Bab 28
::Papa::
Happy reading:)
•••
Apa harus menyakitiku hanya untuk membuatnya bahagia?
~∆∆∆~
Freya dengan tergesa-gesa keluar dari mobil Andreas dan segera masuk rumah. Bukan karena digoda Andreas. Tapi karena dia melihat mobil sang papa sudah terparkir rapi dihalaman rumah.
Cklek, suara pintu dibuka Freya.
"Dari mana baru pulang?" tanya Bayu tanpa sedikitpun mengalihkan pandangannga dari layar laptopnya.
"Baru selesai ekskul, pa," jawab Freya. "Papa, sendiri kok gak biasanya udah pulang jam segini?"
"Windi masih sakit, papa temenin dia."
Jawaban Bayu begitu menohok hati Freya. Windi, yang hanya demam saja sampai di sikapi seperti itu oleh Bayu. Sedangkan Freya, tak pernah sekalipun diperhatikan Bayu. Bahkan ketika dia dulu terkena penyakit tipus, Bayu tak menjenguk Freya sekalipun. Bagaimana perbedaan sikap Bayu kepada Windi dan Freya benar-benar terlihat.
"Ya udah, Freya mau mandi dulu."
"Tadi kamu pulang dianter siapa?" tanya Bayu menahan langkah Freya.
"Ta—"
Tok tok tok
Ucapan yang menggantung tak Freya teruskan. Freya benar benar merasa bersyukur sekaligus berterima kasih pada orang yang telah mengetuk pintu dan menyelamatkan Freya dari intimidasi Bayu.
Tapi ketika Freya membuka pintu, dia kembali menarik ucapan terimakasihnya. Ini seperti musibah besar bagi Freya.
"Ada apa, Ndre?" Freya mencoba bertanya setenang mungkin.
"Hp ka—"
"Kamu siapa dan mau apa?"
"Saya Andreas, om. pacarnya Freya dan saya kesini buat mengembalikan ponsel Freya yang gak sengaja jatuh di mobil," ucap Andreas sopan. Andreas sepertinya telah melupakan ucapan Freya tadi pagi.
"Ndre, tolong jangan sampe papa tau kalau kamu pacarku. Aku gak mau kehilangan kamu."
Setelah Andreas menyerahkan handphone Freya pada sang pemilik. Andreas segera pamit untuk pulang.
"Hati-hati," ucapan Freya dibalas anggukan oleh Andreas.
Freya menutup pintu segera, kemudian bergegas meninggalkan ruang tamu yang masih terdapat Bayu di situ. Tapi Bayu segera menghadang jalan Freya.
"Kamu memang gak ada bedanya sama Fiana! Kamu yang buat Windi sampai sakit kaya gini."
"Apa salah Freya, Pa" tanya Freya seolah tau tujuan Bayu.
"Kamu yang buat Andreas ninggalin, Windi!!" jawab Bayu dengan nada rendah.
"Apa aku setidak penting itu!? Apa anak papa hanya Windi sampai Freya gak boleh punya pacar hanya karena Windi suka sama pacar Freya? Apa Freya gak boleh jatuh cinta? terus papa anggap apa Freya? apa kesalahan Bunda Fiana adalah kesalahan Freya juga? jika aku bisa memilih, aku juga tidak akan mau lahir dari sebuah kesalahan. AKU TIDAK MAU, PAPA!!!," teriak Freya diakhir kalimatnya.
Plakk
Pipi Freya terasa perih, matanya memanas menahan air mata untuk tidak mengalir. Freya memegangi pipinya yang mungkin saja sekarang terdapat cetakan memerah bekas telapak tangan Bayu.
Gadis itu segera pergi kekamarnya, melewati Bayu yang masih terdiam di tempat.
***
Hikss,, hiksss,, hikss
Freya berkali-kali mencoba menelpon Fiana, tapi tak kunjung diangkat oleh wanita itu. "Bundaa, angkattt," cicit Freya.
Kemudian, gadis itu berfikir. Mungkin bundanya sedang sangat sibuk. Lalu dia segera mencari nomor lain di kontaknya. Saat kontak bernama "Mama Ella" ditemukan, dia segera menekan tombol diall. Di dering ketiga, panggilan itu diangkat.
"Hallo! Ada apa, Frey?" tak mendapat jawaban, Ella hanya mendapati isakan dari Freya yang tak kunjung berhenti.
"Frey, ada apa? Jawab, sayang."
"Maa, hikss. Bawa Freya pergi yang jauh. Bawa Freya pergi dari papa, maaaaa."
•••
-TO BE CONTINUED-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top