Bab 24
::Mama Ella::
Happy Reading:)
•••
Derttt derrtt
Freya melepas tangkupannya dari wajah Gavin.
"Hallo, Pa?"
"..."
"Iya, tapi ada apa?"
"..."
"Iya, tapi Freya gak mungkin izin ke BK tanpa alasan yang jelas, pa. Apa lagi sampe ngajak Windi juga."
"..."
"Iya, Freya usahain.
"..."
"Iya, Pa."
Sambungan diputus sepihak. Freya kembali menatap Gavin.
"Siapa?"
"Papa."
"Masih inget punya anak kamu dia?" sinis Gavin.
"Udah-udah, Gav. Gak usah gitu. Masuk kelas yuk." ajak Freya yang dibalas anggukan.
***
"Ma, Maa, hikss hikss!" hari ini perginya Reta mengakhiri segala rasa penasaran Windi.
Jika tau begini cara Tuhan menjawab rasa penasarannya, dia memilih tidak mau tau saja apa yang sebenarnya terjadi dengan Reta.
"Mamaa, kenapa ninggalin Windi—" Bayu semakin mempererat pelukannya pada Windi. Memberi gadis itu sandaran.
Jujur saja, Freya merasa cemburu dengan perhatian Bayu pada Windi. Tapi gadis itu mencoba dewasa dengan memahami keadaan Windi.
Semuanya berlalu terlalu cepat. Satu bulan pengobatan tak berarti setelah oprasi yang dipilih Reta gagal. Meski sebelumnya dokter sudah memperingatkan apa resikonya, tetap saja Reta memilih melakukan operasi itu. Dan saat ditanya Bayu bagaimana jika dia kehilangan nyawa. Jawabannya membuat Bayu begitu perihatin, "Jika oprasi ini berhasil, aku akan sembuh. Jika operasi ini gagal, setidaknya aku tidak akan merasa kesakitan lagi, Bay."
"Tapi, bagaimana dengan Windi?"
"Kamu sudah berjanji untuk membuatnya bahagia, kamu sudah berjanji mengorbankan segalanya untuk kebehagiaan dia."
"Jika aku berjanji, bukan berarti aku merelakanmu begitu saja."
Bayu memejamkan matanya, merasakan perih yang menjalar keulu hatinya. Sekali lagi berfikir, benarkah tindakannya mengorbankan kebahagiaan Freya demi Windi.
***
Samar-samar Freya melihat seorang wanita yang sejak setengah tahun lalu menghilang entah kemana. Freya yang begitu merindukannya tak pernah berhasil menghubungin nomor ponsel wanita itu.
Dengan segera Freya pergi keluar rumah meninggal kan Windi dan Bayu yang masih berduka setelah pemakaman Reta. Wanita itu berdiri diluar pagar rumah yang masih sedikit terbuka. Dia tersenyum hangat pada Freya.
"Mama," panggil Freya.
"Hai Freya, apa kabar anak mama?"
"Freya baik, mama Ella gimana kabarnya? Mama baik kan?"
"Mama baik, sayang," jawab Ella kemudian mencium kening Freya.
"Masuk yuk, ma. Freya masih kangen."
"Tapi gimana sama papa kamu nanti?"
"Gak apa-apa. Biar Freya yang bilang nanti." Freya menarik tangan Ella untuk masuk kedalam rumah dan Ella mengikutinya.
Beberapa tetangga yang masih berada di rumah Freya menatap aneh ke arah Ella saat melihatnya dibawa Freya ke ruang tengah.
"Mama di sini bentar ya, Freya buat minum dulu."
"Ehh, gak usah sayang. Sini ngobrol sama mama aja."
"Emm, ya udah deh." Freya kembali duduk.
"Giman sekolahnya Freya?"
"Baik kok ma, lancar jaya lah pokoknya. Mama gak sedih sedihan kan? Mama gak nangis nangisan kan? Mama sehat?" obrolan mereka terus berlangsung hangat sampai beberapa menit kemudian Bayu datang dengan tatapan tertegun pada dua orang yang sebelumnya tak pernah terlihat akrab tapi sekarang bisa sehangat itu.
"Mas Bayu, kenapa berdiri di situ terus," kata Ella yang sedara tadi sudah menyadari keberadaan Bayu yang terus memperhatikannya dengan Freya.
"Eh, gak apa apa kok. Bisa bicara sebentar Ella?"
"Ehmm ya, bicara apa?"
"Maksud saya bicara berdua."
"Ya udah, Freya keluar dulu deh ma. Mau nemenin Windi kasian sendiri."
"Iya."
"Kenapa kamu gak bilang dari awal kalau Reta sakit?"
"Itu bukan hakku untuk ngasih tau mas, itu hak dia."
"Tapi—"
Derttt derttt
Ella memilih mengagkat telponnya dari pada mendengarkan kelanjutan dari apa yang akan dikatakan Bayu.
"Hallo."
"..."
"Iya, Bu."
"..."
"Baik."
"Maaf mas Bayu, aku mau balik ke kantor. Udah ditelpon bu Endah." Bayu mengagguk meng-iyakan.
Setelah kepergian Ella, dia kembali menghela nafas berat.
-TO BE CONTINUED-
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top