Bab 37
::Kembali Bertemu::
Happy Reading :)
•••
Freya berjalan pelan memasuki teras rumah yang dulu pernah ia tinggali. Di samping kanannya ada Andreas, dan dikirinya ada Tama yang ikut menemani meski tidak tau apa-apa. Sebelum mengetuk pintu, Freya menghela napasnya.
Tok tok tok
Tidak ada jawaban.
Tok tok tok
Baru lah, seorang wanita seusia Ella membukakan pintu rumah. "Siapa ya?" tanya wanita itu yang heran melihat Freya membawa koper.
"Sa—saya—" ucapan Freya terhenti, gadis itu meneguk salivanya sendiri. Sejenak dia berfikir, bagaimana jika wanita itu istri baru papanya dan dia tidak suka pada Freya. Tapi tangan Tama bergerak menggenggam tangan Freya, seolah tau jika Freya membutuhkan kekuatan darinya. "Saya Freya. Anak Pak Bayu," lanjutnya.
"Siapa mbak?" terdengar suara dari dalam rumah dan Freya mengenali suara itu. Ada perasaan cemas pada diri Freya, saat sang pemilik suara mulai melangkah keluar pintu dan menemui Freya.
"Kak Freyaa!" teriak Windi histeris kemudian memeluk Freya. Tubuh Freya menegang sesaat, tapi tak berselang lama membalas pelukan Windi.
"Kakak apa kabar? Ayo masuk!" suara Windi terdengar ramah dan ringan.
Freya, Tama, dan Andreas langsung saja ikut masuk ke dalam rumah. Kemudian wanita yang tadi membukakan pintu menyuguhkan minuman untuk mereka. "Dia mbak Tina. Pembantu rumah tangga yang baru," jelas Windi ketika melihat tatapan Freya pada Tina.
Freya mengangguk menanggapi ucapan Windi. "Papa di mana?"
"Papa di kantor, kak. Sebentar ya, gue telfonin—" Freya segera menahan tangan Windi yang sudah siap menelfon Bayu.
"Ada apa sama lo? Kenapa lo mendadak jadi ramah sama gue?" pertanyaan tak terduga itu meluncur begitu saja dari mulut Freya.
"Gue minta maaf, kak. Gue— papa jadi terus-terusan kerja, dia gak perduli rumah, gak perduli sama gue, dan gak perduli sama kesehatan dirinya sendiri. Gue tau, papa tertekan setelah hari itu. Dan gue nyesel banget, karena gue juga penyebab dari semua itu. Jadi, maafin gue. Gue gak suka liat papa kaya gini. Jangan pergi lagi." Windi memohon pada Freya, bahkan gadis itu rela bersimpuh di depan Freya.
"Gue udah maafin elo." Freya mencoba membesarkan hatinya dan tidak egois untuk terus menghakimi kesalahan Windi.
"Gue telfon papa ya." Freya mengangguk sebagai jawaban, saat itu juga Windi menelfon Bayu.
"Hallo, pa."
"Ada apa? Papa lagi rapat."
"Kak—kak Freya pulang."
"Papa pulang sekarang."
Telfon itu langsung diputus oleh Bayu. Rapat yang sedang dia pimpin, dibubarkan saat itu juga.
Lima belas menit berlalu, pintu rumah dibuka tanpa diketuk dulu. Begitu Bayu menyeruak masuk ke dalan rumah, matanya langsung tertuju pada Freya. Putri kecil yang sempat dia abaikan selama lima belas tahun hidup gadis itu.
Bayu segera memeluk Freya, dia senang putrinya kembali. Tapi sayangnya, yang Freya rasakan adalah sakit hati sisa tamparan Bayu tiga tahun lalu. Freya menangis dalam pelukan Bayu.
"Kenapa Freya?" Bayu melepas pelukannya.
"Kenapa papa kelihatan seneng banget Freya pulang? Bukannya papa benci sama Freya?"
"Papa gak benci sama kamu, papa cuma ragu buat sadar kalau papa sayang sama kamu." Freya menggeleng tak terima. "Maafkan papa, papa akan perbaiki semuanya."
"Apa yang telah hancur tidak akan utuh seperti semula."
"Papa gak berharap semuanya utuh seperti semula, papa cuma pengen putri papa kembali. Maafkan papa." Freya menghela napas. Mengalah, dan membiarkan tiga tahun yang telah tertinggal di belakang tetap menjadi masa lalu. Tidak mengungkitnya lagi untuk diperdebatkan.
"Aku sudah memaafkan, papa," jawab Freya. "Freya juga minta maaf udah kabur selama tiga tahun." Bayu tersenyum sembari menggelang dan kembali memeluk Freya.
•••
-TO BE CONTINUED-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top