetkan. Kupikir kau masih tidur."

Emily menggelengkan kepalanya tanpa mengatakan apa-apa. Dia memerhatikan vampir cewek itu berjalan mendekatinya dan menyodorkan segelas susu hangat. "Habiskan."

"Thank's."

Amanda mengangkat alis, terlihat bingung. "Untuk apa?"

"Susu ini dan karena menyembuhkanku dengan obat-apapun-itu-namanya." Cewek itu terlihat menahan ekspresi wajahnya saat mengatakannya.

Dia masih mengangkat alis tidak mengerti, tapi pada akhirnya dia mengangkat bahunya dan beranjak untuk mencopot seprai dari tempat tidurnya. Dengan cukup cepat dia melipat seprai itu menjadi dua bagian dan meletakkannya di lantai kamar.

"Duduklah."

"Apa-"

Cewek itu memotong pertanyaannya. "Tempat tidurku sudah sangat bau, aku tidak ingin memperburuknya."

Emily mengangkat bahunya tak acuh, mengabaikan sindiran sengaja atau tidak sengaja dari cewek vampir itu dan memfokuskan dirinya untuk memikirkan apa yang ingin dia tanyakan. Menghubungkan kejadian dari sikap Chloe yang tampak gusar hingga dirinya yang bisa pingsan begitu tiba-tiba di tengah jalan. Gelas susunya dia letakkan di atas meja.

"Jadi, apa yang sebenarnya terjadi?" tanyanya pada akhirnya. Pertanyaan standar, dia tahu itu, tapi hanya pertanyaan itulah yang kemungkinan besar bisa merangkum jawaban yang dia inginkan.

"Tubuhmu terpengaruh oleh kondisi yang sedang dialami oleh mate-mu saat ini, efek dari cuci otak, kemungkinan besar," ujar Amanda menjelaskan tanpa basa-basi. "Karena kalian saling berhubungan dan kemungkinan besar kau juga yang memilihnya, maka efek yang kau alami terjadi secara serentak ketika kalian bertemu langsung."

Dia mengerjapkan matanya. "Kau ... bagaimana?" tanya Emily terkejut, tiba-tiba tidak dapat berkata-kata selama beberapa saat. "Aku tidak pernah mengatakan apapun soal itu sebelumnya."

"Berarti kau juga sudah menduga apa yang terjadi padamu?" tanyanya balik sambil mengangkat alisnya, mengabaikan pertanyaan Emily.

Cewek itu mengangguk. "Hanya menebak, tapi aku tidak menyangka kalau itu ternyata benar," ucapnya. "Kenapa vampir itu melakukan pencucian otak pada Wayne?"

"Dia melakukannya untuk dirinya sendiri."

Emily mengernyitkan alisnya, mencerna ucapan singkat Amanda dan dalam beberapa menit timbul sebuah kepahaman yang terlintas dalam pikirannya. "Dia menyukai mate-ku?"

"Tidak sedangkal itu." Amanda menggelengkan kepalanya. "Masalahnya lebih serius lagi. Sadarlah, Em."

"Aku sangat sadar kok." Emily tersenyum setengah hati. "Jadi, lawanku cewek vampir posesif?"

Amanda kembali menggeleng. "Cewek vampir posesif dan kumpulan vampir muda yang gampang dipengaruhi. Kau dalam masalah."

Emily menganggukkan kepalanya. "Ya ... apa kau salah satu di antara mereka?"

"Mungkin," jawab cewek vampir itu tanpa ragu. "Dia sangat berbakat dalam pengendalian pikiran."

"Walaupun dia menganggapku temannya?"

"Ya."

"Tanpa keraguan?"

Amanda menganggukkan kepalanya.

"Ah." Cewek itu menutup wajahnya dengan tangan. "Kenapa harus vampir pengendali pikiran?"

~°~°~°~°~°~

Ada yang bingung dengan chapter ini? Wkwkw, huft... sama dong, aku juga bingung *nak

Makasih sekali lagi untuk yang sudah membaca, memvote dan menyimpan cerita ini ke reading list kalian. Maaf jadwal updatenya telat dua hari... semoga hasilnya tidak mengecewakan ya ;)

Sampai ketemu~

30416

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top