Escape
Penulis: MuhammadAdib691
Awan yang mulanya berwarna putih langit berwarna biru. Kini berubah menjadi hitam ke abu-abuan. Sekolah SMA Negeri 33 Jakarta sedang melaksanakan pelajaran tambahan untuk kelas 11 IPA 2. Mereka dengan serius mengikuti pembelajaran tersebut. Tiga lantai di atas mereka sudah kosong. Sisa kelas mereka yang terisi di lantai satu dekat ruang UKS. Di bagian pojok belakang terdapat sebuah kelompok berisikan enam orang, dengan asik mereka bercerita ria tidak memperdulikan guru mereka yang menjelaskan di di depan.
Jam menunjukkan pukul empat sore, angin kencang menghempaskan segala benda yang menghalanginya. Dedaunan kering terbang ke sama kemari. Jalanan aspal di luar kosong tidak ada kendaraan yang melewati.
"Baiklah anak-anak, pembelajaran cukup sampai di sini. Besok kita lanjut lagi." ucap sang guru bernama Nita yang sedang merapikan beberapa buku tebal berisikan materi.
Anak-anak bersorak ria berdiri dari tempat duduk mereka merapikan segala peralatan belajar mereka dan memasukkannya ke dalam tas masing-masing.
Enam orang yang berada di pojok tadi hanya mendengus kesal, lama sekali, pikir mereka semua. Mereka berenam bernama Sinta, Layla, Aulia, Dino, Dirga, dan terakhir Daren.
Aulia merupakan perempuan yang pintar bela diri, dia pernah menang seinternasional karate dan kungfu. Sinta perempuan yang manja dan lemah lembut, namun akan menjadi monster ketika ada yang membuatnya marah besar. Layla sama seperti Aulia, namun Aulia tidak tegaan hingga terkadang musuhnya bisa saja mengalahkannya.
Sedangkan para lelaki, semuanya pintar bela diri, kecuali Dino yang agak sedikit kutu buku.
"Hey, gue lapar. Lo mau nggak ikut ke kantin?" celetuk Aulia menggandeng tasnya.
"Boleh, gue juga lapar nih." jawab Dino.
Dirga, Daren, Layla, serta Sinta mengangguk setuju. Aulia mencolek teman disampingnya.
"Ikut ke kantin kuy?"
"Gue mau pulang." balasnya.
Aulia tersenyum, "Gue teraktir deh."
Seketika mata perempuan itu berbinar, ia tersenyum licik. "Guyss! Guyss gue punya kabar gembira nih, si Aulia katanya mau traktir kita semua." teriak Villa tertawa keras. Ke tiga dayang-dayangnya pun ikut tertawa.
Aulia menatap tajam Villa, "Apa-apaan sih lo? Oke, karena gue lagi baik lo semua lo traktir dan semua tunggu aja. Biar gue sama yang lain ke kantin!!" teriak Aulia.
Seketika kelas menjadi ricuh. Mereka pun menuju kantin yang memang agak jauh dari kelas mereka, berdekatan dengan gerbang sekolah. Jadi mereka harus melewati gerbang terlebih dahulu. Mereka menyumpah serapahi sekolah ini terutama Daren yang sedang kesal karena menurutnya percuma saja ada pelajaran tambahan kalau nilai-nilainya hanya itu-itu saja, tidak naik. Daren yang memang tertinggal jauh oleh teman-temannya menengadah ke atas, melihat awan mendung. Mungkin sebentar lagi hujan pikirnya. Daren melihat kaleng soda lalu menendangnya hingga terkena tembok menghasilkan bunyi keras dan berlari menghampiri teman-temannya yang sudah masuk ke dalam kantin. Ia tidak tau bahwa ada makhluk menyeramkan yang mendengar bunyi itu hingga ia terbangun dan menghampiri dari mana asal bunyi itu.
"Aurrr...rrr...." geram makhluk menyeramkan itu memegang gerbang besi putih yang menjulang ke atas, mendorong-dorongnya sehingga gembok terpental-pental membuat sebuah bunyi keras. Tak lama dari jauh arah kiri terdapat banyak segerombolan makhluk menyeramkan dengan jalan terpincang-pincang. Segerombolan itu ikut mendorong gerbang itu berusaha untuk merobohkan.
"Ting...ting...." bunyi lonceng sekolah yang bergerak-gerak akibat angin berhembus sangat kencang.
Daren dan yang lainnya memasuki kantin dengan gembira. Mereka tidak tahu bahwa mereka sedang dalam keadaan berbahaya. Kantin yang sudah agak sepi membuat suasana mencekam, tinggal pemilik kantin saja yang masih berjaga-jaga.
Aulia yang melihat guru olahraganya menyapanya dengan senyuman. "Selamat sore pak Andre yang ganteng," goda Aulia.
Mereka semua hanya bisa menahan tawa. Aulia memang di kenal suka menggoda pak Andre guru olahraga mereka yang memang masih di bilang muda dan juga tampan. Pak Andre yang sedang merapikan sesuatu menoleh lalu tersenyum lebar.
"Eh, Aulia. Ngapain ke kantin? Nggak pulang?" ucap Pak Andre.
Yang lainnya duduk di meja yang agak besar memanjang, sedangkan Aulia, Villa, Dino pergi membeli segala makanan dan cemilan yang ada.
"Ah, bapak mau anterin saya ya? Biar saya nggak kenapa-napa."
Pak Andre tertawa mendengar ucapan muridnya itu. "Haha, bisa aja kamu."
Aulia hanya tersenyum lalu membeli semuanya untuk teman-temannya. Angin berhembus sangat kencang seperti akan ada badai yang datang.
Pak Andre menghentikan aktifitasnya, menepuk-nepuk telapak tangannya membersihkannya dengan debu. lalu ia keluar dari kantin melihat ke arah kanan, dari luar pagar yang memang bisa di lihat dari samping kantin. Pak Andre seketika membeku, jantungnya berdetak sangat cepat. Ia melihat ribuan Zombie mendorong-dorong gerbang tinggi itu, berusaha untuk menorobos gerbang. Seketika semua zombie itu menoleh ke kanan melihat Pak Andre karena mereka dapat mencium bau Pak Andre.
"Rrr....Arrrrrhhhh...." zombie itu menjadi brutal, terus menerus mendorong gerbang itu. Tak lama, beberapa dari zombie itu menaiki gerbang berusaha memanjatnya.
Pak Andre kaget melihat makhluk mengerikan itu, langsung saja ia berlari kembali ke kantin.
"Anak-anak, kembali ke kelas kalian segera dan kunci pintunya!!" teriak Pak Andre panik, Aulia dkk beserta Villa dkk berdiri dari tempat mereka lalu menghanpiri Pak Andre. Aulia meninggalkan belanjaannya dan menghampiri Pak Andre.
"Ada apa pak?" tanya Dirga ikut panik melihat kepanikan guru olahraganya itu.
"Begini, di luar ada sekumpulan manusia yang bapak tidak tau apa namanya. Mereka mengerikan dan berusaha memasuki sekolah kita." ucap Pak Andre menjelaskan.
Wajah mereka semua seketika menjadi pucat pasi. Santi gemetaran memegang lengan Dino. Dino menoleh melihat wajah pucat Santi. Dino mengelus tangan Santi agar Santi tidak panik.
"Tapi pak...."
Belum sempat Aulia menyelesaikan ucapannya suara eragan di belakang mereka membuat mereka menoleh hati-hati.
"Argh... Arr...grrrr...." erangan itu lantas membuat mereka menegang.
Aulia diam membeku di tempatnya, sedangkan Pak Andre, Dino, Dirga, dan Daren maju ke depan melindungi para perempuannya.
Beberapa manusia mengerikan berada di hadapan mereka, sekarang, wajah berlumuran darah mata mereka yang masuk ke delam serta berwarna putih dengan pupil mereka mengecil menjadi warna merah pekat. Gigi mereka yang tidak beraturan, air liur berjatuhan dari mulut mereka, mulut mereka melebar seperti monster. Bentuk tubuh mereka pun aneh, ada yang telapak kakinya bengkok ke samping bahunya ke bawah dan tangannya naik ke depan seperti ingin mencekik seseorang.
"Lari sekarang!!" teriak Pak Andre waspada, ia mengambil kayu panjang yang beruntungnya berada di dekatnya.
Layla melototkan mata saat ada lima manusia mengerikan itu mengigit ibu kantin dengan brutal.
"Guys, kita pergi dari sini." ucap Aulia mengintruksi semuanya agar mengikutinya.
Santi, Layla, Dino, Dirga dan Daren lari, namun Aulia berhenti saat melihat Villa dkk tidak kunjung lari mengikuti mereka.
"Apa yang lo lakuin Vil?!!" bentak Aulia menarik tangan Villa namun Villa dengan cepat menepis tangan Aulia.
Villa menatap tajam Aulia. "Lo pergi selamatin yang lain, biar gue sini yang ngelawan manusia menjijikan itu semua!" ucap Villa penuh amarah, menunjuk para Zombie itu.
Aulia melototkan mata. "Nggak Vil, nggak!"
"Udah deh, jangan drama. Sana lo selamatin mereka demi gue Aul." ucap Villa menyebut nama kecil Aulia.
Aulia yang merasa tersentuh, tersenyum lalu memeluk teman masa kecilnya itu. "Jaga diri lo baik-baik Vil!! Gue sayang sama lo," ucap Aulia sebelum melepaskan pelukan itu.
Aulia menoleh, mengambil dua kayu memanjang buat jaga-jaga. Segera Aulia berlari meninggalkan Pak Andre, Villa dan temannya yang sedang melawan para Zombie itu.
Aulia berhenti, berusaha mengatur napasnya.
"Bagai..."
Aulia menganga melihat banyaknya manusia-manusia aneh itu berada di luar gerbang. Mereka berusaha membuka gerbang itu dengan mendorong paksa gerbang itu. Untung saja gerbang itu tertutup, namun nass. Beberapa dari Zombie itu menanjat dengan lincah lalu lompat ke bawah walaupun lompatnya agak sedikit kurang mengenakan.
Aulia memberikan satu tongkat itu ke Daren, Daren memngambil tongkat kayu itu tanpa basa-basi.
"Ini tidak aman, lari!!" teriak Daren mengintruksi untuk semuanya lari duluan.
Santi, Dino, Dirga Dan juga Layla lari mengdahului Daren dan juga Aulia. Aulia dan Daren saling bertatapan lalu memasang kuda-kuda. Dengan cepat mereka berlari mengejar teman-teman mereka. Mereka harus melewati gerbang yang penuh dengan Zombie.
Ada banyak Zombie mengikuti mereka, dengan cekatan Aulia memukul kelapa Zombie itu namun zombie itu tidak juga mati hanya tergeletak di bawah dengan darah hitam merah bercambur menjadi satu.
"Arrghh..."
Rintih Zombie itu. Aulia dan Daren mendorong kursi dan meja untuk menahan para Zombie itu, untung saja ada beberapa meja tidak di pakai di luar kelas. Namun para zombie itu jumlah nya tidak lah sedikit. Dengan mudah mereka menerobos tumpukan meja itu.
Santi dkk lmemasuki kelas mereka. Murid-murid yang ada di kelas kaget melihat Aulia dkk memasuki kelas dengan tergesa-gesa.
"Gue harap kalian semua bawa tas kalian lalu naik ke lantai tiga dan masuk ke ruang guru yang ada di atas. Cepetan!!!"
Semua murid panik lalu mereka keluar dan lari berbondong-bondong naik ke atas setelah mereka melihat ke belakang betapa banyaknya para makhluk mengerikan itu.
Lalu mereka dengan bekerja sama mendorong kursi, meja, lemari atau apa pun itu demi bisa menghadang para Zombie itu.
Aulia dan Daren sudah tidak sanggup lagi. Mereka berlari dengan cepat lalu naik ke atas lantai tiga. Mereka melihat teman-teman mereka mulai menyusun.
"Ada apa di bawah?" tanya salah satu teman sekelas mereka, Aurel.
Aulia melirik kayu yang ada di tangannya, melihat darah hitam merah pekat itu dengan tatapan aneh. "Gue juga tidak tau, baru pertama kalinya ini gue lihat makhluk seperti itu." ucap Aulia.
"Aurr...rrr.. Grrr gggg..." geraman keras menyadari mereka. Dengan cepat mereka mendorong kursi ke bawah sehingga zombie itu terjatuh.
Siswa yang sudah tersisa 25 orang dengan cepat memasuki ruang guru. Layla mengunci pintu dan beberapa murid mendorong lemari serta meja panjang ke arah pintu agar para zombie itu tidak dapat menrobos masuk ke dalam.
Santi, Layla, Dino, Dirga dan Daren menutup horden agar zombie itu tidak mengetahui di mana keberadaan mereka. Tapi beberapa murid penasaran dengan apa yang terjadi mengintip sedikit dari jendela.
Mereka terkaget-kaget melihat ribuan Zombie menerobos gerbang dan beberapa dari makhluk itu memanjat. Tak lama gerbang mereka terbuka membuat zombie itu masuk berbondong-bondong.
"Tidak!!" teriak salah satu murid yang mengintip.
Santi dkk beserta murid yang lain menoleh, lalu menghampiri perempuan yang berteriak tadi. Santi dkk mengintip.
"Apa?" ucap mereka kaget secara bersamaan.
Daren kembali menutup horden itu. Membalikkan badan menatap teman-temannya dengan wajah cemas. Begitu pun sebaliknya mereka menatap Daren.
"Makhluk apa itu?" tanya Daren mengedarkan tatapannya.
Rehan laki-laki bertubuh gempal dan memakai kacamata berdiri dengan sebuah ponsel di tangannya. "Itu adalah makhluk zombie, mayat yang hidup kembali namun tidak memiliki akal sehat dan bernafsu besar untuk memakan manusia." jelasnya membuat semua tercengang.
Santi luruh ke lantai, Dino berjongkok memeluk Santi memberikannya kekuatan.
"Apa ada cara untuk membunuh mereka?" tanya Aulia.
"Banyak cara yang bisa kita pakai, mungkin ada senjata di ruang olahraga untuk melawan mereka?" ucap Abdul.
Semuanya berdiam, "Siapa yang mau ke ruang olahraga?" tanya Dirga.
Rehan, Aurel, Abdul, dan beberapa murid yang lainnya mengangkat tangannya.
Daren mengangguk lalu menyuruh mereka keluar dengan hati-hati, semoga saja mereka kembali dengan selamat. Mereka membantu yang lain mendorong lemari dan meja itu.
Rehan, Aurel, Abdul dan yang lainnya mengintip dan tidak ada zombie yang berkeliaran. Mereka pun dengan berlari menaiki tangga menuju lantai empat. Mereka memasuki ruang olahraga yang untungnya tidak di kunci. Mereka masuk dan menutup kembali pintu.
Abdul menuju lemari dan membukanya, ia melihat beberapa tongkat bisbol Abdul mengambil tongkat baseball lima buah dan mengambil juga tongkat pramuka tiga. Sedangkan Aurel mengambil kapak yang tergelatak di dekat dinding, ia mengambil lima buah kapak itu lalu juga mengambil beberapa pisau yang ada di meja.
Sedangkan Abdul mencari korek, kain, dan minyak tanah untuk jaga-jaga. Mungkin saja itu bisa berguna agar mereka bisa keluar dari sekolah ini. Dan yang lainnya hanya mengambil beberapa peralatan yang bisa mereka gunakan untuk melawan zombie itu yaitu kain untuk menutupi tubuh mereka agar terhindar dari gigitan Zombie yang akan bisa membuat merek menjadi seperti makhluk mengerikan itu.
Mereka pun keluar dan segera kembali ke ruang guru, namun di bawah tangga mereka melihat ada tiga zombie yang menatap mereka lapar. Abdul maju dan mengambil satu kapak dari tangan Aulia. Abdul serta yang lainnya ikut maju dan melawan zombie itu, Abdul melayangkan kapoknya hingga terkena kepala Zombie itu dan terpisah dari tubuhnya. Darah hitam merah bau busuk memuncrat ke seragamnya.
Abdul berdesis lalu menyuruh mereka segera masuk ke dalam ruang guru dan menutup kembali pintu. Abdul, Aurel, dan Rehan membagikan senjata yang mereka ambil dari ruang olahraga itu. Aulia mengambil kapak dan juga Daren, sedangkan Dino dan Dirga mengambil tongkat baseball. Layla dan Santi mengambil tongkat pramuka dan mereka membagi dua untuk mereka bagi.
Aulia mengintip, "Lalu, bagaimana kita akan melewati para Zombie itu?" ucap Aulia menutup kembali horden itu.
Rehan maju, lalu menyodorkan alat yang ia ambil tadi. "Gue punya ide. Kain dan kayu ini akan kami gunakan untuk membuat para Zombie itu mati."
Daren dan yang lainnya menghampiri Rehan, mengepung Rehan. "Bagaimana caranya?"
Rehan mengambil kayu dan kain itu, kain itu ia lilit kan di ujung kayu dan melumurinya dengan minyak lalu membakarnya dengan korek api. Dengan cepat mereka menjauhi Rehan agar tidak terkena api tersebut.
"Baiklah, ayo! Apa kalian siap?" teriak Daren.
"Yaa!!!" balas mereka semua serempak mengangkat senjata mereka semua.
Daren tersenyum, lalu mengintruksi untuk mengikutinya dengan tertib dari belakang. Daren dkk memimpin di depan. Dengan perlahan mereka berjalan turun ke bawah, menuruni tangga lantai tiga menuju ke lantai dua.
Di ujung sana Daren melihat beberapa Zombie yang sedang membelakangi mereka. "Siap-siap!"
Para Zombie itu berbalik mendengar ucapan Daren, dengan berlari para Zombie itu dengan menghampiri mereka. Daren serta Aulia maju ke depan, memotong kepala serta memotong beberapa bagian tubuh mereka.
"Argh....." rintihan seseorang membuat Aulia dan yang lainnya menoleh.
Salah satu murid terkena gigitan. Aulia menghampiri murid yang terkena gigitan memenggal kepala Zombie laknat itu dan juga membunuh murid yang terkena gigitan karena pada dasarnya yang terkena gigitan akan menjadi Zombie juga.
Setelah Zombie itu mati tergeletak di lantai mereka pun melanjutkan dan turun ke lantai satu. Daren tercengang melihat banyaknya para Zombie di hadapan mereka.
"Siap-siap semua!! Jaga diri kalian masing-masing. Jangan pedulikan yang lain!!" teriak Daren.
Mereka pun maju untuk melawan, dengan brutal para zombie itu menyerang balik. Di ujung Rehan membuat api dengan beberapa kayu. Ia pun maju dan memberikan beberala tongkat kayu dengan api di ujungnya ke Daren dan juga Aulia.
Rintihan dan erangan terdengar memilukan. Banyak murid yang tidak terselamatkan. Bahkan Layla dan Dirga tidak pun terselamatkan, ia terkena gigitan zombie. Amarah Aulia memuncak, sisa beberapa yang hidup. Daren, Sinta, Dino , Aurel, dan juga Rehan. Memegang kayu dengan api di ujungnya.
Mereka menyodorkan api itu ke para zombie dan zombie itu mundur namun beberapa dari mereka terkena api dan terbakar. Rehan dengan cerdik menyirami beberapa jalanan dengan minyak tanah dan melempar korek api ke bawah sehingga api menyala dengan cepat.
Aulia dkk berlari dengan kencang menuju gerbang dan lari, tapi di tengah jalan Santi tertarik salah satu Zombie dan digigit beberapa Zombie.
"Arghh..." rintih Santi.
"Tolong!! Tolong!!"
Dino yang melihat Santi ingin menolong namun Aulia menarik kembali tangannya. Aulia menggelengkan kepala untuk tidak menolong Santi karena itu akan membuatnya juga menjadi santapan Zombie. Dengan berat hati Dino berbalik kembali dan berlari.
Mereka berlari sekencang mungkin, ribuan Zombie di belakang mereka mengejar mereka. Dalam hati Aulia berdoa agar mereka bisa selamat.
~> S E L E S A I <~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top