Bab 9

:Kesempatan?:
Happy Reading:)

•••

Akankah kini saatnya giliranku memiliki hatimu?
~∆∆∆~

Freya memalingkan wajahnya dari Andreas saat dia mencoba menyodorkan sesendok nasi pada Freya.

"Frey, maaf dong. Jangan diemin gue."

"Ya, maaf ya?"

"Iya, gue maafin," Freya berucap datar lalu pergi keluar dari kelas yang gaduh mencari ketenangan.

Freya sekedar duduk-duduk saja di luar kelasnya. Baginya menarik melihat anak-anak kelas dua belas yang sedang bermain basket di lapangan depan. Karena cogan cogan SMA Garuda mayoritas berasal dari angkatan di atas Freya. Selain itu letak kelas Freya yang berda di lantai dua, membuatnya dengan santai memandang kearah lapangan tanpa perlu ada yang memergoki jika dia sedang cuci mata.

Brakk

Kursi yang Freya duduki di tendang dengan keras sehingga menghasilkan bunyi yang keras pula.

Dengan berat hati Freya segera mengalihkan pandangan dari objek cuci matanya. Gadis itu mendongakkan kepala menatap gadis lain yang tengah berdiri dengan angkuh di hadapannya.

"Ada apa?" tanya Freya santai karena dia merasa tidak pernah membuat masalah dengan orang itu.

"Bisa-bisanya ya lo, dengan santai ngadepin gue setelah lo rebut kak Andre dari gue. Dasar jalang, tau malu dikit dong lo."

Windi. Ya, mantan pacar Andre itu lah yang kini dengan terang-terangan melabrak kakak kelasnya. Dan sekarang dengan sok berani, dia menarik kerah Freya dan mendorong kembali Freya sampai benar-benar bersandar di kursi panjang yang digunakannya duduk.

Windi yang katanya anak pencak silat itu menatap tajam pada Freya, hingga matanya terlihat hampir lepas.

"Maaf saja nona sok cantik, gue bukan cewek murahan yang bakal jadi pelakor kayak yang lo bilang. Cowok diluar sana masih banyak yang lebih ganteng. Dan asal lo tau, gabetan gue lebih ganteng dari pada mantan cowok lo!" Freya tersenyum miring, mengejek pada Windi yang semakin hari kelakuannya semakin tidak sopan dengan kakak kelas ceweknya. Dan Freya terlalu muak dengan hal seperti itu.

"Dasar, jablay gak tau diri." Windi sudah mengangkat tangannya tinggi, bersiap melayangkan tamparan pada Freya. Dan Freya juga sudah siap dengan tangannya untuk menangkis tamparan itu.

Namun saat tamparan itu sudah dilayangkan, bukan tangan Freya yang menangkisnya. Tapi tangan orang lain yang lebih kekar dari tangannya.

"Apa yang lo lakuin, Win?"

"Kak Andreas," Windi dan Freya terkejut dengan kehadiran Andreas yang tak mereka sadari bahkan orang-orang yang sedang menonton merekapun tak menyadari jika sedari tadi Andreas berada diantara kerumunan mereka.

Windi melepas cengkramannya pada Freya dan memeluk Andreas, membuat gadis itu bisa kembali bernafas dengan bebas setelah dadanya terasa sesak karena cengkraman dan dorongan Windi yang cukup kuat.

"Kak, tolong jangan tinggalin Windi. Windi sayang sama kakak, sayang banget. Apa perlu Windi berpenampilan kayak Kak Freya, supaya Kakak gak ninggalin Windi?" Freya berdecih mendengar Windi dengan sok suci memanggilnya dengan embel-embel kak di depan Andreas.

"Gak, Win. Kakak gak ninggalin kamu gara-gara Freya. Dan Freya juga gak rebut kakak dari kamu. Kakak gini karena kakak cuman pengen Windi berubah. Kakak pengen-" dengan muak Freya mendengarkan ocehan Andreas yang menjijikan karena menggunakan aku-kamu.

"Windi bakal ngelakuin apapun, bakal berubah kayak apapun yang Kakak mau asal kakak gak ninggalin Windi," air mata tampak membasahi pipi tirus Windi.

"Iya, kakak gak akan ninggalin Windi. Tapi Windi harus mau berubah." Andreas membalas pelukan Windi.

Freya pergi meninggalkan tempat itu menerobos kerumunan yang dengan bingung menatap Freya yang terlihat emosi.

~∆∆∆~
Cinta itu berlebihan. Isinya cuman harapan. Kalau gak elo yang ngasih harapan berlebih, ya gue yang berlebihan berharap ke elo.

•••

-TO BE CONTINUED-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top