Bab 39

::Lebih Baik Pergi::
Happy Reading :)

•••

Lebih baik pergi dari pada bertahan dengan keterpaksaan.
~∆∆∆~

Sampai dua minggu setelah Tama mengungkapkan perasaannya, Andreas masih menghilang tanpa kabar. Hingga hari ini, mendadak Andreas datang ke rumah Freya dan mengajak gadis itu untuk jalan-jalan. Mereka pergi ke coffee shop yang tidak jauh dari rumah Freya. Coffee shop itu sepi ketika siang hari dan akan sangat ramai dimalam hari. Jadi Freya dan Andreas sedikit leluasa memilih tempat duduk yang nyaman untuk membahas hal "penting" yang dimaksud Andreas.

"Ada hal penting apa?" tanya Freya langsung pada intinya.

"Lo udah jadian sama Tama?" jawab Andreas bertanya.

"Belom, gimana gue bisa jadian sama dia kalau lo gak mau mengakhiri hubungan kita. Dan kemana aja lo selama ini?"

"Gue menenangkan diri." Andreas menghela napas lelah. "Gue mau lo jadian sama Tama."

"Kenapa? Bukannya lo gak mau hubungan kita berakhir." Freya mengerutkan dahinya.

"Lebih baik hubungan kita berakhir, dari pada lo terus-terusan bertahan dengan keterpaksaan. Tindakan gue yang memaksa, cuma bakal menghalangi elo buat ketemu cinta sejati lo."

Wajah Freya berubah sendu mendengar hal itu. "Tapi nanti lo sakit hati—"

"Jauh lebih sakit ketika gue sadar lo bertahan karena terpaksa," potong Andreas cepat. Freya menggit bibirnya, tak mengelak sedikitpun terhadap pernyataan Andreas. Karena pada dasarnya, pernyataan Andreas memang benar. "Gue bakal baik-baik aja, percayalah." Freya menghela napas lalu mengangguk.

"Berarti hubungan kita sampai di sini aja?" Andreas mengangguk sebagai jawaban. Setelah itu mereka saling diam selama beberapa menit, kemudian Andreas terlihat beranjak dari tempat duduknya. "Lo mau ke mana?"

"Pulang, minumnya udah gue bayar. Lo pulang sama Tama, tadi gue udah telfon Tama buat ke sini." Andreas melangkah pergi meninggalkan coffe shop tersebut, meninggalkan Freya, dan meninggalkan kenangan mereka."

Tak berselang lama, seseorang menepuk pundak Freya dari belakang. "Frey," panggil orang tersebut.

Freya menolehkan kepalanya. "Tama?"

"Mau langsung pulang apa gue temenin dulu? Cappucino lo belum habis tuh."

"Gue habisin cappucino dulu, ya." Tama mengangguk kemudian duduk di tempat Andreas duduk tadi.

"Kalau boleh tau, lo tadi ngomongin apa sama Andreas?"

"Gue—gue sama dia ngomongin soal relationship," jawab Freya sedikit berat, gadis itu masih khawatir pada Andreas. Ada perasaan iba dalam hatinya, perasaan iba yang sudah pasti akan melukai haraga diri Andreas jika cowok itu tau.

"Terus?"

"Gue sama dia—udah gak ada hubungan apa-apa lagi."

"Jadi ini yang disebut kesempatan  dari Tuhan?" tanya Tama menggoda, pipi Freya bersemu merah. Tama selalu saja tau cara membuat mood Freya yang buruk menjadi baik.

"Gue juga cinta sama lo, Tam." Senyum Tama langsung merekah, mendengar hal itu.

"Beneran? Gak pura-pura kan?"

"Enggak lah, emang elo!"

"Gue gak pura-pura dong. Entah lo percaya atau enggak, gue udah jatuh cinta sama lo sejak satu setengah tahun lalu."

"Oh iya?"

"Iya!" jawab Tama penuh keyakinan. "Jadi apa kita sekarang udah pacaran?"

"Belum."

"Kenapa?"

"Kepo!"

•••

-TO BE CONTINUED-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top