Bab 34

::Berbeda Rasa::
Happy Reading :)

•••

Apakah perasaanku telah berubah?
~∆∆∆~

"Kita mau ke mana?"

"Karena kamu udah ngizinin aku tinggal di rumah kamu, aku mau ngajak kamu ke suatu tempat keren. Aku yakin kamu belum pernah ke sana."

"Gimana kamu bisa seyakin itu kalau aku belum pernah ke sana?" Freya menaikkan salah satu alisnya.

"Karena aku dulu lahir dan tumbuh di kota ini. Terus kamu tinggal di pinggir kota bagian timur, tapi tempatnya ada di pinggir kota bagian barat." jelas Andreas dengan penuh percaya diri.

"Oke, kita liat aja."

Dua jam perjalanan mereka lalu dengan bercanda. Freya sempat tertidur, lalu terbangun sekitar duapuluh menit sebelum sampai tempat tujuan.

"Tebing?" ucap Freya pada Andreas.

"Yuk ke sana." Andreas menarik Freya sedikit mendekat pada tepi tebing yang dipagari kayu. Freya mengikut saja.

Benar kata Andreas, tempat yang keren dan Freya belum pernah mengunjungi tempat itu.  Tempat itu indah, matahari tenggelam dan hamparan hutan hijau terlihat dari atas tebing. Freya suka pemandangannya. Tapi perasaannya tak sesenang saat 3 tahun lalu pergi bersama Andreas, padahal susasana tempatnya tak jauh berbeda. Rasanya Freya tedak menemukan sesuatu yang dulu ia rasakan.

Andreas merangkul Freya, membawa kepala Freya bersender di dadanya. "Tiga tahun lalu, kita juga pergi ke tebing kan?"

"Iya."

"Kenapa?" tanya Andreas melihat Freya tidak begitu senang.

"Gak apa apa, Tam," jawab Freya spontan.

"Tam?" Andreas mengernyitkan dahi.

"Eh, maksudku—maaf, aku lupa." Freya terlihat salah tingkah, gadis itu segera bangkit dari pundak Andreas dan berjalan menuju mobil.

"Frey, tunggu." Freya berhenti berjalan.

"Maaf, Ndre. Kita pulang aja," jawab Freya tanpa berbalik

"Kenapa?"

"A—aku..."

"Oke, kita pulang." Andreas berjalan mendahului Freya. Membukakan pintu untuk Freya lalu masuk mobil melalui sisi satunya.

Di perjalanan, hanya ada keheningan diantara mereka. Andreas sedang sibuk mempertanyakan perasaan Freya dalam pikirannya. Sedangkan Freya kembali teringat saat dua bulan lalu, Tama mengajaknya naik ke rooftop sebuah gedung. Mereka melihat matahari terbenam dari sana.

"Ayo, Freyy. Cepet, keburu mataharinya tenggelam." Tama kembali menengok ke belakang saat dia sudah berada beberapa tangga di depan Freya.

"Iya-iya. Capek tau." Freya berusaha mengejar Tama.

Setelah menaiki cukup banyak anak tangga, akhirnya mereka sampai di rooftop gedung yang sepertinya tidak lagi terpakai. Dari situ mereka melepas senja bersama. Membiarkan sang mentari kembali keperaduannya. Detik-detik yang indah menurut Freya.

Setelah matahari sempurna menghilang dan langit mulai gelap, terlihat lampu-lampu menyala. Pemandangan yang tak kalah indah dari sunset.

"Bagus ya?" tanya Tama sembari mengalungkan tangannya pada leher Freya dari samping.

"Iya," jawab Freya yang sedang berdiri tegak dengan tangan bersedekap menatap ke keramaian kota di bawah sana.

•••

-TO BE CONTINUED-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top