Bab 32

::Bandara::
Happy Reading :)

•••

Dibalik kebahagiaanmu dengan dia, ada aku yang terluka. Tapi biarlah, mungkin itu tak penting buatmu.
~∆∆∆~

Pagi-pagi sekali, sekitar jam 6. Freya sudah siap dengan memakai kaos favoritnya yang berwarna abu-abu dan celana jeans, sepatu putih, dan jangan lupakan sling bag-nya yang berwarna hitam.

Kemarin, Freya sudah meminta izin Ella untuk membawa mobil karena dia akan mengantar Tama ke bandara. Freya bisa mengendarai mobil sebenarnya, tapi dia lebih suka naik motor kemana-mana. Sedangkan Ella tidak suka dengan motor, jadi hanya ada mobil di rumahnya. Karena itulah, setiap pagi Tama menjemput Freya menuju kampus.

"Frey, tunggu sini bentar. Gue mau beli minum."

"Penerbangan lo jam berapa?"

Tama mengecek jam tanggannya sebelum menjawab. "Setengah jam lagi," jawabnya.

"Kepagian." Freya nyengir kuda, menunjukkan sederet giginya.

"Makanya tadi pas lu jemput gue bilang, pagi amat."

"Ya udah, sana sana. Buruan beli minum, gue sekalian ya." Freya mengibas ngibaskan tangannya.

Freya menggoyang-goyangkan kaki, menunggu tidak sabaran Tama kembali. Sesekali gadis itu mengecek handphone-nya, tidak ada notif.

Jakarta, kota itu mengingatkannya. Pada tamparan itu. Mengingatkannya pada ingatan 3 tahun lalu. Mengingatkannya pada Kiana, Gavin, Garen, Windi, dan Andreas. Andreas, sekali lagi Freya memikirkannya.

Saat sedang sibuk melamunkan masa lalunya, seseorang menepuk pundak Freya. "Udah balik, Tam—" Freya mendongak, dan yang menepuk pundak Freya bukan Tama.

"An—Andreas?" suara Freya tergagap, yang menepuk pundaknya adalah Andreas.

Saat itu juga, Andreas memeluknya dengan sangat erat. Dia memeluk Freya hingga seolah jika pelukan itu kendor sedikit saja, Freya akan menghilang lagi dari pandangannya. Andreas masih mencintai Freya.

"Kamu pergi ke mana aja selama ini? Kenapa gak pernah ngasih kabar?" tanya Andreas meminta penjelasan.

"Maaf," suara Freya terdengar parau tak tau mau menjawab apa-apa selain maaf.

"Aku kangen sama kamu, jangan pergi lagi, jangan ngilang lagi."

"A—aku juga kangen, tapi sore itu—" Freya mulai menangis. "Aku tau," potong Andreas cepat.

"Aku masih mencintaimu, hubungan itu tidak pernah kuanggap berakhir. Kita masih sepasang kekasih. Aku mohon, jangan pergi." Andreas kembali mengeratkan pelukannya.

"Aku gak akan pergi lagi, aku juga masih sangat mencintaimu." Freya tak berkomentar apapun tentang hubungan mereka. Lagi pula Andreas benar, hubungan itu tidak pernah berakhir. Freya yang memutuskan berhenti mengabari Andreas, Freya yang menghilang, Freya juga yang menginginkan untuk berhenti mencintai Andreas meskipun akhirnya itu gagal dia lakukan. Tapi lihatlah, Andreas bahkan tidak sedikitpun terlihat melupakan hubungan mereka.

Di tempat yang tak jauh dari situ, Tama berdiri mendengarkan semuanya. Ia berdiri membawa dua botol minuman, air mineral untuk Freya dan kopi untuk dirinya sendiri. Dia berdiri dan tersenyum kecut sembari menyesali keputusannya tak mengatakan segalanya kemarin sore. Tama kehilangan kesempatan, Freya mencintai orang lain.

~∆∆∆~
Aku harap, kesempatan itu masih ada.

•••

-TO BE CONTINUED-

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top