Prolog - 19

1. Tragedi Yuuna

"Aku ... aku benar-benar bukan pelakunya."

Yuuna terus berusaha menjelaskan. Tubuhnya gemetar, air mata mengalir setetes demi setetes. Tubuhnya yang kurus meringkuk ketakutan. Kedua tangannya mengepal kuat.

"Aku benar-benar bukan pelakunya. Tolong percaya padaku, Kak?" Yuuna menatap pada kakaknya yang paling tua. Biasanya, pria berusia 28 tahun itu menjadi sosok yang paling lembut dan toleran. Walau tidak pernah benar-benar membelanya karena menganggap Yuuna sebagai biang onar, tapi dia tidak pernah menghukumnya terlalu keras.

Namun kali ini, kakak tertuanya juga tampaknya tidak peduli lagi. Hanya menatap Yuuna dengan sorot dingin, yang seolah bisa membekukan tulang punggungnya.

Yuuna menatap ketiga saudaranya yang lain, tatapan mereka jauh lebih nyalang dan garang.

Yuuna mundur satu langkah, kembali mundur lagi saat saudara laki-laki termudanya berdiri, berjalan menghampirinya.

Pria itu semakin dekat, dekat. Yuuna mendongak saat jarak di antara mereka hanya terpisah dua jengkal saja. Matanya yang bulat semakin membesar saat pria itu berkata, "Anak dari seorang pelacur ... memang hanya akan tahu trik-trik kotor seperti yang dilakukan ibunya."

Pupil Yuuna menggelap. Bibirnya yang gemetar bahkan tidak berani lagi meloloskan isak tangis. Dia tahu, tangisannya hanya akan membuat semua saudaranya semakin jengkel. Menganggap keberadaan Yuuna sebagai hal kotor yang tidak layak berada di antara keluarga besar.

Tapi, Yuuna tidak pernah meminta mereka menjemputnya. Kalau dia memang tidak diinginkan, sejak awal dia tidak akan datang.

Sayangnya, begitu dia menginjakkan kaki di rumah ini, namanya didaftarkan sebagai salah satu anak dari keluarga Charon, dia tidak bisa lagi untuk melangkah keluar. Semua kekayaan peninggalan ibunya sudah diambil alih, walau dia rela pergi tanpa membawa apa pun dari rumah ini, dia terkekang aturan dan tidak akan pernah bisa pergi lagi.

Yuuna hanya seorang gadis kecil. Usianya baru 19 tahun. Dia tidak tahu banyak tentang bidang akademik, sejak kecil dia sudah mengikuti jejak sang Mama. Sebagai seniman gerabah dan karyanya mulai diakui satu demi satu. Dia bahkan berencana mengadakan pameran studionya sendiri dalam satu tahun ke depan.

Dia baru datang ke rumah ini 6 bulan lalu. Namun dunia damainya perlahan retak, setiap hari dia menerima cacimaki dan hinaan, sesekali dia juga mendapatkan pemukulan.

Semuanya ... selalu berhubungan dengan saudari tirinya yang baik.

Sosok 'malaikat kecil' kesayangan semua kakaknya. Orang yang sudah mewarnai hitam di dunia Yuuna yang sebelumnya seperti pelangi.

Beberapa jam yang lalu, entah atas alasan apa saat mereka berdua saling berpapasan di tangga, saudari tirinya itu –Edha- menjatuhkan diri sambil meneriakkan namanya. Dia tergeletak di lantai dasar dengan kepala berdarah dan tubuh memar.

Yuuna tercengang. Dia tahu dia sudah difitnah.

Kondisi Edha sudah stabil. Selain luka di kepalanya, hanya tangan kanannya yang keseleo. Sementara dalam beberapa hari ke depan, wanita itu akan mengikuti audisi pencarian bakat yang kemungkinan besar tidak bisa dia hadiri lagi.

Yuuna tahu ... kali ini, situasinya jauh lebih buruk dibanding hari-hari sebelumnya.

"Di rumah ini ... ada CCTV." Yuuna mengatupkan kedua tangan di depan dada, memohon. Dia sadar diri, dia tidak akan mampu melawan orang-orang ini, "Tolong, tolong dilihat dulu sebelum menghukum aku lagi, aku benar-benar bukan pelakunya."

Yuuna tidak berani mengatakan kalau saudarinya itu sengaja menjatuhkan diri untuk memfitnahnya. Sejak awal keberadaan Yuuna yang paling rentan. Itu hanya akan membuat semua saudaranya jauh lebih marah dan membencinya. Jadi, Yuuna menelan bulat-bulat setiap kepahitan di mulutnya sendiri.

Lihat saja CCTV-nya, dan akan terbukti siapa benar, siapa salah.

"CCTV-nya mati." Pria di depan Yuuna mencibir dengan nada kering, "Bukankah ini rencanamu sendiri?"

Yuuna tercengang. Wajahnya yang sudah putih semakin pucat. Dia menatap ketiga saudaranya yang lain, ingin memastikan kalau yang dikatakan saudaranya itu bohong.

Tidak ada sangkalan.

Yuuna menelan ludah susah payah. Kali ini ... dia benar-benar selesai.

Sebenarnya, 4 saudara ini awalnya memperlakukan Yuuna dengan cukup baik. Walau bagaimana pun mereka adalah sepupu. Kebetulan sebelum ayahnya Yuuna meninggal, dia meminta tolong pada saudara tertuanya untuk menemukan putrinya yang sudah lama hilang, ingin mereka merawat Yuuna dengan baik dan hidup berdampingan.

Satu minggu pertama semua masih baik-baik saja.

Namun, satu demi satu keanehan mulai terjadi. Yuuna mulai ditargetkan seseorang dan ditemukan melakukan kesalahan yang sebenarnya bukan dia pelakunya.

Jika Yuuna berhasil membuktikan dirinya tidak bersalah, dia tidak pernah dihukum. Tapi seringnya, kesalahannya justru terbukti. Di rumah ini ... tidak ada yang berpihak penuh pada Yuuna selain dirinya sendiri.

Saat Yuuna tahu siapa orang yang sudah membuat ranjau untuknya berkali-kali, kebencian dan kemarahan empat saudaranya sudah tidak terbendung lagi. Jadi, walau sesekali Yuuna berhasil membuktikan dirinya bersih, sikap orang-orang itu di depannya sudah terlanjur benci.

Sekarang ... Yuuna tidak punya apa-apa lagi.

Yuuna tahu, dia hanya tinggal menunggu waktu sebelum dijatuhi hukuman lagi.

"Dia sudah nyaris membunuh seseorang, jadi dia harus mendapatkan balasan yang setimpal." Kakak tertuanya mulai bicara. Yuuna menoleh padanya, menatapnya kosong.

Apa hukumannya kali ini?

"Patahkan tangan dan kaki kanannya."

Tubuh Yuuna menegang. Dia langsung menyembunyikan kedua tangan di balik punggungnya. Tangisannya meledak, "Aku bukan pelakunya. Aku benar-benar bukan pelakunya. Jangan mematahkan tanganku, ini hidupku!"

Tanpa tangannya, Yuuna tidak bisa lagi membuat gerabah kesayangannya. Sekalipun bisa berfungsi, tapi hasil karyanya tidak akan sempurna seperti sebelumnya.

Yuuna memekik ketakutan saat rambutnya dijambak lalu tubuhnya dilemparkan ke lantai.

Saat dia merangkak ketakutan hendak mundur. Seseorang sudah lebih dulu berjalan ke arahnya. Tanpa ragu, menginjak tungkai kaki Yuuna sampai terdengar suara patah tulang yang mengerikan.

Yuuna menjerit kesakitan.

Lengkingannya bahkan sampai membuat beberapa pelayan yang menatap di kejauhan merasa ngeri dan kasihan.

Tuan-Tuan mereka ini ... bukankah mereka tidak pernah ragu untuk menyakiti seseorang yang mereka anggap bersalah?

Yuuna berbalik, dia menatap posisi tulang kaki kanannya yang aneh. Tangisannya sangat histeris. Napasnya tersengal-sengal. Wajahnya memerah padam.

Namun Yuuna tahu siksaannya belum selesai. Saat telapak tangannya ditarik sampai terentang lebar.

Yuuna lebih histeris. "Jangan tanganku! JANGAN TANGANKU! Kalian bisa patahkan kedua kakiku! Tapi jangan tanganku. INI TIDAK ADIL! INI TIDAK ADIL!" Yuuna berusaha menarik tangan kanannya lagi, tapi dia kalah tenaga.

Saat saudaranya yang lain mendekat, rontaan Yuuna semakin hebat.

Lebih baik dia dibunuh saja.

Tapi jangan pernah mengambil kedua tangannya.

"Ini balasan yang pantas, keadilan yang tepat untuk seseorang yang bahkan berani membunuh saudarinya sendiri yang selalu memperlakukan mereka dengan baik." Saudaranya berdiri di atasnya, menatapnya dengan sorot dingin.

"Aku benar-benar bukan, Kak. Bukan aku." Yuuna memohon. Dia seolah tidak merasakan sakit kakinya lagi, prioritasnya saat ini hanya tangannya sendiri. "bukan aku. Tolong percaya padaku, satu kali ini saja. Cukup satu kali ini saja."

Namun tidak peduli apa pun yang Yuuna katakan, hukuman sudah terlanjur dijatuhkan.

Yuuna hanya bisa menatap nanar saat kaki saudaranya terangkat lagi, lalu menginjak tangan kanannya sampai patah.

Jeritan Yuuna melengking bukan hanya karena rasa sakit, tapi juga sarat keputusasaan.

Yuuna benar-benar dibuat bingung dan linglung. Sejak kapan semua penderitaannya ini dimulai?

Bibir Yuuna lambat laun mengukir senyuman getir.

Dunianya berubah gelap. Lalu dia kehilangan kesadarannya.

***

2. Aturan Mansion

Mansion utama Charon memiliki aturan. Yaitu, setiap kerabat yang tinggal di rumah selama tidak memiliki sesuatu yang urgent di luar, mereka harus meluangkan waktu untuk makan malam di rumah. Hal itu sudah menjadi aturan yang ditetapkan dari satu generasi ke generasi lain.

Itu sebabnya tidak peduli seketat apa pun skedulnya di luar, Asura sebagai pemimpin klan selalu memberikan contoh yang serupa pada keluarganya.

Asura terikat aturan kaku sejak muda. Itu karena sejak awal dia sudah menjadi orang yang dipilih untuk memimpin klan di masa depan. Sejak dia masih anak-anak, hal yang dia pelajari lebih banyak dibanding saudaranya yang lain, dia juga dituntut untuk meraih prestasi yang jauh lebih unggul dibanding mereka.

Beban di pundaknya bukan main sulitnya. Asura tidak pernah bermain. Dia memiliki beberapa relasi dekat. Kehidupannya jauh lebih rileks setelah dia lulus kuliah lebih awal dan mengukuhkan posisinya di klan mereka.

Yuuna menatap pantulan bayangannya di cermin. Hanya 10 menit lagi sebelum jam menunjukkan pukul 7 malam. Itu artinya ... dia harus bergegas turun pergi ke ruang makan.

Yuuna sebenarnya merasa enggan. Dia geli dan jijik melihat kebodohan dan sisi munafik semua saudara tirinya. Begitu buta tidak bisa membedakan kebenaran dan kebohongan.

Saat pertama kali menjemput Yuuna ke rumahnya, Yuuna sendiri sempat khawatir apa dia akan diperlakukan dengan baik? Walau bagaimana pun identitas Yuuna tidak biasa. Dia adalah seorang anak haram.

Asura menjanjikannya ketenangan. Bukan hanya membangunkan rumah khusus bagi Yuuna untuk membuat gerabah, tapi di mansion itu ... juga ada aturan keadilan.

"Lelucon." Yuuna mencibir sinis.

Di masa lalu, Yuuna tidak terlalu memperhatikan penampilan. Itu karena dia selalu fokus pada setiap karya seninya. Bagi Yuuna, tidak ada yang lebih penting dibanding tanah liat untuk membuat gerabah kesayangannya.

Tapi kali ini, tangan Yuuna sudah hancur. Jadi dia lebih memperhatikan wajahnya.

"Ya, mari kita terlihat lebih baik agar mereka tidak berpikir aku sepenuhnya jatuh setelah dihancurkan." Yuuna mencibir. Dia merapikan rambutnya yang panjangnya sudah mencapai pinggang. Warnanya hitam legam dan lurus.

Yuuna adalah ras campura Amerika dan Jepang. Walau wajahnya lebih condong ke Barat, namun masih memiliki sentuhan Asia sehingga saat masih kecil, beberapa kali dia menjadi korban rasisme. Mungkin, itu juga salah satu alasan kenapa Yuuna tidak sering keluar rumah di masa lalu.

Yuuna memakai gaun terusan biru selutut. Kulitnya putih pucat. Iris cokelat terangnya menatap pantulan bayangannya sendiri dengan sorot beku. Yuuna menjepit poninya ke sisi telinga. Lalu dengan langkah pincang dibantu tongkat, dia melangkah meninggalkan kamarnya.

Yuuna sekarang tidak berharap pada siapa pun. Dia tahu diri, dia sepenuhnya sebatangkara.

Kakak tertua yang di masa lalu dia puja baginya sudah mati.

Asura. Adalah pria yang akan Yuuna benci sampai mati.

Yuuna kesulitan berjalan naik-turun tangga, apa lagi kondisi kakinya belum sepenuhnya pulih. Namun dia menolak menggunakan kursi roda. Dia melangkah perlahan dan tertatih, cukup jauh. Tepat pukul 7 malam, dia sampai di ruang makan.

Semua saudaranya sudah berkumpul. Sepertinya mereka menunggu kedatangan Yuuna.

"Selamat malam." Yuuna mengangguk sopan.

Lima pasang mata menatapnya. Yuuna tidak peduli, dia hanya menyorot lurus menunggu dibiarkan duduk.

Asura yang duduk di sudut tunggal melihatnya dan berkata, "Duduklah."

Suara benturan marmer dan tongkat membuat beberapa orang itu melihat kakinya. Yuuna bersikap acuh tak acuh, dia duduk dan seorang pelayan datang untuk membantunya membuka piring.

Chris yang paling jengah berkata sinis, "Bagaimana keadaanmu?"

Yuuna menerima semua makanan yang diletakkan di piringnya dan menjawab sama cueknya, "Tidak apa-apa, hanya akan cacat seumur hidup."

Chris adalah orang yang sudah mematahkan tangan dan kaki Yuuna, menginjaknya tanpa ampun.

Kebencian Chris jauh lebih terasa dibanding 3 saudaranya yang lain. Mungkin, karena sejak kecil dia dibesarkan bersama Edha, dia juga sangat disayangi oleh pamannya, membuat dia jauh lebih protektif dan menjadi orang yang pertama murka saat mengetahui Edha dicelakai orang lain.

Sejujurnya, Chris tidak menyangka kalau luka Yuuna akan sefatal itu. Dia bermaksud mematahkan, tapi tidak berpikir untuk membuat Yuuna cacat seumur hidup. Yang ingin dia berikan hanyalah pelajaran agar Yuuna tidak lagi berbuat onar dan menyakiti Edha.

"Kau akan pincang seumur hidup?" itu adalah pertanyaan Xavier. Usia Xavier baru 21 tahun, dia lebih tua 2 tahun dari Yuuna. Sejak dia datang ke mansion utama Charon, dia tidak banyak berhubungan dengan Edha. Xavier lebih banyak menghabiskan waktu di luar, walau bagaimana pun dia adalah seorang penyanyi terkenal. Dia sibuk konser di mana-mana.

Jadi, walau Edha ingin lebih dekat dengannya, Xavier hanya memiliki pendapat yang baik tentang Edha yang sangat lembut, dia juga jelas ada di pihak Edha saat wanita itu terluka, tapi kebenciannya pada Yuuna –selama Yuuna tidak membuat masalah- bisa dibilang suam-suam kuku.

"Ya." Yuuna mengangguk, tangan kanannya meraih sendok dan sedikit bergetar.

Hening.

Chris merasa tidak nyaman. Yuuna adalah seorang perempuan. Sekarang dia menjadi cacat, di masa depan ... apa masih ada pria yang bersedia menikahinya? Namun dia masih berkata cuek, "Itu adalah konsekuensimu karena sudah nyaris membunuh seseorang yang baik padamu."

Satu sudut bibir Yuuna terangkat, dia menatap Chris dan tersenyum, "Iya, terima kasih untuk kerjasamanya."

Terima kasih karena sudah memotong hidupnya.

Terima kasih karena sudah membuatnya cacat seumur hidup.

Terima kasih karena kalian sudah menjadi buta dan tuli, juga menghancurkan satu-satunya harapan Yuuna agar bisa hidup berdamai dengan mereka di masa depan.

Terima kasih untuk segalanya, Yuuna sangat 'menghargai'nya.

"Yuuna, Yuuna, aku minta maaf, oke?" Edha yang duduk di kursi yang berhadapan dengan Yuuna menatap getir. Matanya berembun, seolah air matanya akan tumpah setiap waktu. Wajah cantik itu menunjukkan kelembutan seperti peri. Siapa yang akan mengira kalau Edha sebenarnya tidak lebih dari seorang penyihir yang begitu licik dan cerdik?

"Waktu itu ... aku tidak sadar. Kalau aku tahu Kakak akan memberimu hukuman itu, aku akan menjelaskan semuanya. Aku sudah mengatakan pada mereka, kalau kau benar-benar tidak bersalah. Mungkin, saat itu kau sebenarnya tidak sengaja menyenggolku saja?"

Apa yang dikatakan wanita jalang ini, heh?

Bukankah dia hanya menyiramkan bensin ke dalam api?

Kejadian itu sudah 3 bulan berlalu, dan ucapannya hanya akan membuat kemarahan keempat orang di sekitar mereka yang sudah reda kembali mengudara.

Betapa 'baik hati'nya teratai putih di depannya itu, kan? Sekilas dia seperti sedang membela Yuuna, namun pada faktanya ... Edha hanya mendorong Yuuna ke jurang api.

Dugaan Yuuna memang sepenuhnya benar. Ekspresi 3 orang itu langsung berubah 'bau', terlihat masam.

"Edha, kau tidak perlu membelanya, hanya dia sendiri dan Tuhan yang tahu dia benar-benar sengaja atau tidak." Chris yang tadi sempat merasa bersalah menyingkirkan emosi negatif itu. Dia merasa ini hukuman yang pantas.

Yuuna mengerjap, dia menjawab dingin, "Ya, aku pantas mendapatkannya. Semua berkat kebodohanku sendiri yang membuatku jadi cacat sekarang, kau tidak perlu membelaku atau apa pun." Senyuman Yuuna terlihat lembut namun entah kenapa membuat Edha tidak nyaman? Yuuna mengimbuhkan, "Dalam hidup ini, orang-orang akan menuai dari apa yang mereka taburkan. Retribusi itu nyata. Seseorang yang sangat dengki dan memiliki hati hitam terhadap orang lain cepat atau lambat akan mendapatkan balasan yang setimpal."

Yuuna mengerjap polos dan berkata, "Oh, tentu saja yang aku katakan tentang diriku sendiri."

***

3. Yuuna Kembali

Keluarga Charon.

Sebagai salah satu klan terpandang di negaranya, mansion utama mereka menempati sebuah wilayah besar di pinggiran Kota Boston. Mansion itu menduduki tanah 5 hektar, hanya ditempati klan utama dan orang-orang yang bekerja untuk mereka saja.

Kepala keluarga Klan Charon saat ini adalah Asura Charon. Dia merupakan anak tertua dari anak laki-laki satu-satunya klan utama –kakeknya. Hanya saja, karena sebuah kecelakaan, Asura sudah kehilangan sosok ayahnya saat usianya masih 8 tahun. Asura memiliki seorang adik kandung, dia juga laki-laki. Chris Charon, usia Chris 4 tahun lebih muda darinya.

Selain Asura dan Chris, mereka juga memiliki dua sepupu. Dua orang itu merupakan anak dari adik perempuan sang Ayah. Keduanya juga laki-laki dan saudara kandung. Hanya saja karena ayah mereka berselingkuh di masa lalu, bibinya Asura tidak bisa mengampuninya, begitu juga dengan kakeknya, jadi ... pria itu diusir dari rumah. Karena perselingkuhan dan sakit hati, bibinya mengalami gangguan jiwa. Dia dipindahkan ke Australia untuk berobat. Namun dua tahun lalu akhirnya sang Bibi juga meninggal karena sakit. Jadi, dua sepupunya juga datang untuk tinggal bersama Asura.

Atlas Charon berusia 26 tahun. Dia juga memiliki kendali di perusahaan, dia merupakan orang kepercayaan Asura yang membantu pemimpin klan untuk menangani banyak pekerjaannya.

Adik Atlas adalah Xavier Charon. Dia masih sangat muda. Usianya baru 21 tahun. Xavier tidak tertarik dengan dunia bisnis. Sejak kecil dia senang bernyanyi. Sekarang, dengan sumberdaya yang tidak terbatas, dia berhasil mewujudkan cita-citanya. Saat ini, dia merupakan seorang penyanyi yang memiliki banyak penggemar di berbagai belahan dunia.

Karirnya bisa dikatakan sangat sukses.

"Jadi, Asura memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Dia akan menjadi pemimpin di masa depan, bagaimana kalau Paman membantumu mengajarkan beberapa hal yang Paman tahu?"

Saat masih kecil, Asura sudah kehilangan figur seorang ayah. Jadi, saat melihat Ray, pria yang menikahi bibi termudanya dan selalu merawatnya dengan baik, Asura juga menghormati pria itu seperti ayah kandungnya sendiri.

Ray mengajari Asura banyak hal. Karena mereka sama-sama menempati mansion utama, Asura banyak berinteraksi dengannya. Asura dan Chris diperlakukan seperti anak kandungnya sendiri. itu juga alasan mereka sangat menyayangi Edha. Saudari perempuan kecil mereka.

Kehidupan mereka sangat harmonis. Sampai akhirnya terjadi kecelakaan 2 bulan lalu. Mobil yang membawa Paman dan Bibinya terguling setelah menghindari truk. Bibinya meninggal di tempat.

Pamannya dalam situasi kritis. Asura tidak punya banyak perasaan tentang bibinya. Tapi dia sangat menghargai paman iparnya. Namun sebelum mengembuskan napas terakhirnya, Pamannya berkata sedih, "Asura, jika Paman memintamu untuk melakukan sesuatu untukku, bisakah kau melakukannya?"

Asura bertanya tenang, "Apa itu?"

"Sebenarnya, Paman memiliki anak yang lain." Ray tersenyum sedih. "sejak dia dilahirkan, Paman belum pernah menemuinya. Paman merasa terlalu bersalah pada bibimu, ingin mengubur masa lalu itu sampai kematianku. Tapi ... anak itu tidak bersalah. Saat ini dia masih tinggal bersama ibunya, tapi ... jika suatu hari nanti dia ditinggalkan sendirian, bisakah kau pergi untuk melihat dan merawatnya? Walau tidak begitu dekat, dia masih sepupumu juga."

Asura tidak terlalu terkejut. Di lingkungan mereka, setelah seorang pria menduduki posisi yang sangat tinggi, hanya sedikit di antara mereka yang masih setia pada pasangan hidup mereka.

Tapi sejujurnya, permintaan sang Paman memang sangat keterlaluan.

Dia meminta Asura untuk merawat anak haramnya. Itu sama artinya menyatukan keberadaan anak itu dengan Edha, anaknya dari pernikahan yang sah.

Namun, Asura tidak merasakan begitu banyak hal. Jadi dia hanya mengangguk dan mengatakan, "Aku akan melakukannya."

Setelah mendengar janji Asura, Ray bernapas lega. Dia ingin melupakan anak itu sepenuhnya. Tapi dia mengingat beberapa lembar foto yang dikirimkan oleh orang-orang suruhannya. Nama gadis kecil itu adalah Yuuna Mikaela. Dia bahkan tidak memiliki nama belakang ayahnya.

Mantan kekasihnya tidak pernah memberitahu Yuuna perihal siapa ayah kandungnya, benar-benar memutus kontak mereka sepenuhnya.

Ray awalnya tidak banyak tergerak. Tapi saat ini, dia tahu hidupnya tidak akan berangsur lama. Penyesalan demi penyesalan itu begitu menyiksa. Rasa bersalah karena tidak mengakui darah dagingnya sendiri membuat Ray luar biasa menderita.

Jadi, walau dia merasa malu, dia tetap meminta Asura pada akhirnya.

Dia tahu, Asura tidak memiliki banyak perasaan tentang keluarganya. Tapi dia akan memperlakukan orang-orang yang dihargai Ray dengan baik. Asura sangat baik pada Edha bukan karena istrinya Ray, Ray selalu tahu itu. Hubungan istrinya dengan Asura bisa dibilang cukup jauh walau istrinya adalah bibinya.

Tapi, karena Ray yang merawat Asura sejak kecil. Mengantar ke manapun saat Asura membutuhkannya, ikatan mereka seperti ayah dan anak saja.

Ibunya Asura sudah menikah lagi sejak lama dan meninggalkan keluarga Charon. Jadi baik Asura atau Chris, hanya bisa bergantung satu sama lain dan mengandalkan Ray juga kakeknya.

Ray benar-benar bersyukur karena dia selalu memperlakukan keponakan-keponakannya dengan baik.

Air matanya menetes, dadanya sesak, "Terima kasih." Ray menggenggam tangan Asura erat, "terima kasih. Paman hanya bisa mengandalkanmu saja."

Dua hari kemudian, Ray mengembuskan napas terakhirnya. Pemakaman besar dilangsungkan, Ray dikebumikan di pemakanan leluhur Klan Charon.

Asura menepati janjinya, dia mengirim seseorang untuk mencari keberadaan Yuuna dan ibunya. Sampai akhirnya sekitar 1 tahun lalu dia mendengar kabar tentang kematian ibunya Yuuna.

1 bulan kemudian, Asura datang menjemput Yuuna sendiri, mengajak wanita itu untuk tinggal bersamanya.

***

Tiga bulan berlalu begitu saja.

Yuuna sudah tidak perlu menggunakan kruk. Tapi kakinya belum sepenuhnya pulih, jadi untuk berjalan ... dia masih harus dibantu tongkat untuk tidak terlalu membebani kakinya.

Tangan Yuuna sudah pulih sepenuhnya. Hanya saja saat tangannya terangkat, dia tidak bisa berhenti tremor.

Yuuna tersenyum kecut. Jangankan untuk membuat gerabah yang bagus, dia bahkan ragu apa tangan kanannya bisa digunakan untuk membuat satu atau dua hal yang sederhana.

Walau Yuuna lebih senang tinggal di rumah sakit untuk menghindari para iblis di mansion Charon, pada akhirnya dia masih harus pulang.

Yuuna sengaja pulang di siang hari. Tidak ada satu pun 'keluarga'nya yang akan tinggal di jam itu. Yuuna menyeret tas kecilnya sambil berjalan pincang. Danilla –pelayan- menyambutnya di depan pintu.

"Miss Yuuna, saya akan membawakan tas Miss Yuuna ke kamar." Danilla mengulurkan tangannya.

Yuuna meliriknya dan menyerahkannya, "Ya."

Lalu Yuuna melangkah sendiri.

Beberapa orang yang melihatnya sedikit canggung. Mereka tidak tahu apa yang salah? Tapi sepertinya ... sejak kembali setelah 3 bulan 'menghilang', temperamen Yuuna sudah berubah sepenuhnya.

Dia menjadi sedikit jauh dan tidak bisa didekati. Bahkan saat di masa lalu, Yuuna selalu tersenyum pada Danilla. Kali ini Yuuna hanya meliriknya sekilas sebelum sibuk dengan urusannya sendiri.

"Siapkan aku makan siang lalu antarkan ke kamarku." Yuuna memberi perintah.

"Miss Yuuna tidak akan makan siang di ruang makan?" tanya Danilla ragu.

Yuuna menghentikan langkahnya, dia menoleh dan menatap Danilla dengan sorot lurus, "Kakiku cacat, dan kau masih memintaku untuk berlarian?"

"Saya tidak bermaksud. Maafkan saya." Danilla buru-buru menunduk menyesal.

Yuuna tidak mengatakan apa pun. Hanya melangkah menuju tangga, lalu berjalan tanpa mengeluh.

Yuuna sama sekali tidak menyadari, kalau di kejauhan ... Asura yang sengaja pulang lebih awal juga menatap dan memperhatikannya.

Asura menyadarinya, kalau Yuuna ... sudah sepenuhnya berubah.

***

4. Pertemuan Kembali

Setelah satu bulan dirawat, kondisi Yuuna sudah semakin membaik. Walau begitu, dia menolak untuk kembali ke mansion Charon dalam waktu dekat. Yuuna merasa akan lebih baik kalau dia dirawat sampai sepenuhnya pulih.

Setiap hari yang dilakukan Yuuna hanya makan, tidur, membaca buku, atau menonton film.

Di masa lalu, Yuuna tidak punya banyak teman. Dia hanya senang tinggal di rumah sambil membuat kerajinan tangan sendiri. Terpukau dengan kemampuan ibunya dalam membuat gerabah.

Yuuna juga melakukan home schooling. Jadi hubungannya dalam bermasyarakat memang tidak banyak.

Sekarang Yuuna merenungkannya.

Dalam hidup ini, dia tidak memiliki apa-apa. Dia juga tidak memiliki seorang pendukung seperti kebanyakan orang di sekitarnya. Dulu, Yuuna hanya mengandalkan kemampuan tangan ajaibnya untuk bertahan hidup. Tapi sekarang ...,

Pupil Yuuna menggelap saat dia melihat tangan kanannya yang digips.

Tidak apa-apa kalau ada tulangnya yang patah, kedua kakinya juga tidak masalah. Tapi ... kenapa harus tangannya?

"Asura Charon." Yuuna berbisik pada dirinya sendiri. Kebencian yang dia rasakan pada pria itu semakin membeludak. Begitu besar sampai membuat dadanya sesak. "Pria itu tahu tanganku adalah segalanya, tapi dia tidak ragu memerintahkan untuk mematahkannya."

Pupil Yuuna menggelap. Dia mengingat satu demi satu pahatan yang ada di wajah pria itu.

Saat pertama bertemu, Yuuna mengira Asura seperti seorang pangeran. Sangat tampan, tinggi, kuat, dan bijaksana. Yuuna seolah melupakannya, kalau iblis ... juga memiliki kemampuan penyamaran yang indah.

Yuuna yang dulu begitu naif, berpikir kalau dia sudah diterima dan dianggap sebagai keluarga.

Dia lupa. Fakta tentang dirinya yang merupakan anak haram, anak dari hasil perselingkuhan. Yuuna bahkan tidak pernah menemui ayahnya seumur hidupnya, bagaimana mungkin saudara-saudara yang murah itu bersedia menerima Yuuna begitu saja?

Terutama ... Edha.

Wanita itu awalnya terlihat seperti malaikat. Dengan manik hijau lembut, rambut pirang panjang yang cantik. Kulitnya seputih susu, dia merupakan kesayangan keempat saudara mereka.

Edha adalah anak sah sang Papa dengan istrinya. Sementara ibunya Yuuna, tidak lebih dari roda ketiga yang sudah mengganggu hubungan harmonis keluarga mereka.

Menerima kedatangan seorang anak yang sudah menghancurkan keharmonisan orang tuanya, heh?

Yuuna diam-diam tersenyum.

Tidak peduli apa pun alasannya. Gelas sudah terlanjur pecah. Karena Edha begitu kejam saat menghancurkan hidupnya. Jangan salahkan Yuuna ... karena juga akan membalas setiap kekejamannya.

"Kau begitu takut aku akan mengambil segalanya darimu karena itu berkali-kali mencoba membunuhku, kan? Tidak apa-apa, karena sudah terlanjur, aku akan mengabulkan setiap ketakutanmu."

***

"Ya, gadis muda di bangsal itu bukankah sangat menyedihkan? Sudah 1 bulan dia dirawat, dan keluarganya belum ada yang datang untuk menjenguknya."

"Aku dengar saat dia dijemput dalam kondisi tubuh patah, dia menelepon ambulan sendiri. Kemungkinan besar dia adalah anak yang diabaikan."

"Dia sangat kurus dan kecil, bagaimana bisa orang-orang begitu tega menyakitinya?"

"Dia juga anak yang baik dan sopan. Selama dirawat, dia tidak pernah melakukan hal yang merepotkan. Sudah jelas yang bermasalah itu keluarganya."

Simpang siur mulai terdengar. Gossip tentang Yuuna yang dirawat tanpa pendamping sama sekali, sudah menyebar. Yuuna mungkin tidak banyak bicara, tapi dia selalu berperilaku patuh dan lembut. Jadi, semua suster menyukainya. Apalagi Yuuna sangat kurus seperti kekurangan gizi. Orang-orang ini mengutuk keluarga Yuuna yang tidak merawat anak semanis itu dengan baik.

"Miss Yuuna, waktunya makan siang." Seorang suster mendorong troli memasuki kamar Yuuna.

Yuuna menoleh, dia tersenyum dan mengangguk sopan, "Terima kasih."

"Jangan terlalu sungkan." Suster ini sudah cukup akrab dengan Yuuna. Dia meletakkan satu demi satu menu makanan di meja lalu digeserkan agar Yuuna lebih mudah mendapatkannya. "bagaimana tangan dan kakimu hari ini? Apa masih sakit?"

"Berkat Dokter yang memberikan perawatan terbaik, ini sudah lebih baik." Yuuna menjawab dengan nada hangat, "hanya ... dokter mengatakan kemungkinan sembuh total masih menghabiskan waktu 6 bulan."

Yuuna masih cukup beruntung karena Asura sedikit bijak dan tidak membatasi pengeluaran kartunya. Setidaknya dia bisa memilih perawatan terbaik dan beberapa dokter spesialis terkemuka di rumah sakit.

Kalau sampai Asura juga membekukan kartunya, jangankan dirawat dokter spesialis, dalam satu minggu pertama, kemungkinan Yuuna sudah harus meninggalkan rumah sakit. Uang tabungannya tidak banyak. Rumah dan aset peninggalan sang Mama sudah dialihnamakan menjadi milik keluarga Charon.

Yuuna tidak bisa untuk tidak mengutuk kenaifan dirinya sendiri di masa lalu.

Suster mengangguk, "Aku mendengar di bulan kedua kau mungkin sudah bisa berjalan. Tapi tidak bisa terlalu lama, jangan melakukan aktivitas yang sulit juga."

Yuuna melihat kakinya yang jelek pasca operasi. Walau sudah dilakukan operasi, kemungkinan besar dia masih akan pincang. Di masa depan, kaki itu tidak bisa melangkah terlalu banyak lagi.

"Setidaknya saya masih bisa berjalan." Yuuna tersenyum lagi, "ini masih harus disyukuri."

"Anak yang baik." Suster menghela napas sedih untuknya, "makanlah. Lalu minum obatmu agar kau sembuh lebih cepat."

Setelah bertukar beberapa kalimat lagi, suster pamit untuk pergi. Yuuna sudah melepas infusan, jadi setiap aktivitasnya dia akan menggunakan tangan kiri. Dia mulai mengambil sendok dan makan dengan tenang. Rambutnya menghalangi, jadi dia menyampingkan ke sisi telinga dan melahap makanannya lagi.

Lalu, Yuuna menyadari sesuatu. Dia merasakan ada seseorang yang saat ini sedang menatap dan memperhatikannya.

Perlahan Yuuna mengangkat wajahnya, lalu manik cokelatnya saling menumbuk dengan biru gelap yang menyorotnya beku.

Yuuna meletakkan sendoknya di sisi mangkuk dan mengangguk dengan sopan.

"Kak Asura." Yuuna menyapa hormat. Namun tidak ada lagi nada kagum atau ketergantungan. Ini seperti sapaan biasa pada orang asing. Ekspresi di wajah Yuuna sangat lurus. Dia tidak memiliki harapan lagi pada sosok yang sempat dia sangat kagumi di awal.

Setiap perasaan baiknya untuk Asura ... sudah sepenuhnya mati.

Asura mengangguk, dia mendekat dan melihat hal yang dimakan Yuuna. Pria itu memakai jas setelan kerjanya. Tinggi Asura 190 cm. kulitnya pucat dengan rambut setengah leher yang disisir rapi berwarna cokelat terang.

Pria itu sangat maskulin dan terlihat kuat.

Asura bertanya, "Kudengar kondisimu sudah membaik."

Tangan Yuuna mengepal sesaat, dia masih menjawab tenang, "Ya."

"Kapan kau akan keluar dari rumah sakit? Kudengar kau sudah diizinkan pulang."

"Setidaknya sampai aku bisa berjalan lagi." Yuuna mengerjap. Tidak ada senyum di bibirnya. Dia juga tidak terlihat kikuk seperti di masa lalu. "mungkin aku akan dirawat selama 3 bulan."

Asura terdiam. Dia menatap Yuuna saksama, "Apa kau sudah merenungkan kesalahanmu?"

Pupil Yuuna menggelap. Namun dia masih menjawab lurus, "Ya."

"Edha sudah pulih sepenuhnya. Dia bilang dia tidak menyalahkanmu, setelah apa yang kau lakukan, dia masih membelamu dan mengatakan kalau kau mungkin tidak sengaja mendorongnya. Jadi dia meminta kami untuk tidak menyalahkanmu lagi."

"Begitu." Dalam hati, Yuuna mencibir. Membelanya, ah? Bukankah yang diucapkan Edha secara tidak langsung justru mendorong kebencian saudara-saudaranya semakin dalam pada Yuuna?

Yuuna tidak pernah percaya pada kebaikan rubah betina itu.

"Sampaikan terima kasihku untuk Kak Edha." Yuuna berkedip, dia balas melihat Asura dan mengimbuhkan, "dia sangat baik. Cepat atau lambat ... aku pasti akan membalas budi, untuk semua 'kebaikan'nya."

Asura tampak puas dengan respons Yuuna. Setidaknya wanita bersalah ini tidak bersikeras seperti beberapa bulan lalu.

"Renungkan kesalahanmu. Dan jangan terus membuat kami sakit kepala."

"Ya."

Hanya saja ... Asura merasa ada yang salah. Dia menatap Yuuna lebih dalam. Ada yang hilang dari wanita itu, hanya saja, Asura tidak bisa menebaknya, itu apa?

***

5. Tegar

Saat perlahan membuka mata, rasa sakit yang menggerogoti tangan dan kakinya perlahan membuat Yuuna pulih dari dunia gelap yang memerangkap. Bibir pucatnya terkatup rapat, marmer dingin yang menjadi tempatnya 'terlelap' masih tidak berubah.

Yunna menelan ludah pahit berkali-kali.

Air matanya sudah mengering. Dia melihat posisi tulang tangan kanannya yang aneh lalu tersenyum getir.

Bahkan, keempat saudaranya itu tidak sudi memanggilkan ambulan untuk mengirimnya ke rumah sakit, kan?

Pelayan juga tidak diizinkan.

Yuuna mengatur napasnya yang tersengal. Sakit di kedua orang tubuhnya ini terlalu menyiksa. Yuuna tahu dia tidak boleh banyak bergerak atau cedera tulangnya akan semakin parah.

Tangan kirinya dengan gemetar merogoh saku celana, dia beruntung karena selalu menyimpan ponsel di sana. Dia menekan tombol panggilan darurat, meminta ambulan datang untuk menjemputnya.

"Saya mengalami patah tangan dan kaki, tolong kirim ambulan ke alamat ini." Yuuna menyebutkan alamat lengkap mansion Charon saat ini. Bibirnya terkatup kembali saat mendengar ambulan akan datang paling lambat dalam setengah jam.

Yuuna diminta untuk tidak banyak bergerak, dia bahkan tidak punya kekuatan untuk itu.

"Apa ada seseorang?" tanya Yuuna parau begitu menutup telepon. Tidak lama kemudian seorang pelayan wanita datang. Di antara yang lain, hanya satu orang ini yang akan bersikap baik padanya di mansion Charon. Itupun ... dia tidak berani bertindak terlalu banyak. Dia hanya akan datang jika dia dipanggil saja. Tidak pernah berani bertindak atas inisiatifnya sendiri.

Tapi, seharusnya untuk hal kecil ini, pelayan itu bisa melakukannya.

"Tolong bawakan aku tas dan dompet di kamar. Aku akan pergi ke rumah sakit." Yuuna berkata lemah.

Danilla yang berdiri tidak jauh darinya mengangguk sopan, "Saya akan mengambilkannya."

Yuuna berbaring menunggu lagi. Kalau bukan karena sesekali dadanya bergerak dan matanya berkedip, orang-orang akan curiga Yuuna sudah mati.

Mereka mengira begitu sadarkan diri Yuuna akan menangis histeris. Siapa yang tahu kalau Miss Yuuna mereka sangat tenang dan tenang? Hanya akan menatap kosong seolah tidak ada satu tragedi pun yang baru saja terjadi.

Yuuna hanya merasa lelah.

Dia merasa hidupnya kali ini terlalu sial.

"Harusnya aku tidak pernah datang ke mansion ini." Yuuna berbisik getir pada dirinya sendiri. setidaknya, sebelum dia didaftarkan sebagai salah satu anggota keluarga yang diakui Klan Charon, dia sebebas burung merpati. Dia mungkin tidak begitu kaya, tapi dia sanggup untuk menghidupi dirinya sendiri.

Lagi pula, dia tidak perlu bertemu dengan mereka yang mengaku sebagai keluarganya tapi terus mendorong Yuuna menuju kematiannya sendiri.

Dalam 6 bulan terakhir, sudah berapa kali Yuuna putus asa dengan hidupnya sendiri?

Hanya saja, Yuuna tidak akan mati.

Mata wanita itu mengerjap.

Ya, dia tidak akan mati.

***

Saat Yuuna dibawa menggunakan brankar meninggalkan mansion. Seorang pria berdiri tegak di teras, mengawasi pergerakan orang-orang di bawah sana.

Matanya menatap suram. Tidak ada seorang pun yang bisa menebak apa yang dipikirkan oleh pria bermanik biru tersebut. Saat Yuuna akan dimasukkan ke dalam ambulan, Yuuna melihat ke arahnya. Selama beberapa detik, manik mereka saling menumbuk.

Tidak ada reaksi apa pun. Yuuna hanya kembali menutup matanya, berusaha mengenyahkan rasa dingin dan mencabik karena tatapan keji pria itu.

Dia tidak akan melupakannya.

Perintah untuk mematahkan tangan dan kakinya, diucapkan oleh pria yang sudah menjemputnya ke rumah 6 bulan lalu, mengajaknya untuk tinggal bersama, mengatakan padanya akan memberikan kehidupan yang lebih baik.

Pria itu ... Yuuna tahu, dia selalu menjadi orang yang paling tegas. Selama Yuuna bisa membuktikan dia tidak bersalah, tidak akan ada hukuman yang jatuh padanya. Tapi begitu Yuuna tidak bisa membuktikannya, sosoknya akan menjadi orang yang paling dingin dan tidak segan mengadilinya.

Asura.

Dalam ajaran agama Hindu yaitu bangsa Daitya (atau Detya), kadangkala disamakan dengan rakshasa atau makhluk yang jahat. Mereka memiliki sifat negatif, yakni memusuhi para Dewa.

"Orang tua gila macam apa yang rela memberi nama anak mereka dengan nama setercela itu." Yuuna tersenyum mengejek dalam hati. Hanya menggumam pelan yang bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Asura Charon benar-benar seperti jelmaan iblis. Dia adalah pemimpin klan, setiap keputusan di klan mereka akan diambil olehnya. Baik atau buruknya hal yang akan didapatkan anggota klan ... itu tergantung kebijakannya.

Jadi, orang yang dianggap Yuuna sebagai dermawannya, juga merupakan orang yang secara tanpa sadar sudah membunuh Yuuna berkali-kali.

Dulu, Asura adalah orang yang paling Yuuna kagumi. Sekarang dia menjadi orang yang paling Yuuna benci.

Ya, Yuuna membenci Asura. Melebihi kebenciannya pada saudari tiri yang selalu menjebak dan memainkannya, Edha.

Napas Yuuna sesaat tersengal, dokter yang menanganinya di ambulan mengira Yuuna kesulitan bernapas, jadi masker oksigen segera dipasangkan, membantu Yuuna untuk meringankan napasnya.

'Aku akan membalasnya.' Yuuna bersumpah pada dirinya sendiri. pupilnya memerah saat dia mengingat satu demi satu orang yang sudah menghancurkannya seperti ini. 'Kalian orang-orang dungu yang tidak bisa membedakan kenyataan dan kepalsuan, aku akan membalas kalian semua.'

***

Selama 1 minggu Yuuna dirawat, tidak pernah ada seorang pun anggota keluarga yang menjenguknya. Yuuna tidak masalah, lagi pula dia tidak pernah ingin dijenguk oleh para bajingan itu.

Dokter mengatakan cedera Yuuna akan pulih dalam waktu 3 bulan. Tangannya masih sedikit tertolong, walau Yuuna akan kesulitan membuat gerabah di masa depan. Tangannya tidak bisa lagi digunakan melakukan hal-hal yang terlalu sulit.

Tapi kaki Yuuna ... mengalami cacat permanen. Seumur hidupnya, Yuuna akan pincang karena ada bagian tulangnya yang remuk dan tidak bisa dipulihkan. Singkatnya, panjang tulang kedua kaki Yuuna saat ini tidak sama.

"Walau saya mengatakan seperti itu, perbedaannya sebenarnya tidak begitu kentara." Dokter menghibur Yuuna sambil tersenyum, "hanya saja Anda tidak akan bisa menggunakan sepatu berhak tinggi semacam heels atau wegdes."

"Tidak apa-apa, Dokter. Saya mengerti." Yuuna menjawab samar. Dia melihat tangan kanannya, "Tangan saya ... apa benar tidak bisa pulih sepenuhnya? Saya seorang seniman gerabah. Karya-karya saya membutuhkan detail yang sulit."

Dokter menghela napas dan menggeleng pelan, "Mungkin, membutuhkan waktu lama sampai Anda terbiasa. Tapi membuat gerabah membutuhkan waktu yang lama dan konsentrasi yang sulit. Jadi ...," Dokter tidak tahu bagaimana harus mengatakannya?

Selama satu minggu Yuuna dirawat. Dokter tidak begitu buta untuk menilai apa yang terjadi? Tangan dan kakinya patah jelas bukan karena kecelakaan. Itu adalah cedera karena dipatahkan seseorang.

Tapi selama Yuuna tidak mengungkapkannya, dia juga tidak bisa bertanya lebih banyak. Apalagi dia melihat nama Charon sebagai nama marganya.

Ada beberapa keluarga yang tidak bisa orang-orang usik tidak peduli seberapa besar rasa penasaran mereka.

Pupil Yuuna meredup. Dia melihat dokter dan berkata lembut, "Saya mengerti. Terima kasih."

Orang-orang itu ... bukan hanya menghancurkan tangannya, tapi juga sudah menghancurkan hidupnya.

Yuuna mengepalkan sebelah tangannya dan berbisik, "Ini baik-baik saja."

***

6. Perubahan Karakternya

Yuuna berkedip, kembali dari ingatan masa lalu yang sesekali akan membuatnya linglung seperti sekarang.

Sikap Yuuna sekarang benar-benar membuat semua orang yang ada di ruangan itu tidak nyaman. Bahkan pelayan yang berdiri dan menunggu di kejauhan juga merasakan keterasingan yang luar biasa.

Di masa lalu, Yuuna sangat lembut dan baik hati. Dia banyak tersenyum walau tidak diperlakukan terlalu baik oleh semua orang. Seolah wanita itu selalu memiliki harapan ... kalau cepat atau lambat dia pasti akan diterima dan diperlakukan lebih baik oleh semua saudaranya.

Saat ini, Yuuna yang cacat menyadari betapa bodoh dan naifnya dia di masa lalu. Kalau saja Yuuna menyadari lebih cepat tentang kepolosannya akan membuat dia dihancurkan seperti sekarang, dia pasti jauh lebih defensif. Dia juga tidak akan menyimpan harapan pada Edha yang cepat atau lambat akan berubah.

Walau bagaimanapun, kebencian Edha pada Yuuna sebenarnya cukup beralasan. Yuuna adalah anak haram. Anak hasil perselingkuhan sang Papa di belakang ibunya. Rasanya justru aneh kalau Edha bersedia menerima keberadaan Yuuna begitu saja.

Hanya saja Yuuna terlalu percaya diri. Pada akhirnya, kepercayaan itu bukan hanya hancur, tapi hidupnya juga melebur.

Sekarang, segalanya sudah terlanjur, jadi Yuuna juga tidak akan menyesali masa lalunya lebih banyak. Dia akan menjadi seseorang yang kuat dan tangguh. Mampu untuk menghadapi badai juga beberapa hewan buas yang saat ini duduk di sekitarnya, siap untuk mencabik Yuuna kapan saja.

Tidak apa-apa. Mereka mencabiknya, Yuuna akan mengunyah dan menelan tulang juga darah mereka semua. Dia hanya membutuhkan kesempatan yang lebih tepat saja.

"Semuanya sudah berkumpul." Asura pada akhirnya membuka mulut. Setelah dia bicara, orang-orang tidak akan berani lagi mendiskusikan perihal ini. Keputusan tertinggi selalu ada di tangannya, "ayo kita mulai makan."

Saat makan malam, suasananya cukup tenang. Edha sangat perhatian, dia mengambil lauk satu demi satu di meja, lalu dia berikan pada saudara yang duduk paling dekat dengannya. Senyumannya sangat manis, membuat siapa pun akan suka dan mencintainya. Edha seperti permata halus yang terlindungi. Dia benar-benar wanita yang bisa membuat banyak pria jatuh hati.

Jangankan pria, wanita saja pasti akan terpukau dengan kebaikannya.

'Penjilat.' Yuuna mengutuk dalam hati.

Asura menikmati hidangan makan malamnya dengan tenang. Namun matanya sesekali akan beralih pada tangan kanan Yuuna yang bahkan sedikit tremor hanya untuk mengangkat sendok.

Seperti ibunya, Yuuna juga seorang pembuat gerabah. Karya-karyanya sudah diakui dan kerap kali muncul di pelelangan dan mendapatkan harga tinggi. Di usianya yang masih sangat muda, kemampuannya dalam seni rupa sangat diakui.

Yuuna belajar membuat gerabah sejak usianya masih 2 tahun. Sejak balita, dia sudah memiliki ketertarikan yang dalam dengan tanah liat. Dia bahkan bisa menebak tanah liat yang berkualitas untuk dijadikan gerabah hanya dengan melirik sekilas. Tahun depan, dia juga akan melakukan pameran, di mana karya-karya buatannya akan dijual dan hasil penjualannya akan disumbangkan.

Asura ingin mengatakan sesuatu. Dia menyadari kalau keputusannya 3 bulan lalu sebenarnya terlalu impulsif. Melihat dari gerakannya, kemungkinan besar ... bukan hanya kaki Yuuna saja yang akan mengalami cacat seumur hidup.

Namun saat bibirnya terbuka, entah kenapa kalimat itu tersendat di tenggorokannya. Dia ingin bertanya apa tangan Yuuna bisa kembali pulih, tapi kalau Yuuna mengatakan 'tidak bisa', apa yang harus dijawab Asura?

Pada akhirnya, kelopaknya kembali turun. Sebagai kepala keluarga, Asura tidak diizinkan menyesali keputusannya. Atau itu tidak akan menjadi contoh yang baik untuk para generasi muda. Dia tidak pernah salah. Masing-masing keputusan yang dia ucapkan selalu dia pertimbangkan sebelumnya.

Asura seolah melupakannya. Kalau usianya sendiri ... juga baru beberapa bulan lalu menginjak angka 28 tahun ini.

***

Selesai makan, Yuuna meletakkan peralatan makannya dengan elegan. Dia mengambil serbet dan menyusut mulutnya perlahan. Lalu kedua tangannya turun. Dia berdiri dan mengangguk sopan pada Asura, "Aku sudah selesai. Terima kasih untuk makanannya."

Tanpa mendengarkan sahutan dari siapa pun, Yuuna berbalik. Dia melangkah tertatih, pergi meninggalkan ruangan itu akan kembali ke kamarnya sendiri.

Yuuna bukannya tidak menyadari, tentang tatapan panas Asura pada tangan kanannya.

Yuuna memegang tangan kanan dan menggigit bibir bawahnya. Berusaha menekan gelenyar nyeri yang membeludak, rasa sakit dan sesak di dadanya begitu membuatnya pengap.

Kenapa harus tangannya?

Entah berapa kali pun dia mempertanyakan, dia masih tidak bisa mendapatkan jawaban.

KENAPA HARUS TANGANNYA?!

Asura tahu itu. Betapa besar obsesi Yuuna tentang gerabahnya. Dia bahkan memberikan semua tabungannya pada keluarga agar dibuatkan studionya sendiri. Dia menjelaskan kalau gerabah adalah hidupnya, hal yang sudah ditekuni Yuuna sejak usia 2 tahun.

Satu-satunya hal yang ditinggalkan ibunya, membuat Yuuna merasa dicintai dan diberkati.

'Terlalu tanpa ampun.' Yuuna tertawa mengejek dirinya sendiri di dalam hati. "HAHAHAHAHAHA!" Yuuna tidak bisa menahan tawa. Tawanya menggelegar saat dia memasuki lift.

Terbahak-bahak, namun siapa pun yang mendengarnya, bisa merasakan kepedihan dan kesedihan yang bukan main sakitnya. Tawa itu jelas bukan tawa seseorang yang bahagia.

Bahkan, Asura dan yang lain di ruang makan bisa mendengar tawa menyakitkan itu.

Tangan Asura gemetar.

Dia mengingat dengan jelas. 3 bulan lalu, Yuuna memohon. Jangan mematahkan tangannya, patahkan saja kedua kakinya. Tapi Asura benar-benar gelap mata. Adik yang dia rawat sejak kecil terbaring tidak sadarkan diri di rumah sakit. Tubuhnya terkilir membuat Edha tidak bisa mengikuti audisi pencarian bakat yang akan berlangsung beberapa hari lagi.

Asura berpikir karena Yuuna sudah mengambil momen yang penting dalam hidup Edha.

Jadi, Yuuna juga harus merasakan kehilangan hal yang sama.

Hanya saja, Asura tidak benar-benar bermaksud membuat Yuuna cacat seumur hidup.

"Mungkin sebaiknya kita memanggil psikiater." Atlas Charon, pria yang sejak makan malam dimulai sampai selesai dan hanya membungkam mulutnya, kali ini membuka suara. Dia menatap Asura dengan tatapan serius, "ada masalah dengan kepalanya."

"Apa itu mengejutkan?" Xavier yang masih memakan buahnya menyahut tenang. Mungkin, dibanding orang lain di keluarganya, Xavier adalah orang yang paling bisa merasakan kesedihan dan kesakitan Yuuna. Dia juga belajar bernyanyi sejak kecil. "Kalau aku tiba-tiba mengetahui tidak bisa bernyanyi lagi seumur hidup, aku juga akan gila."

Chris mengepalkan tangannya. Tidak akan lupa kalau Yuuna dibuat cacat oleh kedua tangannya sendiri.

"Ma-maafkan aku." Edha menyadari suasana tidak benar di ruangan itu. Air matanya mulai mengalir bercucuran, "salahku. Kalau saja saat itu aku tidak jatuh, Yuuna tidak perlu dihukum."

Semua orang menatap Edha. Chris yang berada di sisinya menghela napas dan berkata, "Bukan salahmu. Itu kesalahan Yuuna sendiri, seharusnya dia tidak begitu picik untuk menyakitimu. Kau sudah begitu baik padanya, apa yang membuatnya masih merasa tidak puas dengan kebaikanmu, hah?"

Xavier melihat Edha beberapa lama, lalu dia mengerjap dan bertanya, "Sekarang ... setelah Chris membahasnya." Dia memiringkan kepalanya bingung, "Hal apa yang bisa membuat Yuuna sampai begitu benci pada Edha?"

***

7. Alasan Untuk Membenci

Pertanyaan Xavier membuat Atlas terdiam. Asura juga mengerutkan keningnya.

Edha tercengang, lalu dia perlahan menggeleng, "Aku ... aku juga tidak tahu kenapa Yuuna bisa membenciku? Mungkin dia hanya salah paham padaku saja? Aku benar-benar menganggapnya seperti saudara kandungku sendiri."

Xavier menjawab pelan, "Normalnya, jika harus ada yang membenci di antara kalian berdua, itu adalah Edha yang membenci Yuuna. Yuuna adalah anak haram, wajar kalau Edha membencinya. Tapi kalau posisi yang membenci dibalikkan, itu terlalu ... bagaimana aku mengatakannya? Yuuna tampak tidak masuk akal."

Terlebih, kepribadian Yuuna di masa lalu sebenarnya cukup riang. Dia tidak tampak seperti pembenci. Itu juga yang membuat 4 bersaudara itu awalnya melonggarkan kewaspadaan. Sebelum di minggu-minggu berikutnya, Yuuna mulai melakukan kesalahan satu per satu. Membuat semua orang kesal dan jengah.

Tapi, seperti yang sudah dikatakan, keberadaan Xavier di mansion itu sebenarnya cukup langka. Dalam satu bulan, dia hanya akan beberapa kali pulang. Itu membuat kesan Xavier terhadap Yuuna begitu mengambang. Jadi dia tidak bisa menebaknya terlalu banyak.

"Apalagi alasannya selain kedengkian?" Chris mendengkus. Baginya, hanya alasan ini yang paling masuk akal. Itu karena Yuuna terlalu iri pada nasib Edha. "Dia melihat Edha jauh lebih baik darinya, lebih cantik, juga sejak kecil dia dilimpahi berkah. Edha sangat dimanjakan oleh Paman Ray, sebaliknya ... Yuuna bahkan tidak pernah bertemu dengan sosok ayah kandungnya sendiri. Iri itu menjadi kebencian, orang yang berhati sempit mudah tersinggung dengan kebaikan yang dialami orang lain."

Edha sangat senang karena Chris selalu ada di pihaknya. Saudara keduanya ini adalah sosok yang paling menyayanginya. Kepercayaan Chris pada Edha bahkan nyaris membabi buta. Itu sebabnya Edha paling dekat dengan Chris.

Namun, di permukaan Edha masih mengatakan, "Mungkin ... mungkin itu hanya salah paham. Yuuna tidak bermaksud seperti itu? Atau mungkin Yuuna curiga kalau aku belum sepenuhnya menerima Yuuna, jadi dia melakukan beberapa hal untuk membuktikan ketulusanku."

Tidak ada jawaban.

Xavier hanya memasukkan buah kembali ke dalam mulutnya dan mengangguk, "Itu masuk akal."

Walau bagaimanapun Xavier tidak bisa menaruh curiga pada Edha. Itu tidak bisa disalahkan, karena interaksi Xavier dengan Edha jauh lebih intens dibanding dengan Yuuna yang baru muncul beberapa bulan lalu.

Terlebih, di depan semua orang, Edha selalu berperilaku baik. Dia juga selalu membela Yuuna. Di media sosial, jumlah penggemar Edha tidak sedikit.

Berbeda dengan Yuuna, Edha adalah warga Amerika asli. Jadi sejak kecil dia tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan saat bergaul di luar. Hidupnya selalu berjalan baik, semua orang memperlakukannya dengan hangat dan memanjakannya. Dia seperti malaikat kecil yang dilindungi, tidak ada alasan baginya untuk memperlakukan orang lain termasuk Yuuna dengan buruk.

Dibanding Yuuna yang sejak kecil hanya tinggal bersama ibunya, juga beberapa kali mendapat perlakuan yang tidak menyenangkan karena ras campurannya, kepribadian Yuuna juga introvert, dia tidak mudah bergaul dengan orang lain.

Sekali lagi, poin ini benar-benar menguntungkan Edha dan memberatkan Yuuna.

"Kalau begitu sebaiknya kau menjaga jarak dari Yuuna." Xavier memperingatkan, "seseorang jika sudah terlanjur gelap hati, kebaikan apa pun yang orang lain lakukan hanya akan dianggap munafik, tapi jika mereka sudah tersakiti, mereka akan merasa menjadi orang yang paling malang di dunia dan menyalahkan orang lain tanpa bersedia intropeksi diri."

Edha menggeleng pelan, memasang wajah sedih dan berbisik, "Walau bagaimana pun, Yuuna adalah satu-satunya saudara kandungku. Terlepas baik buruk perilakunya, aku akan selalu menyayanginya."

Di sisi Edha, Chris menghela napas dan mengusap rambutnya pelan sambil bergumam, "Kebaikanmu terlalu naif, itu sebabnya gadis itu semakin berani untuk menyakitimu lebih dan lebih lagi."

***

Yuuna tidak peduli dengan hal-hal yang terjadi di luar. Dia hanya sedang menatap layar komputernya yang menyala, tampak linglung tidak tahu apa yang harus dia lakukan?

Sekarang, dia sudah tidak bisa meneruskan hobinya. Dia tidak memiliki lagi kesibukan yang bisa dia lakukan. Kalau dia terus mengurung diri di kamarnya, dia hanya akan mati dengan cara disalahgunakan oleh saudarinya yang jalang.

Yuuna ingin membalas dendam, itu sebabnya dia tidak akan selalu diam.

Tapi, Yuuna sendiri tidak tahu harus memulai langkahnya dari mana? Dia hidup begitu damai selama 18 tahun terakhir. Baru kali ini dia berkonflik dengan orang lain dan itu menyangkut hidup juga matinya.

Yuuna mengetuk meja komputernya pelan, "Aku yakin sepenuhnya kalau Edha ingin menggunakan tangan orang lain untuk membunuhku."

Bagi keluarga Charon, mengambil hidup orang lain sebenarnya tidak terlalu sulit. Apa lagi anak haram yang tidak banyak diperhatikan oleh siapa pun semacam Yuuna. Yuuna tidak akan ragu kalau Edha ingin menggunakan tangan Asura untuk mengambil nyawanya.

Dia ingin membuat Asura kehabisan kesabaran dan menjatuhkan hukuman mati.

Tapi kalau Asura begitu mudah dimanipulasi, dia tidak akan berdiri di posisi sebagai pemimpin klan saat ini. Edha juga harus bekerja keras. Itu sebabnya dia bahkan berani mempertaruhkan hidupnya sendiri dan menjatuhkan diri di tangga untuk membuat Yuuna disalahkan lagi.

Sayangnya, Asura kali ini juga hanya mengambil keputusan untuk mematahkan tulang Yuuna saja, tidak sampai untuk merenggut nyawa kecilnya. Jika Edha ingin Asura memberikan hukuman yang lebih mematikan, tidak perlu diragukan, Edha harus melakukan jebakan ekstrem lainnya.

Tapi Yuuna sudah jatuh sekali, dia akan menjadi dungu kalau sampai jatuh ke trik yang sama. Itu sebabnya, Yuuna harus menghindari tempat-tempat berbahaya saat berduaan dengan Edha, sebaiknya mereka juga tidak pernah berkomunikasi berdua.

Yuuna ingin menghancurkan Edha. Merobek topeng malaikatnya. Tapi, bagaimana caranya?

Semua orang sudah terlanjur mempercayai Edha. Yuuna tidak perlu menjelaskan apa pun, tidak akan ada orang yang bersedia mendengarkannya.

"Apa yang harus aku lakukan?" Yuuna dengan iseng membuka sosial media Edha. Dia bergumam, "dia punya ratusan ribu penggemar."

Yuuna melihat isi dari kolom komentarnya. Lalu sudut bibir kanannya terangkat dan mencibir, "Semua adalah pujian."

Tidak perlu diragukan, merusak reputasi Edha benar-benar tidak mudah. Yuuna bahkan merasa sakit kepala hanya dengan memikirkannya.

Yuuna mengklik satu demi satu web di internet. Karena tidak bisa memikirkannya, sementara tidak perlu memikirkannya.

Lalu Yuuna memasuki forum membaca yang populer dalam beberapa tahun terakhir.

"Oh, ini cukup menarik." Yuuna mulai larut membaca. Dia menopang pipi dengan tangan kirinya, terlihat serius. "menulis itu benar-benar menggiring opini, kan? Bahkan hal yang salah menjadi benar."

Lalu Yuuna tertegun. Dia mengerjap dan berseru, "Ah?"

Jadi ... bisa juga dilakukan dengan cara ini?

Yuuna terkekeh dalam hati.

Nilai bahasanya tidak begitu buruk. Yuuna jelas memiliki kemampuan dasar kalau hanya untuk menulis sebuah cerita yang tidak membutuhkan terlalu banyak plot-plot yang rumit.

Yuuna terkekeh dalam hati dan berkata, "Ayo ... kita membuat cerita dengan tema Cinderella, dengan menjadikan mereka sebagai peran-perannya."

Hal ini akan membutuhkan waktu yang lama. Dia juga membutuhkan sekumpulan penggemar untuk membuat karyanya populer dan dikenal masyarakat luas.

Itu mudah.

Yuuna terkekeh lagi. Ada begitu banyak orang yang bisa dibayar untuk membantunya.

Satu-satunya hal yang menjadi modal Yuuna untuk membalas dendam saat ini adalah jumlah uang saku yang diberikan oleh Asura.

***

8. Psikiater Yang Mengunjunginya

Asura bukannya tidak mengetahui keengganan Yuuna untuk berhubungan kembali dengan keluarganya. Wanita itu bersikap semakin acuh tak acuh, bahkan jarang muncul di depan mereka selain saat waktu sarapan dan makan malam.

Kali ini, Yuuna menjadi semakin pendiam. Apa pun yang semua saudaranya lakukan atau katakan, dia hanya akan bungkam. Ekspresi di wajahnya selalu lurus. Seolah dia tidak memiliki sangkut pautnya dengan mereka semua, seakan menegaskan kalau Yuuna tidak berasal dari dunia yang sama dengan mereka.

Hal ini jelas membuat Asura sedikit peduli. Walau bagaimana pun Yuuna adalah adiknya. Sebagai kepala keluarga, juga orang yang sudah diminta Ray untuk menjaga Yuuna, Asura sebenarnya tidak ingin bersikap terlalu keras pada adik-adiknya. Tapi aturan adalah aturan. Dia selalu kaku dan baku menghadapi situasi yang rentan.

Jadi, pada akhirnya Asura menerima saran salah satu adiknya yang lain.

Hari ini, seorang psikiater profesional datang untuk menemui Yuuna. Sosok itu merupakan wanita paruh baya. Usianya baru sekitar 40-an. Rambutnya berwarna hitam legam, dia berdarah Asia. Atas pertimbangannya sendiri, Asura berpikir kalau Yuuna akan lebih terbuka dengan seseorang yang berkebangsaan seperti ibunya.

Yuuna duduk di sofa sambil memeluk bantal, menatap psikiater yang tersenyum menyapa di depannya.

"Kakak-kakak Miss Yuuna sangat khawatir. Sir Cheron meminta saya untuk menemui Anda untuk melihat apa ada yang bisa saya lakukan untuk membantu Anda?" wanita itu masih tidak kehilangan senyumnya.

Yuuna membelakangi jendela besar kamarnya. Dia mengerjap dan menjawab, "Jadi ... apa Anda bisa mengembalikan tangan atau kaki saya yang sekarang cacat?" tanya Yuuna dengan nada geli.

Wanita di depannya tertegun. Dia lalu menjawab, "Hal-hal yang bisa saya lakukan adalah menjadi rekan sharing dengan harapan bisa meringankan kesedihan dan beban di hati Miss Yuuna. Saya tidak bisa melakukan hal-hal ajaib seperti menyembuhkan orang lain." Wanita itu menggeleng, sama sekali tidak kehilangan kesabarannya, "Takdir manusia hidup itu beragam. Terkadang pahit dan manis. Seringkali tidak sesuai dengan ekspektaksi kita selama ini. Tapi selama kita masih hidup, kita akan menemukan makna lain suatu saat."

"Apa yang Miss Yuuna alami mungkin menyakitkan, saya mengerti-"

"Dokter, Anda bisa mengatakan apa pun, tapi jangan pernah mengatakan kalau Anda mengerti perasaan saya saat ini." Suara Yuuna memotong dingin. Ekspresi tenangnya berubah suram dan gelap. Dia memberikan sorot kejam, "apa tangan dan kaki Anda pernah dipatahkan oleh saudara Anda sendiri? Apa Anda pernah dikurung di kamar gelap selama 2 hari tanpa makan dan minum, bahkan sedikit cahaya pun tidak diizinkan? Apa Anda pernah dipukul dan dicambuk? Semuanya ... hukuman itu, padahal Anda tidak pernah melakukan kesalahan yang dituduhkan."

Tangan kanan Yuuna mengepal, "Anda tidak tahu apa-apa, yang bisa Anda bicarakan hanya kalimat-kalimat bijak yang tidak ada gunanya untuk saya."

"Maafkan saya. Bukan maksud saya untuk menyepelekan kesedihan dan rasa sakit Miss Yuuna, saya yang sudah salah bicara." Dokter dengan cepat mengakui kesalahannya. Dia tidak tahu awal mula kisah hidup Yuuna Mikaela. Dia hanya diberitahu kalau Yuuna mengalami patah tangan dan kaki yang akan membuatnya cacat seumur hidup. Yuuna memiliki obsesi membuat gerabah, namun karena cacat permanennya, kemungkinan besar perjalanan Yuuna tidak akan mudah.

Dia sama sekali tidak diberitahukan kalau cacat yang Yuuna alami adalah hukuman dari saudara-saudaranya.

Terlepas dari kesalahan itu benar Yuuna yang melakukan atau tidak, tapi hati Yuuna sudah dipenuhi kekecewaan dan kebencian.

Sebagai seorang psikiater, dokter hanya bisa membantu dan memberi nasihat. Memberi resep obat jika pasien mengalami gangguan yang mengganggu waktu istirahatnya. Tapi jika pasien sendiri tidak mau bekerjasama untuk mengobati kelainannya, jelas perjalanan mereka tidak akan mudah.

"Saya baik-baik saja." Yuuna tersenyum, "katakan pada Saudara tertua, saya baik-baik saja. Selain dari kedua tubuh saya yang cacat permanen sekarang, saya tidak mengalami kerusakan."

"Adapun tentang kepribadian saya yang berubah, dia tidak perlu khawatir. Setiap orang selalu mengalami fase sulit dalam hidup mereka. Hal-hal yang mereka alami juga akan mempengaruhi pandangan hidup dan karakter dari orang itu. Bukankah Dokter setuju?"

Dokter di depannya mengangguk. Untuk mengatakan Yuuna normal, jelas dokter tidak berani. Dari pandangan dokter, Yuuna mengidap beberapa gejala yang merujuk ke gangguan jiwa bipolar, anxiety, bahkan depresi. Tapi karena Yuuna sendiri tampaknya tidak mau untuk melanjutkan pengobatannya, dokter tidak bisa memaksa lagi.

"Saya akan mengatakannya pada Sir Cheron. Untuk Miss Yuuna, jika Anda membutuhkan bantuan saya, Anda bisa menghubungi saya kapan saja." Dokter meninggalkan kartu nama di meja. Dia tersenyum hangat dan mengimbuhkan, "Saya mungkin tidak bisa berbuat terlalu banyak, tapi jika yang dibutuhkan Anda adalah teman curhat, saya akan selalu bersedia mendengarkan setiap keluh kesah Anda."

Yuuna mengangguk, "Oke."

"Kalau begitu, saya akan pamit pulang dulu." Dokter bahkan tidak menanyakan alasan Yuuna dihukum sampai dibuat cacat seperti sekarang. Dunia orang kaya, semakin sedikit yang dia ketahui, semakin besar juga potensi untuk bertahan hidup.

Apalagi Cheron adalah klan tua. Sebisa mungkin, orang-orang akan berusaha untuk tidak bermasalah dengan mereka.

***

Setelah dokter pergi, Yuuna hanya menoleh, menatap pemandangan di balik jendela dengan sorot kosong.

Di rumah ini, Yuuna tidak bisa mempercayai siapa pun selain dirinya sendiri. Bahkan pelayan-pelayannya saja adalah sekumpulan bajingan yang sudah dikendalikan Edha sepenuhnya.

Orang-orang selalu berpihak pada mereka yang terlihat lebih kuat.

Melihat Edha dimanjakan oleh keempat Tuan Muda, tentu saja semua orang di mansion juga akan condong ke arahnya.

Bahkan, Danilla yang selalu melayani Yuuna dengan baik selama ini. Yuuna curiga kalau orang itu adalah sosok yang sudah diletakkan Edha di sisinya, untuk memantau Yuuna lebih banyak. Sehingga tahu lebih banyak rutinitasnya.

Kelopak mata Yuuna terkulai turun, "Aku tidak boleh mengizinkan tikus memasuki wilayahku lagi." Yuuna mencibir.

Dia ingin menang.

Tapi Yuuna bukan manusia ajaib. Dia tahu kalau dia harus berdiri melawan semua saudaranya, terlebih kakak sulungnya, mati masih meninggalkan mayat utuh saja sudah menjadi kebaikan.

Klan tua semacam ini selalu kejam. Mereka bahkan tidak ragu untuk mengeksekusi keluarga sendiri yang memiliki potensi merusak keharmonisan.

Jadi ... jika Yuuna ingin mengalahkan Edha, dia harus mengambil hati dulu semua saudaranya, kan?

Sangat lucu. Lelucon ini membuat perutnya sakit saja.

"Aku tidak punya pilihan lain. Sepertinya, hanya cara ini yang paling bisa dilakukan." Yuuna mengerjap.

Reputasinya di depan keluarganya sudah terlanjur buruk. Jadi yang harus dia lakukan adalah memulihkan imejnya sedikit demi sedikit. Walau begitu, Yuuna tidak mau terkesan menjilat. Terlalu menjijikkan. Yuuna masih membenci mereka semua sampai mati.

Jadi ... yang harus Yuuna lakukan adalah ... menjaga keterasingannya, dan mulai mendapatkan simpati dan perhatian mereka.

"Perjalanan yang tidak mudah." Yuuna mengeluh. Walau begitu, dia masih harus bersemangat.

***

9. Menginginkan Pelayan Ekslusif

Setelah makan malam, sekitar pukul delapan malam, Yuuna melangkah menuju ruang belajar kakak tertuanya. Yuuna tidak bisa bergerak bebas saat ini, jadi dia masih membutuhkan seseorang untuk melayani setiap kebutuhannya.

Di depan kakak tertua, Yuuna masih harus bersikap rendah hati. Jangan sampai dia membuat kesalahan dan mendapatkan hukuman lagi.

Yuuna mengetuk pintu ruang belajar.

Asura sejak tadi sudah menebak Yuuna akan datang. Ketukan tongkat dan marmer terdengar cukup jelas. Itu sebabnya dia menghentikan pekerjaannya, menunggu Yuuna.

Asura hanya tidak akan menyangka kalau Yuuna sengaja mengetuk tongkatnya keras untuk mengganggu Asura dan memperingatkan kedatangannya.

"Masuk."

Perlahan pintu dibuka. Yuuna berdiri tegap. Gerakannya masih sangat anggun dan elegan. rambutnya digerai lurus. dia memakai gaun tidur berwarna purple polos.

Asura menatapnya. Yuuna perlahan menutup pintu, lalu melangkah mendekati Asura.

"Ada apa?" tanya Asura akhirnya. Dia tidak bisa untuk tidak melirik tangan dan kaki Yuuna sedikit sebelum akhirnya fokus ke wajahnya.

"Kakak, aku mengalami kesulitan dalam beberapa hal, jadi menginginkan pelayan ekslusifku sendiri." Yuuna berkata tenang.

Asura tidak menyangka kalau Yuuna akan meminta ini darinya. Dia masih menjawab, "Ada banyak orang di mansion ini, kau bisa memilihnya satu atau dua sesuai keinginanmu sendiri."

"Aku hanya membutuhkan satu orang, dan aku tidak ingin orang-orang yang sudah berada di mansion."

Asura berkedip, "Alasannya?"

"Aku ingin seseorang yang tidak berhubungan denganku sebelumnya. Tidak tahu banyak tentang urusanku juga."

Apa yang dimaksud Yuuna adalah ... karena dia tidak mempercayai seorang pun di rumah ini, jadi dia menginginkan seseorang yang tidak pernah terlibat dengan mereka sebelumnya. Yuuna mencurigai semua orang. Asura sudah mendengarnya dari dokter, tentang kemungkinan Yuuna yang akan mengalami paranoid parah setelah hal-hal buruk yang wanita itu alami dan meninggalkan trauma.

Asura mempertimbangkan sebelum menjawab, "Kau mengetahuinya sendiri. Tidak sembarangan orang bisa memasuki mansion ini. Orang-orang yang bekerja di tempat ini semuanya sudah memiliki pelatihan beberapa tahun sebelumnya. Jadi untuk seseorang yang sepenuhnya tidak berhubungan, aku tidak bisa memberikannya."

Yuuna tahu tentang itu. Dia sudah menyiapkan jawaban, "Aku ingin memilih seseorang sendiri di asrama pelatihan khusus yang dikelola keluarga Charon. Apakah itu bisa?"

Asura melihat kaki Yuuna lagi dan mau tidak mau dia harus setuju. Yuuna cacat seumur hidup akibat kesalahannya, Asura sendiri sudah mengutus beberapa orang untuk mencari dokter terbaik. Dia ingin memulihkan kondisi Yuuna, tapi hasilnya selalu sama.

Sejauh ini, hanya mukzizat Tuhan saja yang bisa memulihkan tubuh Yuuna seperti semula.

Yuuna mengajukan permintaan kecil setelah selama 2 minggu tidak mau mengatakan apa pun di depan keluarganya.

"Aku akan membawamu ke tempat itu agar kau bisa memilihnya sendiri. Kau bisa mendapatkan 2 pelayan baik itu pria atau wanita untuk selalu mendampingi dan menemanimu."

Yuuna tidak mungkin untuk tinggal seumur hidup di dalam mansion, jadi memang harus ada orang yang menemani dan melindunginya saat Yuuna meninggalkan wilayah mansion.

"Terima kasih." Yuuna mengangguk lembut. Namun senyuman yang dulu sering dia tunjukkan sudah sepenuhnya menghilang. Sikapnya benar-benar penuh keterasingan.

"Ada yang lain?"

"Ya, aku ingin mengajukan permintaan yang lain jika Kakak tidak keberatan."

Asura menunggunya.

"Sekarang aku cacat dan tidak bisa lagi melanjutkan pekerjaanku sebelumnya." Yuuna menyentuh tangan kanannya, mengusapnya beberapa kali membuat manik Asura juga terarah lurus ke gerakan halusnya.

Jari-jari Asura sesaat menegang. Namun ekspresi di wajah itu masih lurus.

"Aku ingin melanjutkan sekolahku. Kebetulan tidak lama lagi akan dimulai semester baru."

Asura mengerutkan keningnya samar, "Kau ingin pergi ke Universitas?"

"Ya."

Asura memindai wajah Yuuna, mau tidak mau berkata, "Kudengar di masa lalu kau tidak mau melanjutkan sekolah di luar karena beberapa kali menjadi korban rasisme. Apa kau akan tetap bersekolah dengan kondisimu yang sekarang?"

Dulu tubuh Yuuna sempurna dan tidak bisa mengelak dari kejamnya rasisme. Sekarang Yuuna cacat, saat dia dikerjai, dia bahkan tidak bisa berlari dan mudah ditangkap.

"Tidak apa-apa, bukankah ada pelayan yang akan kau tinggalkan untukku? Aku akan memilih mereka yang tahu cara berkelahi."

Asura masih ragu-ragu, "Jika kau ingin belajar, aku bisa memanggil guru untuk mengajarimu di rumah ini."

"Aku ingin pergi bersekolah."

Asura tidak bisa memaksa. Terlebih rasa bersalahnya pada Yuuna memang membuatnya tidak nyaman. Asura tahu hukuman itu dijatuhkan karena 'kesalahan' Yuuna sendiri. Tapi perasaan sudah membuat cacat seseorang yang diminta Pamannya untuk dijaga apalagi cacat itu seumur hidup, Asura mau tidak mau akan berhati lembut.

"Sesuai keinginanmu."

Yuuna tampak puas. Dia mengangguk lagi, "Kalau begitu aku akan kembali ke kamarku."

"Besok pagi aku akan membawamu ke wisma untuk memilih orang."

"Terima kasih." Yuuna pamit. Lalu dia berbalik, sengaja dia menggelincirkan tongkatnya membuat tubuhnya terhuyung maju nyaris jatuh.

Asura berdiri hendak membantu, namun Yuuna dengan cepat menguasai keseimbangan tubuhnya.

Tanpa menoleh, Yuuna tetap berjalan meninggalkan ruangan itu.

Asura membatu. Dia mengepalkan sebelah tangannya, dia merasa tidak nyaman. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar meragukan apa hal yang dia lakukan itu sudah tepat? Hanya sesaat, sebelum dia mengenyahkan pemikiran tidak nyamannya.

Asura memijat pangkal hidung sebelum akhirnya kembali duduk. Dia mulai sibuk bekerja.

***

Yuuna melangkah menuju kamarnya, siapa yang mengira kalau dia akan berhadapan dengan Edha yang baru saja meninggalkan kamar?

Dua orang itu saling berhadapan. Yuuna berhenti melangkah dua meter di depan wanita itu. Ekspresinya sangat dingin, seolah dia bertemu dengan musuh setiap leluhur dari generasi ke generasi saja.

Bibir Yuuna terkatup rapat. Namun dia hanya menatap tanpa mengatakan apa pun.

"Yuuna, dari mana saja?" tanya Edha dengan senyuman sopan dan lembutnya.

Yuuna tidak menjawab, dia hanya menatap dan berdiri tegap.

"Kenapa kau memandangku seperti itu?" Edha memasang ekspresi sedih. Dia menghampiri Yuuna, Yuuna melangkah mundur.

Yuuna tidak tahu apa yang akan direncanakan wanita sialan ini. Tapi dia harus selalu menjaga jarak, kalau-kalau Edha menjebaknya lagi, bukankah Yuuna akan menjadi pihak yang paling menderita untuk kesekian kalinya?

"Yuuna, mengapa menjaga jarak begitu jauh?" Edha terkekeh main-main. "ini tidak seperti aku akan menyakitimu, kan?"

Kau tidak akan menyakitiku, tapi kau begitu berengsek ingin mengambil hidupku, Jalang! umpat Yuuna dalam hati.

Edha terkekeh, dia mengulurkan tangannya hendak menyentuh bahu Yuuna agar berhenti menghindarinya.

Siapa yang tahu kalau Yuuna akan mengerjap sebelum akhirnya menjatuhkan diri sendiri dan meringis kesakitan.

Edha mengerutkan kening. Suara debaman itu cukup keras. Dia bahkan belum menyentuh Yuuna sama sekali, tapi wanita di depannya sudah jatuh sendiri. Bukankah dia terlalu takut pada Edha?

"Apa yang kalian lakukan?"

Edha belum mengatakan apa pun, sebelum tubuhnya berjengit saat mendengar teguran dengan suara menggema di balik punggungnya.

Edha menatap Yuuna dengan sorot dingin.

Yuuna yang duduk di lantai masih merintih kesakitan. Tapi kalau ekspresinya diperhatikan lebih jelas, saat ini ... Yuuna sedang mengukir senyuman samar.

***

10. Keraguan

Edha sangat marah.

Dia sama sekali tidak mendengar langkah kaki di belakangnya, dia juga terlalu fokus pada Yuuna sampai tidak menyadari kalau ada seseorang yang memperhatikan di balik punggungnya.

Tapi Yuuna jelas tahu. Edha memikirkannya, kemungkinan besar Yuuna melihat salah satu kakak mereka, itu sebabnya dia langsung menjatuhkan diri begitu tangan Edha terulur untuk menyentuh bahunya.

'Sialan! Wanita cacat ini sekarang cukup berani untuk menjebakku, kan?!' Edha mengumpat dalam hati.

Di permukaan, Edha masih bergegas berjongkok untuk menyentuh Yuuna, bertanya khawatir, "Yuuna, kau baik-baik saja? Kenapa tiba-tiba jatuh seperti ini? Hati-hati, bukankah cederamu belum sepenuhnya pulih?"

Yuuna tidak menjawab. Dia hanya menundukkan kepala dalam.

Xavier baru saja kembali ke mansion setelah pergi hampir 1 minggu. Dia akan pergi menemui Asura dulu untuk menyapa, siapa yang tahu kalau di perjalanan, dia akan bertemu dengan Yuuna yang sedang berhadapan dengan Edha?

Edha mengulurkan tangan, Yuuna jatuh begitu saja.

Dari perspektif Xavier, Edha terlihat mendorong Yuuna sampai jatuh. Itu sebabnya dia langsung menegur mereka.

Xavier mendekat.

Yuuna sudah cacat. Xavier tidak bisa membayangkan kesedihannya karena harus sepenuhnya melupakan impiannya untuk membuat gerabah lagi di masa depan. Sebagai seseorang yang juga menggilai bakatnya sendiri dalam menyanyi, Xavier merupakan orang yang paling bisa membayangkan kesedihan Yuuna andai Xavier tidak bisa bernyanyi lagi.

Itu sebabnya, dibanding semua saudaranya yang lain, Xavier saat ini merupakan orang yang memperlakukan Yuuna jauh lebih baik.

"Kakak." Edha memanggil Xavier sambil menoleh. Dia tersenyum cemas, "tiba-tiba Yuuna jatuh sendiri saat aku mengulurkan tanganku untuk menyentuh bahunya, bisakah kau memeriksa kondisi Yuuna?"

Secara tidak langsung Edha mengisyaratkan tentang Yuuna yang saat ini sengaja menjatuhkan diri untuk menjebak Edha dan membuat Xavier salah paham. Jadi jangan mempercayai apa yang dilihatnya dari kejauhan!

Xavier juga mengerti itu. Dia berjongkok di depan Yuuna, Yuuna perlahan mengangkat wajahnya, membalas tatapan pria di depannya.

"Apa yang membuatmu jatuh?"

Yuuna tidak menjawab. Dia hanya memasang ekspresi menyedihkan sambil memegangi kaki kanannya.

"Kau benar-benar jatuh sendiri?"

Tangan Yuuna menegang. Tatapannya pada Xavier berangsur kosong, Pupilnya meredup saat kelopak matanya terkulai turun dan menjawab serak, "Ya."

Reaksi Yuuna ini tidak luput dari perhatian Xavier.

Kalau saat ini Yuuna menyangkalnya dan menuduh Edha yang sudah mendorongnya, Xavier pasti akan langsung meragukan Yuuna dan menuduhnya sudah memfiitnah Edha.

Tapi Yuuna benar-benar tanpa perlawanan. Dia mengiyakan segalanya, walau ekspresi di wajahnya begitu sedih dan kesakitan. Seakan di dunia ini tidak akan ada orang yang bersedia membelanya tidak peduli apa pun yang Yuuna lakukan. Dia sudah dibenci karena beberapa alasan, jadi menambah kadar kebencian lain sudah tidak akan lagi menghancurkannya seperti di masa lalu.

Ditambah dengan reaksi tegangnya, itu justru membuat Xavier berpikir sebaliknya.

Edha mendorong Yuuna tapi justru menuduh Yuuna menjatuhkan diri sendiri untuk memfitnahnya.

Edha juga melihatnya. Hatinya seolah terkepal. Ini buruk. Dia langsung bertanya dengan nada sedih, "Yuuna, apa maksudnya? Kenapa kau bereaksi seperti ini? Seolah kau menuduhku mendorongmu saja."

Yuuna menelan ludah susah payah dan menjawab lagi, "Aku benar-benar jatuh sendiri. Maafkan aku, Kakak." Yuuna mengangkat wajahnya lagi, menatap Xavier ketakutan, "tolong jangan hukum aku lagi."

Yuuna memegangi tangan kirinya, "Jangan patahkan lagi."

Pernyataan Yuuna terlalu kontradiktif. Itu justru membuat keraguan Xavier semakin besar. Dia melirik Edha sekilas. Edha juga benar-benar dibuat tercengang.

Yuuna ... sejak kapan dia jadi pandai bermain seperti ini?

Yuuna saat ini melakukan teknik yang selalu Edha mainkan. Menjiplaknya dengan cukup jelas. Bahkan air mata kesedihan dan paranoid yang menggantung di pelupuk matanya tidak palsu.

"Aku ... benar-benar minta maaf."

Di mata Xavier, Yuuna mengakui kesalahan ini karena tahu dia tidak akan dibela. Kalau dia membela dirinya dan mengatakan tidak bersalah, dia hanya akan diberikan hukuman menakutkan lainnya. Trauma yang ditinggalkan karena tangan dan kakinya yang dipatahkan terlalu besar.

Yuuna takut karena hal ini, anggota tubuhnya yang lain juga akan diperlakukan sama tragisnya.

Xavier tidak terlalu memperhatikan adik bungsunya. Tapi dia tidak bisa menyenyahkan perasaannya yang sakit. Dia tidak bisa membayangkan hari-hari yang harus Yuuna hadapi di masa depan dengan segala keterbatasannya.

Bahkan, saat dia didorong jatuh, dia tidak menuntut keadilan dari siapa pun, dia hanya akan mengakui dan meminta maaf dengan harapan bisa meringankan hukuman yang dia derita.

"Aku akan mengantarmu kembali ke kamarmu." Xavier tidak berkomentar apa pun. Yuuna meraih tongkatnya erat, dia menatap Xavier dengan sorot hampa saat tangan Xavier berada di tungkai dan pundaknya, lalu perlahan mengangkat tubuh kurusnya.

'Sangat ringan. Gadis kecil ini benar-benar harus menambah daging.' Xavier mengeluh dalam hati.

"Kakak, aku-"

Edha akan mengatakan sesuatu saat Xavier meliriknya dengan sorot muram. Xavier berkata dengan nada tanpa riak, "Kembali ke kamarmu dan renungkan."

Edha membela diri, "Aku benar-benar tidak mendorong Yuuna! Dia menjatuhkan dirinya sendiri-"

"Lalu dia menjebakmu, itu yang ingin kau katakan?" Xavier lagi-lagi tidak membiarkan Edha menyelesaikan kalimatnya.

Edha terlihat terluka. Menatap kakaknya dengan sorot tidak percaya. "Kau ... meragukanku?"

Xavier tidak mengatakan apa pun, dia hanya berbalik dan membawa Yuuna pergi menuju kamarnya.

Yuuna terlihat linglung. Air matanya masih menggantung. Dia mencengkeram kemeja Xavier erat, bertanya dengan nada khawatir, "Apa aku ... apa aku akan dihukum? Bisakah hukumannya tidak begitu sulit? Tidak apa-apa kalau hanya dipukul, jangan mematahkan tulangnya lagi, oke?"

Air mata Yuuna mulai mengalir bercucuran, dia terlihat sangat menderita dan kesakitan.

Dada Xavier bergetar. Dia bisa merasakan sesaknya.

'Gadis ini benar-benar terlalu kurus dan menyedihkan.'

Namun untuk menenangkan Yuuna, Xavier masih bersedia menjawab, "Kau tidak akan dihukum, jangan khawatir."

Yuuna bernapas lega, dia tersenyum kecil dan berkata, "Itu bagus."

Sudah lama sekali sejak Xavier melihat wanita ini tersenyum. Walau samar nyaris tidak terlihat, karena sejak tadi Xavier sesekali akan menunduk dan memperhatikannya, senyuman samar Yuuna masih bisa ditangkap retinanya.

Lalu Yuuna gelisah lagi, dia bertanya dengan nada ragu dan khawatir, "Kalau kakakku yang lain tahu, apa mereka juga tidak akan menghukumku?"

"Atlas masih baik-baik saja, aku akan bicara dengannya untukmu." Xavier menenangkan, "aku juga akan bicara dengan Kakak." di mansion mereka, selain Yuuna dan Edha yang memanggil semua orang dengan panggilan 'Kakak', hanya satu orang yang akan diakui oleh para pria di mansion dan mendapat gelar kehormatan itu ; Asura. Selain pada Asura, biasanya orang-orang ini langsung memanggil nama satu sama lain tanpa embel-embel.

"Soal Chris, tidak perlu khawatir. Selama Kakak tidak menghukummu, dia tidak bisa melakukan apa pun terhadapmu."

***

11. Tidak Satupun

Edha benar-benar merasa buruk. Dia tidak pernah menyangka kalau akan ada hari di mana Yuuna bermanuver dan membalas serangan telak. Terlebih, di antara semua saudaranya, Yuuna justru mengandalkan Xavier.

Xavier jarang berada di rumah. Interaksinya dengan Edha terbatas. Walau Xavier selalu memiliki kesan baik tentangnya, mereka jarang berkomunikasi ... jadi tidak bisa begitu dekat.

Sekarang, Edha sudah menunjukkan salah satu sisi buruknya di depan Xavier. Edha merasa dalam suasana yang krisis. Satu kesalahan akan menimbulkan kesalahan yang lain. Edha tidak mau. Dia ingin menguasai semua saudaranya sepenuhnya.

Itu sebabnya malam ini Edha berdandan. Dia memakai gaun tidur berwarna lilac. Membuat penampilannya jauh lebih manis dan lugu. Edha turun ke dapur, membuatkan kopi dan membawa beberapa camilan di nampan, lalu bergegas pergi ke kamar kakak bungsunya.

Edha menyiapkan diri. Memasang wajah lembut dan manis. Lalu dia mengetuk pintu.

"Siapa?" suara dalam bertanya.

Edha menjawab, "Kakak, ini aku."

Edha hanya menunggu beberapa detik sebelum akhirnya mendengar suara kunci pintu dibuka. Pintu perlahan ditarik mundur. Edha melihat Xavier yang baru selesai mandi. Pria itu hanya memakai celana tidur longgar tanpa atasan. Sebuah handuk kecil tersampil melingkari lehernya. Rambutnya yang sedikit ikal terkulai, membingkai wajahnya yang memiliki roman tajam dan tegas.

Untuk sesaat, Edha menahan napas.

"Ada apa?" tanya Xavier saat melihat Edha linglung. Salah satu alisnya terangkat.

"Ini ... ini aku membawakan kopi dan sedikit cookies. Kakak baru pulang bekerja, pasti lelah, kan?" Edha mengukir senyuman hangat.

Xavier membukakan pintu lebih lebar, membiarkan Edha masuk.

Terlepas dari bagaimana Edha memperlakukan Yuuna, Xavier masih sedikit lebih condong pada gadis kecil yang menghabiskan waktu lebih lama dengannya dibanding dengan seseorang yang hanya baru bertemu beberapa kali dengan Xavier.

Edha adalah harta keluarga Charon. Jadi tentu saja semua orang akan memperlakukannya dengan baik. Terlebih, gadis ini tahu bagaimana cara bicara untuk menyenangkan orang lain.

"Kakak, menjadi penyanyi ... apa menyenangkan?" Edha langsung duduk di sisi ranjang, meletakkan nampannya di nakas. Melihat Xavier yang berjalan memunggunginya. Menuju walk in closet, mengambil kaos lalu memakainya sambil berjalan.

"Ya, itu menyenangkan." Xavier tidak menyangkal. Bernyanyi bukan hanya sekadar hobi, tapi sudah menjadi hidupnya. Xavier bahkan sudah menciptakan beberapa lagunya sendiri. Semuanya disukai penggemarnya dan terus menduduki tangga hits lagu selama beberapa minggu.

"Aku ingin menjadi seorang bintang juga." Edha berkata jujur. "Tapi saat itu aku gagal mengikuti audisi. Jadi aku harus menunggu kesempatan yang lain."

"Bukankah Charon juga memiliki agensi industri hiburan sendiri?" Xavier mengangkat sebelah alisnya, menatap adiknya heran. Xavier sendiri dibesarkan di bawah Charon Ent. Itu sebabnya dia diberikan sumberdaya yang tidak terbatas. Tanpa dukungan keluarga, tentu saja namanya tidak akan sebesar sekarang dalam waktu singkat.

"Iya, tapi aku ingin mengikuti audisi. Aku ingin diakui karena kemampuanku, bukan karena latar belakang keluargaku." Edha tersenyum malu-malu dan berkata, "Kakak, menurutmu apa pikiranku terlalu naif?"

Xavier terkekeh dan mengetuk kepalanya pelan dengan punggung telunjuknya, "Itu bagus berdiri menggunakan kakimu sendiri."

"Aku juga berpikir begitu."

Setelah itu mereka mengobrolkan banyak hal. Edha membicarakan tentang semua lagu dan penyanyi favoritnya. Juga film yang paling ingin dia tonton bulan ini. Xavier bicara dengan akrab. Faktanya ... Edha benar-benar tahu cara membuat orang lain nyaman menghabiskan waktu dengannya.

Edha sangat puas dengan reaksi Xavier. Kali ini, sepertinya kakak termudanya sudah melupakan perihal Yuuna sepenuhnya. Mereka bahkan berjanji untuk nonton bersama di akhir pekan.

Edha keluar dari kamar Xavier dengan bahagia. Dia benar-benar lega.

***

Hari ini adalah hari yang dijanjikan oleh Asura pada Yuuna. Dia akan membawa Yuuna pergi ke 'wisma' untuk menjemput dua orang yang di masa depan akan menjadi pelayannya.

Yuuna berdandan dengan rapi. Dia mengikat setengah rambutnya, merapikan beberapa bagian rambut yang nakal dengan jepit kecil. Dia memakai flatshoes. Mau bagaimana lagi? Dia tidak akan pernah bisa menggunakan heels lagi seumur hidup.

Yuuna mencengkeram kruknya erat. Dia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya perlahan.

"Aku akan pergi dengan saudaraku, tapi sudah seperti akan berlari ke medan perang untuk mempertaruhkan hidup saja." Yuuna tidak bisa berhenti untuk mencemooh dirinya sendiri.

Alam bawah sadarnya masih memiliki ketakutan tersendiri terhadap Asura. Walau di permukaan dia lebih toleran dan lembut, tapi saat Asura memerintahkan untuk mencabut hidupnya, Yuuna benar-benar tidak berdaya. Jadi ... Yuuna juga harus menelan dengan baik kebenciannya.

Jangan sampai menunjukkan begitu intens di depan orang-orang sialan ini.

Yuuna melangkah keras. Suara kruk dan marmer yang berbenturan benar-benar bisa mengejutkan banyak orang yang terbiasa hidup dalam keheningan. Saat dia turun dari lift dan berjalan menuju ruang makan, menghabiskan banyak waktu sampai telapak tangannya berkeringat.

Yuuna sampai.

Dia melihat Asura sudah duduk di kursinya, begitu juga dengan semua saudaranya yang lain.

"Kau terlambat." Edha berucap perhatian. Namun di lain sisi, dia menyalahkan Yuuna karena sudah melanggar aturan keluarga mereka. Di mana semua orang harus berkumpul di ruang makan tepat waktu jika sedang berada di mansion.

Yuuna tidak menyangkal, dia hanya menunduk dan berkata pelan, "Maaf." Dia meletakkan kruknya hati-hati di dekat kursi lalu mencengkeram meja agar bisa berjalan dan duduk dengan baik.

Keningnya berkeringat. Jelas untuk menuju tempat ini saja, Yuuna sudah sangat kesulitan.

Edha dibuat tercengang. Dia mengira Yuuna akan marah dan membalas seperti kemarin? Siapa yang menyangka kalau hari ini Yuuna akan bermain lugu namun terlihat menyedihkan?

Seolah mengingatkan semua orang kalau keterlambatannya kali ini bukan salahnya. Tapi karena kakinya cacat, dia tidak bisa lagi berjalan cepat.

Teguran Edha barusan membuat Edha terkesan sedang membuli Yuuna saja.

Melihat suasana muram pagi-pagi, Asura pada akhirnya membuka suara, "Kita akan pergi ke wisma hari ini. Seperti janjiku, aku akan memberikanmu dua orang pelayan untuk mengikuti dan melindungimu."

Kelopak Yuuna perlahan turun saat dia mengangguk, "Terima kasih."

Yuuna benar-benar berperilaku baik. Bahkan terlalu baik sampai membuat banyak orang merasa tidak nyaman.

Edha menjadi satu-satunya orang yang tidak tahu. Jadi dia bertanya, "Kakak, apa maksudnya barusan?"

Pandangan Asura teralih pada Edha, dia menjawab, "Yuuna saat ini memiliki banyak kesulitan dalam menjalani hidupnya, jadi dia memintaku untuk memberikan dua orang yang akan melayaninya secara ekslusif."

"Kenapa harus pergi ke wisma? Bukankah di mansion ini ada banyak?"

Kali ini Asura tidak menjawab. Dia melirik Yuuna.

Yuuna yang duduk tegak setelah pelayan mengambilkan beberapa lauk ke piringnya menjawab, "Aku tidak mempercayai siapa pun yang berada di rumah ini."

Bahkan tanpa Yuuna menyuarakan, semua orang sudah memiliki pemahaman sendiri. Tapi begitu dibicarakan, jelas semua mata menatap Yuuna karena dia begitu berani.

"Tidak satupun." Tegas Yuuna menyiram bensin ke dalam api.

12. Pergi Bersama

"Kau ..." Chris menggantungkan kalimatnya sejenak. Selalu ... saat dia melihat Yuuna, dia tidak akan melupakan fakta kalau dia yang sudah membuat Yuuna cacat. Ada penyesalan yang tidak bisa dihapuskan sepenuhnya tidak peduli pembelaan apa pun yang Chris tegaskan pada dirinya.

Yuuna adalah perempuan. Sekarang dia menjadi cacat, apa di masa depan akan ada pria yang bersedia menikahinya?

Sekalipun ada. Yuuna pasti akan selalu dipandang rendah oleh keluarga mereka. Terlebih status Yuuna di keluarga Charon sangat rentan. Yuuna adalah anak haram.

Sejak awal dia telah dipandang sebelah mata. Sudah bagus kalau dia tidak dirundung di luar sana terutama karena fitur wajahnya yang sedikit Asia.

Mereka tinggal di Negara yang masih banyak orang rasis di mana-mana.

"Sebaiknya kalu lebih memperhatikan kata-katamu, atau di luar sana, akan ada banyak orang yang ingin datang untuk memukulimu." Chris pada akhirnya menelan kembali setiap kalimat umpatan di mulutnya. Dia masih harus bersikap toleran di depan seseorang yang jauh lebih muda darinya.

Tapi ... jika Yuuna sudah melanggar garis batasnya terlalu banyak, jangan menyalahkan Chris karena dia juga akan melakukan hal-hal yang Yuuna tidak akan mudah menerimanya.

Yuuna tidak mengiyakan atau menyangkalnya. Hanya diam dan menatap Chris sebelum menundukkan pandangan.

Melihat kediamannya, mulut Chris terasa pahit. Pada akhirnya dia juga tidak mengatakan apa pun lagi.

"Ayo kita mulai sarapannya." Asura membuka mulut. Mengakhiri kebekuan yang lagi-lagi merusak suasana.

Semua orang diam dan mulai mengambil sendok dan garpu masing-masing.

Yuuna makan dalam hening. Tidak terlalu cepat atau lambat. Sesekali dia akan merasakan tatapan yang terarah padanya, namun dia tidak banyak menunjukkan reaksi.

Setelah makanannya habis, Yuuna menyusut mulutnya pelan dengan serbet. Lalu menunggu Asura selesai.

Dia tidak menunggu terlalu lama. Hanya sekitar 3 menit kemudian Asura meletakkan sendok dan garpunya. Minum lalu menyusut mulutnya. Dia berdiri dan menatap Yuuna, "Kita pergi sekarang."

"Baik." Yuuna berdiri, dia mengambil kruknya, mengapitnya, lalu melangkah tertatih. Asura menatap kaki Yuuna, hanya beberapa detik sebelum akhirnya berbalik dan melangkah. Yuuna mengikutinya. Namun tidak bisa mengimbangi kecepatannya.

Asura menyadari dia sudah meninggalkan Yuuna terlalu jauh. Jadi dia berhenti, menoleh, dan menunggu Yuuna datang menyusulnya.

Yuuna mendekat. Sama sekali tidak protes. Keningnya berkeringat.

Jari-jari Asura melengkung saat melihat wanita itu begitu kesusahan. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi melihat ekspresi beku Yuuna, pada akhirnya dia mengurungkan niat. Asura kembali meluruskan pandangan dan melangkah, Yuuna mengikutinya.

Kali ini Asura berjalan lebih pelan supaya Yuuna tidak bersusah payah mengikutinya.

Tidak lama kemudian mereka sampai di teras. Seorang pria dengan setelan jas hitam lengkap berdiri di depan pintu mobil, membukakan pintu penumpang untuk mereka berdua.

Asura masuk, duduk dan bergeser ke sisi lain. Yuuna melepaskan kruknya, saat dia akan memasukkan kruk ke dalam mobil, pria yang memegangi pintu membantu Yuuna menerima kruk itu.

"Miss Yuuna, saya akan melakukannya. Tolong masuk dan duduk dengan hati-hati." Pria itu berkata sopan. Yuuna patuh.

Dia masuk dan duduk. Kruk dilipat lalu dimasukkan ke dalam bagasi.

Dua orang itu bersisian. Jarak mereka tidak lebih dari satu meter. Namun seperti dibatasi oleh jurang, keduanya terasa jauh dan tidak bisa saling menggapai.

Yuuna mengalihkan pandangan menatap pemandangan di balik jendela mobil. Kedua tangannya melakukan gerakan meremas pelan. Yuuna tidak bisa menutupi kalau dia sedikit gugup.

Duduk bersisian dengan orang yang paling menyakitinya, tidak mungkin tidak memiliki sama sekali rasa takut.

Pria ini memiliki karismanya sendiri. Tidak heran kalau di usia semuda ini, bahkan orang-orang yang lebih tua saja merasa hormat dan segan padanya.

Yuuna menyandarkan kepalanya ke kaca mobil. Asura melihatnya beberapa detik, lalu kembali meluruskan pandangan, memejamkan matanya sejenak.

Pada adiknya ini ... Asura tidak tahu harus melakukan apa?

Yuuna kehilangan banyak hal, dan Asura adalah orang yang harus paling bertanggung jawab. Namun di sisi lain, kalau saja Yuuna sejak awal patuh dan tidak melakukan kesalahan fatal, Asura juga tidak akan sampai sekejam ini padanya.

'Aku hanya bisa memberinya kompensasi. Selama dia tidak membuat lebih banyak masalah, segala kebutuhannya ... seumur hidup aku akan memenuhinya. janji Asura pada diri sendiri.'

***

Tidak lama kemudian mereka sampai di wisma.

Yuuna tahu kalau Charon mengelola banyak orang, tapi dia tidak pernah menyangka kalau jumlahnya sampai sebanyak ini. Masing-masing orang ini berada di divisi keahlian mereka. Dimulai dari pelayan, koki, bahkan sampai tukang kebun adalah seorang profesional yang kinerjanya tidak akan mengecewakan. Selain itu, di antara mereka jarang hanya memiliki satu keahlian saja.

Wisma itu sangat luas dan mencolok. Setiap orang terlihat disiplin. Mereka jarang membuka mulut saat bekerja. Satu sama lain hanya sedikit berinteraksi, membuat suasana di wisma jauh lebih canggung.

Begitu Asura dan Yuuna datang, mereka disambut sopan oleh pengelola wisma.

"Tuan, Anda datang."

"Hn." Asura melirik Yuuna yang berdiri di sisinya, "Aku menginginkan dua orang untuk melayani adikku. Satu laki-laki dan satu perempuan."

Pengelola melihat Yuuna dan tersenyum hormat. Melihat Yuuna berdiri mengandalkan kruk, dia sudah memperkirakan beberapa tipe orang yang cocok menemaninya.

"Silakan masuk dulu, saya akan menunjukkan beberapa orang yang mungkin sesuai dengan kriteria Miss Yuuna." Pengelola berjalan selangkah lebih dulu menunjukkan arah. Asura melangkah pelan, menyejajarkan dirinya dengan Yuuna.

Yuuna menyadarinya, dia melihat Asura sekilas. Namun Asura masih menatap lurus. Seolah apa yang dia lakukan sekarang sama sekali tidak mengandung unsur kesengajaan.

Yuuna diam-diam mencibir dalam hati. Perilaku heroik macam apa yang sedang kakak bajingannya ini lakukan? Hanya karena dia sudah melakukan beberapa nilai baik, dia kira bisa menghapus setiap kesalahan sepenuhnya?

Sekarang Asura bersikap sok perhatian, apakah dia lupa siapa yang sudah membuat Yuuna cacat?

Kalau kebaikan yang dilakukan Asura ini terjadi sebelum Yuuna dipatahkan, Yuuna mungkin masih akan menolerir dan memaafkan.

Tapi kesalahan Asura terlalu besar. Lagipula, belum tentu pria itu menyesal apa lagi merasa salah.

Dia hanya ingin terlihat bijak dan hebat di depan orang lain. Yuuna mengutuk di dalam hati, Tapi iblis tidak akan pernah bisa menjadi malaikat walaupun dia menyesal sampai berjungkir balik.

Mereka sampai di ruangan pengelola. Dekorasinya putih dan abu-abu. Tidak banyak hal di sana selain rak buku, satu set sofa, meja kerja, dan beberapa lukisan berukuran sedang.

Yuuna dan Asura duduk di sofa.

Pengelola duduk di depan mereka, tersenyum sopan pada Yuuna dan bertanya, "Miss Yuuna, apa Miss Yuuna memiliki kriteria khusus untuk menjadi pelayan Anda?"

***

13. Seorang Butler

"Tahu tempat, bisa bekerja, dan loyal." Yuuna menjawab tenang. "Aku mau orang-orang yang tidak pernah berhubungan dengan keluarga Charon sepenuhnya, terutama mereka yang berasal dari klan utama."

Pengelola yang mendengarnya merasa panas dingin. Klan utama. Itu artinya adalah orang-orang yang saat ini menempati mansion utama Charon juga termasuk. Salah satunya adalah ... pria yang merupakan pemimpin klan, dan saat ini duduk tidak jauh dari Yuuna, mendengarkannya.

Pengelola mengira kalau Asura akan marah karena sikap kurang ajar wanita di depannya. Tapi saat melihat Asura masih memasang wajah tenang seolah percakapan ini sama sekali tidak berhubungan dengannya, Pengelola melihat Yuuna lagi.

Wanita ini ... jelas posisinya tidak biasa.

Semua orang yang berurusan dengan keluarga Charon dan akan bertugas melayani mereka selalu tahu siapa saja orang yang tidak boleh mereka singgung sama sekali.

Asura selalu menjadi nomor satu. Bahkan petinggi klan yang usianya dua kali lebih tua dibanding Asura saja tidak akan begitu berani di depan pria itu. Mereka akan menunjukkan sopan santun dan sanjungan. Bukan hanya karena Asura merupakan pewaris langsung, tapi pria itu memang memiliki kekuatan dan tekadnya sendiri.

Membuat orang-orang merasakan refleksi, ingin patuh dan menuruti apa pun yang pria itu katakan.

Tapi Yuuna, wanita ini bahkan berani berkata begitu sinis di depan Asura. Seolah dia sudah sama sekali tidak sayang nyawa saja. Dan di luar dugaan, Asura membiarkan. Pria ini benar-benar sangat toleran pada adiknya yang belum lama datang.

Pengelola awalnya memikirkan Yuuna dengan skeptis. Dia tahu Yuuna anak haram. Darah campuran yang baru saja datang satu tahun silam.

Tapi melihat bagaiman Asura memperlakukan Yuuna, Pengelola tahu kalau dia tidak boleh menyinggung Yuuna sedikit pun. Atau dia sendiri yang akan menanggung konsekuensi di masa depan.

"Kami memiliki beberapa kandidat. Orang-orang ini sudah berada di wisma sekitar 3 tahun, dan hari ini mereka baru bisa mulai bekerja melayani keluarga besar." Pengelola berkata sopan, "Saya menjamin kalau mereka akan selalu loyal pada Miss Yuuna."

"Jangan menjaminkan apa pun." Yuuna berkata datar. "Hati manusia siapa yang tahu? Kau tidak akan pernah bisa menebak hal-hal yang ada di kepala mereka."

Ekspresi Pengelola langsung hancur. Dia ingin menyangkal tapi yang Yuuna katakan terlalu benar.

"Aku ingin orang yang lebih loyal pada saya bahkan dibanding dengan loyalitas mereka pada Kakakku."

Pengelola lagi-lagi dibuat panas dingin. Wanita ini ... apa dia sadar dengan apa yang sudah dia katakan? Terlebih di depan Asura.

Semua orang yang dibesarkan di wisma sejak awal sudah didoktrin tentang loyalitas kepada Tuan. Terutama pada pemimpin klan mereka dari generasi ke generasi. Namun, setelah mereka dipilih Tuan, kesetiaan mereka akan terbentuk sendiri pada Tuan yang baru. Walau di permukaan, mereka masih akan takut dan hormat di depan pemimpin.

Saat Yuuna meminta seseorang yang lebih loyal pada dirinya sendiri dibanding pada Asura di depan orangnya, bukankah secara tidak langsung dia sudah mengumumkan pengkhianatan?

Pengelola melihat Asura lagi.

Asura tahu Yuuna sudah menempatkan Pengelola di sisi sulit, jadi dia membantu dan mengatakan, "Pilihkan sesuai dengan yang diinginkannya."

Sekarang Pengelola semakin bingung. Namun semua itu tertutup rapat di wajahnya, di permukaan, dia mengangguk patuh dan sopan. Menjawab, "Saya akan memilihkan beberapa orang."

Bukan hanya Pengelola, Yuuna sendiri juga cukup kagum dengan kesabaran Asura. Sama sekali tidak menyangka kalau Asura akan semakin toleran padanya.

Yuuna mencibir diam-diam. Dia meraba tangan kanannya, mengusapinya.

Ini masih terlalu murah dibanding hidup Yuuna yang sudah direnggut Asura tanpa ampun.

Sementara itu, di sisi lain Asura mengerti keinginan Yuuna. Apa yang terjadi pada Yuuna membuat Yuuna semakin rendah diri dan tidak percaya diri. Dia juga kesulitan menerima orang-orang yang berada di sekitarnya, jadi dia menginginkan orang baru yang bisa dia andalkan tanpa harus terlibat banyak hal dengan Charon sepenuhnya.

Ini masih bisa ditanggung. Jadi Asura membiarkan.

Tidak lama kemudian Pengelola mendapatkan beberapa kandidat yang paling cocok. Dia tersenyum, " Miss Yuuna, saya sudah mengumpulkan beberapa orang yang mungkin sesuai dengan kriteria Miss Yuuna, apa Anda ingin melihat mereka sekarang?"

Yuuna hanya mengangguk.

Pengelola bertepuk tangan sekali. Pintu terbuka, lalu beberapa orang berjalan masuk. Berurutan dari yang paling pendek sampai mereka yang paling tinggi.

Ada 7 wanita dan 10 pria. Kandidat ini di mata Yuuna mungkin cukup banyak, tapi sebenarnya jumlahnya benar-benar sedikit.

Yuuna memperhatikan mereka satu per satu. Sampai dia merasakan tatapan seseorang yang paling panas. Begitu Yuuna mengarahkan sorot matanya pada pria dengan tinggi yang Yuuna perkirakan sekitar 193 cm. Bahkan lebih tinggi beberapa senti dibanding Asura, Yuuna merasa wajah itu sedikit familier.

Orang itu juga tampaknya mengenali Yuuna. Dia sedikit lebih bersemangat, namun jari-jarinya langsung terkepal rapat. Dia tidak boleh melupakan etika seorang pelayan.

Yuuna sedikit lega melihat seseorang yang sepertinya mengenalnya. Setidaknya ... orang semacam ini harus lebih memedulikannya dibanding keluarga Charon lain yang tidak pernah berurusan dengannya, kan?

Terus berdua bersama seorang pria akan membuat Yuuna merasa canggung. Sesekali Yuuna juga membutuhkan rekan sesama wanita, jadi salah satunya harus benar-benar wanita.

Yuuna melihat seorang wanita dewasa dengan mata cerah. Usianya mungkin hanya beberapa tahun lebih tua dari Yuuna saja. Pada akhirnya Yuuna menunjuk wanita itu dengan dagunya, "Nomor tiga dari kanan."

Orang yang dipilih langsung mengangguk sopan dan menjawab hormat, "Terima kasih karena Miss Yuuna sudah memilih saya. Nama saya Nicole. Mulai hari ini saya akan menjadi pelayan Anda."

Pengelola cukup puas dengan pilihan Yuuna. Wanita ini ternyata memiliki mata yang cukup selektif.

Lalu mata Yuuna beralih pada pria. Walaupun para pria bedebah di mansion sudah menyakitinya, Yuuna tidak menutupi fakta kalau dia membutuhkan bodyguard. Terutama saat dia mulai bersekolah dan kemungkinan besar akan diganggu karena merupakan seorang ras campuran 'disabilitas'.

Dia menatap para pria itu dan bertanya, "Aku akan bersekolah dan mungkin diganggu. Jika kalian mengikutiku, setidaknya kalian harus tahu cara berkelahi dan memukul."

Pengelola yang mendengarnya berkata menjelaskan, "Para pria ini sangat mampu. Miss Yuuna tidak perlu khawatir. Mereka semua profesional, setidaknya tidak akan kalah jika satu lawan tujuh." Ucapan Pengelola terkesan membual, tapi itu memang kenyataan.

Bahkan, Nicole yang seorang perempuan saja tahu cara berkelahi. Sebelum Yuuna datang, Asura sudah mengatakannya sendiri pada Pengelola, kalau orang yang akan melayani Yuuna tidak boleh sekadar pelayan biasa. Mereka harus memiliki kemampuan untuk melindungi Nona mereka.

Mendengar itu, Yuuna lega, lalu dia berkata, "Aku ingin pria nomor dua dari kanan."

Pria yang sejak tadi menatap Yuuna sangat bersemangat. Kedua sudut bibirnya terangkat tinggi saat dia memperkenalkan, "Nama saya Elfrad, mulai hari ini saya akan melayani Nona."

***

14. Namanya Elfrad

Elfrad jelas sedang dalam suasana hati gembira. Dia sama sekali tidak menyangka kalau akan dipilih Yuuna untuk menjadi pengawalnya. Bibirnya tidak bisa berhenti menahan lekukan samar. Dia tahu dia sudah menunjukkan sisi tidak profesionalnya, tapi dia tidak bisa menahan kegembiraan.

Melihat reaksi Elfrad pada adiknya, Asura mengalihkan pandangan pada Yuuna dan bertanya, "Apa kau yakin ingin memilihnya?"

Yuuna menoleh pada kakak sulungnya. Dia menjawab tenang, "Aku menginginkannya."

Asura masih merasa kalau Elfrad tidak cukup berkualitas. Tampaknya, pria ini belum lama memasuki wisma pelatihan keluarga Charon, jadi dia masih belum sepenuhnya mengetahui hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan sebagai bawahan.

Tapi ... Asura sudah terlanjur berjanji, jadi dia tidak bermaksud untuk mengingkari. Kalau Yuuna memilih orang itu dan meyakininya, Asura akan berkompromi.

Elfrad menyadari kalau Asura tampaknya tidak begitu puas dengannya. Dia segera menundukkan pandangan, kembali menguasai ekspresinya dan jauh lebih tenang.

Dia tidak boleh lupa kalau pria di depannya ini ... adalah pria yang tidak boleh Elfrad singgung sama sekali.

"Atur mereka untuk Yuuna. Yuuna akan mulai mengikuti kegiatan perkuliahan, dua orang itu akan selalu pergi menemaninya."

"Dimengerti." Pengelola mengangguk patuh.

Yuuna tidak bereaksi. Hanya untuk sesaat, kedua maniknya bersinggungan dengan manik pria di sisinya.

Asura tampaknya bersungguh-sungguh menunjukkan sisi perhatiannya, kan?

Yuuna mencemooh dalam hati.

Tidak ada gunanya lagi.

Yuuna tidak akan memaafkannya. Suatu hari nanti, Yuuna akan membuktikan kalau dia tidak bersalah. Keputusan Asura untuk mematahkan tangan dan kaki Yuuna adalah kealfaan pria itu.

Yuuna ingin melihat. Asura yang selalu dinilai adil pada anggota keluarganya, apa bersedia untuk mematahkan tangan dan kaki Edha karena sudah menjebak dan memfitnah Yuuna?

Pemikiran ini membuat Yuuna mau tidak mau tersenyum menghina dirinya sendiri.

Apa Yuuna baru saja menganggap dirinya terlalu tinggi?

Terlepas dari keputusan Asura salah atau tidak, pria itu tidak akan pernah menyesalinya.

Karena Asura tidak memiliki hati untuk menyesal.

Dua orang itu tampak sibuk dengan pemikiran masing-masing. Setelah menyelesaikan prosedur yang mengurus Nicole dan Elfrad, mereka meninggalkan wisma.

Yuuna dan dua orang barunya kembali ke mansion, sementara Asura akan pergi ke perusahaan.

"Miss Yuuna, terima kasih karena sudah memilih saya."

Sekali lagi, dalam perjalanan menuju kamarnya, Yuuna mendengar Elfrad berterima kasih. Yuuna menghentikan langkah, dia berbalik susah payah lalu mendongak menatap pria di depannya.

"Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"

Pria ini jelas terlihat seolah sudah mengenalnya saja. Mau tidak mau membuat Yuuna mencoba menggali kembali ingatan masa lalunya. Apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Lingkungan pergaulan Yuuna sangat sempit. Itu karena dia tidak banyak berteman, dia juga lebih senang mengurung diri di rumah. Sibuk dengan gerabahnya.

Elfrad tidak tampak tersinggung. Dia justru mengangguk dan mengatakan, "Kita pernah menjadi tetangga selama 3 tahun. Saya pindah 3 tahun lalu karena nenek saya meninggal."

Menyadari Yuuna masih tidak mengingatnya, Elfrad tidak menyerah, "Rumah kita bersebelahan. Saya tinggal berdua dengan nenek saya."

Ah!

Yuuna mengingatnya. Memang ada tetangga seperti itu. Ada seorang nenek baik hati yang memiliki rumah kecil di sisi rumah yang Yuuna tinggali bersama sang nenek. Nenek itu sudah sangat tua. Namun senyumnya lembut dan hangat. Dia juga selalu memperlakukan Yuuna dan ibunya dengan baik.

Nenek itu tinggal bersama cucunya. Tapi sejak 3 tahun lalu, saat nenek itu meninggal, rumah kecil tetangganya sangat sepi. Seolah tidak berpenghuni.

Yuuna bukan orang yang peduli pada lingkungannya, jadi dia tidak begitu penasaran dan tidak pernah mencari tahu.

"Jadi ... kau melakukan pelatihan di wisma Charon?" Yuuna mengangguk mengerti.

"Ya, kehidupan kami dulu terlalu sederhana, saya tidak punya uang untuk melanjutkan kuliah. Kebetulan Klan sedang melakukan recuritment, saya mengikuti seleksi dan lulus. Saya tidak menyangka akan bertemu lagi dengan Miss Yuuna."

Sikap Yuuna tidak jauh atau dekat. Namun di masa lalu, wanita itu masih menjadi sosok yang lembut dan murah senyum. Setidaknya, dia tidak akan memasang ekspresi sedingin ini saat berkomunikasi dengan orang lain.

Elfrad tidak tahu apa yang terjadi? Apalagi melihat Yuuna yang mengalami cidera parah di tangan dan kaki kanannya.

Sepertinya ... Yuuna juga tidak menjalani kehidupan yang mudah.

Kalau tidak, perangai Yuuna tidak akan jatuh ke titik beku dalam kurun waktu 3 tahun saja.

"Tidak lama lagi kepala pelayan akan datang untuk mengatur kamar kalian." Yuuna mengalihkan pembicaraan. "Kalian bisa beristirahat untuk hari ini, dan mulai bekerja besok."

"Saya akan bekerja mulai hari ini." Nicole yang sejak tadi menjadi pengamat akhirnya membuka mulut, "Saya sudah lama beristirahat. Saya akan melihat tata ruang di mansion ini dan mengingatnya, lalu saya akan menemui Nona untuk melayani Anda."

"Saya juga akan melakukannya." Efrad kembali pada gestur profesional. "Saya pengawal Anda, saya akan menjaga dan mulai bekerja."

Yuuna hanya bersenandung setuju dan mengatakan, "Lakukan apa pun yang ingin kalian lakukan." Lalu dia berbalik dan kembali melangkah menuju kamarnya.

Elfrad dan Nicole mengikuti. Yuuna sampai di kamarnya, sebelum dia membuka pintu, Nicole mendahului Yuuna untuk membukanya.

Yuuna melangkah masuk, lalu dia pergi menuju kasur dan duduk di sisi ranjang.

Kakinya mulai terasa sakit.

"Miss Yuuna, apa Miss Yuuna ingin saya memijat kaki Anda?" Nicole memberi penawaran, "Saya memiliki pengalaman dalam menangani terapi untuk pasien yang pernah mengalami tulang patah."

Yuuna tidak sungkan untuk mengangguk. Dia membiarkan Nicole berlutut, lalu mulai memijat kakinya dengan gerakan hati-hati.

Mata Yuuna beralih, menatap pemandangan di balik jendela kamar.

Tidak ada suara di ruangan itu. Selain denting jarum jam, degupan jantung mereka sendiri.

Tiga orang di ruangan sudah seperti benda mati. Tidak ada yang berminat untuk membuka pembicaraan.

Elfrad juga hanya menatap dan mengamati. Menebak-nebak apa yang sudah membuat Yuuna mengalami patah tulang seperti ini?

Apa wanita itu mengalami kecelakaan lalu lintas? Atau dia terjatuh dari ketinggian?

Apa pun tebakannya, Elfrad tidak akan pernah berpikir kalau tangan dan kaki Yuuna sudah dipatahkan saudaranya sendiri. Itu terlalu kejam dan tidak manusiawi.

Yuuna mengerjap, dia melihat guci cantik yang mengapit jendela besar kamarnya. Guci-guci itu buatan tangannya. Hal pertama yang Yuuna buat begitu dia memasuki mansion ini.

Desainnya sangat detail. Coraknya lembut namun mencolok. Semua karya Yuuna selalu dihargai oleh mereka yang mengerti seni.

Yuuna mengepalkan tangan kirinya. Dia menatap tangan kanan dengan sorot dalam.

Tapi sekarang ... semua itu sudah menjadi masa lalu. Tidak ada artinya lagi.

Mulai saat ini ... seumur hidup, Yuuna tidak akan pernah bisa membuat gerabah yang bagus lagi.

***

15. Rasa Sakit Yang Tidak Terobati

Sore hari, Yuuna merasa lebih baik.

Dia memiliki studionya sendiri di mansion ini. Saat dia pergi beberapa bulan lalu, dia tidak pernah kembali ke studio untuk membersihkannya.

Dia juga merasa tidak nyaman melihat hal-hal yang akan mengingatkannya pada setiap rasa sakitnya.

Lagi pula, tidak ada seseorang yang bisa dia mintai tolong untuk menemaninya.

"Kita akan pergi ke studio. Bantu aku membereskannya." Yuuna berkata pada Nicole dan Elfrad yang berada di kamarnya.

"Dimengerti." Dua orang itu mengangguk patuh.

Yuuna baru selesai mandi. Dia memakai gaun hitam setengah betis, dipadu dengan switer rajut cokelat muda. Rambutnya masih sedikit basah, Nicole yang sudah membantu menyisir dan menatanya. Yuuna berjalan menuju lift, dua orang itu mengikuti Yuuna selangkah di belakangnya.

Tidak ada yang mencoba menawarkan Yuuna untuk membantunya berjalan, itu karena masing-masing dari mereka tahu kalau Yuuna tidak membutuhkan bantuan.

Jika mereka mengatakan hal-hal yang tidak boleh dikatakan, itu bisa saja menyinggung Yuuna, menambah rasa sakitnya. Jadi, sampai Yuuna sendiri yang meminta, dua orang di belakang Yuuna hanya seperti ekor aksesori yang mengikuti Yuuna ke mana pun dia pergi.

Tiga orang itu keluar dari lift, sebelum mereka sampai di living room, mereka berpapasan dengan Edha yang baru saja pulang dan hendak menuju tangga untuk pergi ke kamarnya.

"Yuuna." Edha memanggil. Dia tersenyum sopan, seperti malaikat yang baru saja turun dari surga, "ke mana kau akan pergi?"

Yuuna mengabaikannya. Dia bahkan tidak berniat untuk menghentikan langkahnya, melewati Edha dan memperlakukan wanita itu seperti udara.

Yuuna merasa tidak nyaman walau hanya menghirup udara di ruangan yang sama dengan si munafik itu.

Diabaikan, Edha berbalik, dia bertanya getir, "Yuuna, kenapa kau memperlakukanku seperti ini? Apa kau membenciku? Apa kau masih menyalahkanku karena patahnya tangan dan kaki kananmu?"

Di depan siapa si muka dua ini sedang berdrama?

Yuuna nyaris membalas marah atau mengabaikannya, sebelum akhirnya dia menyadari sesuatu.

Nada bicara Edha ini ... hanya akan dilakukan kalau ada salah satu kakak mereka yang mengawasi, kan?

Kalau Yuuna salah bertindak lagi, Edha hanya akan mengadu, merasa teraniaya dan menambah intensitas kebencian kakak-kakaknya terhadap Yuuna.

Si sialan ini benar-benar tahu cara bermain. Yuuna mengutuk dalam hati. Untungnya, kali ini dia bertindak cukup cepat.

Yuuna berbalik, dia memasang wajah tenang sambil bertanya, "Apa aku pernah bilang kalau aku menyalahkanmu?"

Edha sudah tahu Yuuna akan membalasnya, tapi tidak menyangka kalau Yuuna tidak gusar dan terganggu. Nada bicara Yuuna setenang angin di musim semi.

"Kapan aku pernah menyalahkanmu?" Yuuna bertanya lagi.

Edha hendak menjawab, tapi Yuuna memotongnya, "Tolong jaga mulut gagakmu. Semua orang di mansion ini mencintaimu, satu luka kecil di jari-jarimu bisa membuat mereka gila dan berpikir untuk memotong leherku."

Lalu Yuuna berbalik dan melangkah lagi, dan benar saja. Dugaan Yuuna tepat 100%. Tidak jauh di depannya, Chris menghentikan laju kakinya, menatap Yuuna dengan sorot dalam.

Pria ini ...,

Yuuna kesulitan mengendalikan emosinya untuk sesaat. Dia tidak akan lupa seberapa kuat pria di depannya menginjak, membuat Yuuna hancur berkeping-keping.

Pupil Yuuna sedikit memerah. Wanita itu bergegas menundukkan pandangan. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya melangkah melewati Chris dengan cepat. Kruknya terpatah-patah beradu dengan marmer seolah bergegas ingin segera meninggalkannya.

Tidak ingin lagi melihat wajah Chris seumur hidupnya.

***

Yuuna sampai di studionya dengan tubuh berkeringat dingin. Dia mengatur napas yang terengah, mencoba menenangkan diri.

Kemarahan dan rasa sakit menggelegak di balik dada, meminta untuk dilampiaskan dan menghancurkan.

Yuuna berusaha tenang. Tapi dia tidak bisa. Setiap kali dia mengingat kalau seumur hidup tangan kanannya tidak akan pernah lagi normal seperti awal, Yuuna merasa kesedihannya sudah cukup untuk menenggelamkan seluruh penghuni mansion ini di dalam laut.

"Aku tidak boleh impulsif. Aku tidak boleh impulsif. Aku benar-benar tidak boleh impulsif." Yuuna berbisik pada dirinya sendiri. Menarik napas dalam-dalam mengembuskannya perlahan. "Marahku hanya akan membuat Edha semakin berada di atas angin, jadi aku tidak boleh marah. Aku tidak boleh masuk lagi ke dalam perangkapnya."

Bicara memang sangat mudah, praktiknya yang sulit setengah mati.

Mempertahankan wajah datar dan tenang di depan seseorang yang mereka benci sampai mati, memangnya ... manusia normal mana yang masih mampu?

Oh, ada.

Yuuna terkekeh dalam hati, "Hanya mereka yang munafik seperti Edha yang bisa melakukannya."

Edha adalah iblis bermuka dua. Tamak, kejam, dan tidak berperasaan. Wanita haus pujian, manipulatif, bajingan, dan sialan.

Elfrad dan Nicole tidak tahu apa yang sedang Yuuna gumamkan? Tapi melihat ekspresi kacaunya, mereka tahu itu bukan hal-hal yang baik.

Sepertinya ... hubungan Yuuna dengan saudara-saudaranya tidak berjalan mulus. Jelas posisi Yuuna di kediaman ini sangat canggung dan tidak terurus.

Walau begitu, setidaknya pemimpin klan -kakak tertua- Yuuna bersedia memberikan Yuuna seorang pelayan dan pengawal pribadi.

Aturan klan biasanya cukup ketat.

Baik Nicole dan Elfrad sebenarnya sama-sama tahu kalau seseorang dengan posisi canggung seperti Yuuna, jangankan dua ... dia bahkan tidak berhak memiliki satu pelayan pribadi yang dipilih sendiri.

Keduanya tahu perihal Yuuna yang bukan anak sah di rumah ini. Tapi mereka tidak peduli, sejak mereka berdua dipilih, mereka harus melayani dan memperlakukan Yuuna dengan baik. Mereka harus bisa menjadi pelayan yang membantu Yuuna meringankan setiap beban berat di pundaknya.

Setidaknya Tuan Asura benar-benar berbelas kasih. Elfrad menggumam dalam hati, Dia masih cukup memperhatikan Miss Yuuna.

Kalau Yuuna mendengar apa yang Elfrad pikirkan sekarang, dia pasti akan langsung tertawa. Itu adalah lelucon paling lucu di dunia.

Yuuna sangat kacau. Dia harus mengasah kemampuan kontrol emosinya. Tidak setiap hari dia akan seberuntung saat ini.

Yuuna mengatur napas.

Setelah lebih tenang, Yuuna berjalan lagi, memutar kunci pintu studio lalu membukanya perlahan.

Mata Yuuna terpejam rapat. Dia tidak berani untuk langsung menatap.

'Baunya masih sama, mungkin hanya sedikit lebih berdebu.' Yuuna bergumam dalam hati. Tersenyum samar. 'Setelah beberapa bulan, pasti ada sarang laba-laba di mana-mana.'

Menyiapkan diri, perlahan ... Yuuna mulai membuka kedua kelopak mata. Dia menatap ke dalam studio dengan mata penuh kerinduan.

Semuanya masih utuh. Tidak ada yang dipindahkan dari tempatnya sejak terakhir kali Yuuna memasukinya.

"Ini ... ini hanya sedikit kotor dan berdebu. Setelah dibersihkan, harusnya baik-baik saja." Yuuna mengukir senyuman kecil.

Senyuman tulus yang sudah lama tidak pernah lagi dia pamerkan di depan siapa pun.

Yuuna melangkah masuk. Dentuman demi dentuman jantungnya terasa menyakitkan seolah membuatnya bengkak dan nyaris meledak.

Yuuna berhenti berjalan. Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengembuskannya perlahan.

"Jangan menangis. Jangan menangis. Jangan menangis lagi. Tangisanku tidak akan mengubah apa pun." Yuuna menguatkan diri. "Aku tidak boleh menunjukkan kelemahanku lagi."

16. Kerapuhan

Tapi manusia adalah makhluk yang aneh. Semakin Yuuna mengingatkan pada dirinya untuk tidak menangis, semakin banyak air matanya yang jatuh meleleh.

Luka di hatinya sudah menjadi borok yang parah. Tidak peduli bagaimana cara Yuuna menghibur diri, dia tetap tidak meredakan kesakitan karena sudah kehilangan hal yang paling penting dalam hidupnya.

Hidupnya menjadi kosong, setengah jiwanya hilang, setengah yang ditinggalkan sudah rusak parah.

Yuuna tidak bisa menahan gelombang demi gelombang nyeri yang seolah akan merobek sisa jiwanya.

Baik Nicole dan Elfrad menyadari ada yang salah dengan Yuuna.

Nicole mendekat dan bertanya lembut, "Miss Yuuna, ada apa?"

Yuuna menggeleng pelan. Dia mengatur napasnya perlahan. "Bantu aku merapikan kembali ruangan ini."

Yuuna tidak berpikir untuk membagi kesedihannya dengan orang lain. Dia juga tidak bisa mempercayai dua orang ini begitu saja. Tidak ada jaminan kalau mereka akan selalu setia padanya. Semua orang yang ada di mansion ini sudah dimanipulasi oleh 'sihir' jahat Edha.

Yuuna tidak boleh menggantungkan harapan pada siapa pun lagi agar tidak perlu merasakan pahitnya kekecewaan untuk kesekian kalinya.

Yuuna melangkah lagi. Elfrad dan Nicole tidak mendapatkan jawaban apa pun, jadi mereka memiliki pemahaman diam-diam dan mengikuti perintah Yuuna. Mereka mulai menyapu, mengepel, dan membersihkan debu juga sarang laba-laba di studio itu.

Elfrad selalu tahu kalau Yuuna dan ibunya adalah seorang pembuat gerabah. Jadi saat melihat studio Yuuna, dia tidak terlalu terkejut.

Hanya saja ... melihat dari reaksi Yuuna, dia bisa mengetahui kalau 'kecelakaan' yang Yuuna alami itu sangat parah.

Kemungkinan, dia tidak akan pernah bisa membuat benda-benda cantik lagi seumur hidupnya.

Elfrad merasakan simpati di hatinya. Yuuna masih sangat muda. Tapi hobi dan cita-citanya berantakan karena hal yang tidak terduga.

Sayangnya, saat ini Elfrad hanya pelayan. Dia bahkan tidak bisa bicara selama Yuuna tidak mengizinkan.

Yuuna mengelap satu demi satu gerabah buatannya di laci khusus sendiri. Gerakannya sangat hati-hati, seolah semua benda rapuh ini merupakan bayinya sendiri.

Ini memang bayi-bayiku. Yuuna tersenyum simpul saat memikirkannya.

Studio itu ukurannya tidak begitu besar, namun karena ada banyak benda berharga, harus dibersihkan dengan hati-hati dan telaten. Kalau sampai ada yang pecah, mereka tidak tahu bagaimana cara menggantinya.

Setelah lebih dari dua jam, studionya kembali bersih dan cantik.

"Miss Yuuna, apa yang harus dilakukan dengan guci ini, apa akan dipindahkan?" panggilan Nicole menyadarkan Yuuna.

Yuuna perlahan menoleh, melihat sebuah guci yang diletakkan di atas meja keramik di tengah ruangan. Tempat di mana Yuuna biasa menghias masing-masing gerabah buatannya.

Yuuna tertegun. Itu masih setengah jadi.

Yuuna mengingatnya. Guci ini adalah guci yang akan dia lelang untuk amal. Hasil penjualan gucinya akan disumbangkan Yuuna ke beberapa panti asuhan.

Sebagai seniman, Yuuna sudah memiliki namanya sendiri. Jadi bahkan satu guci saja bisa menghasilkan uang yang tidak sedikit.

"Aku ... aku belum menyelesaikannya." Yuuna melangkah tertatih. Dia berdiri di depan guci, menatapnya dengan sorot linglung. "Aku belum menyelesaikannya."

Yuuna harus mencoba. Dia benar-benar ingin mencoba.

"Kalian keluar dulu." Perintah Yuuna pada dua orang yang lain. Dia tidak mau kalau saat mencoba dan gagal, dia menjadi bahan tertawaan orang lain.

Nicole dan Elfrad tampak khawatir, namun mereka masih mengangguk mengamini perintah sang Nona.

Kedua orang itu melangkah keluar.

Yuuna menatap guci di depannya dengan sorot getir.

Yuuna mulai menyiapkan beberapa cat yang biasa dia gunakan. Dia menyeret sebuah kursi susah payah, lalu duduk di sana.

Hatinya bergetar. Dia menelan ludah gugup lalu tangan kanannya yang memegang kuas terulur, mencoba untuk memberikan gerakan halus.

Menggores, lalu menghapusnya.

Menggores, lalu menghapusnya lagi.

Tindakan itu Yuuna lakukan berulang sampai setengah jam.

Yuuna menatap hampa. Dia ... kali ini sepenuhnya harus menerimanya bukan?

Yuuna menangis terisak. Lalu tangisannya semakin meledak.

"AAAAARGGGHH!" Yuuna tidak tahan untuk tidak menjerit histeris. Dia berteriak putus asa. Benar-benar melampiaskan setiap depresi dan frustrasinya. "AAAAAARGGGGH!" Dia bahkan kehilangan kemampuan untuk mengumpat.

Dia hanya bisa berteriak, menjerit, menangis keras sambil memukuli meja dengan tangan kirinya.

Yuuna benar-benar tidak bisa melakukannya.

Dia kehilangan tangan kanan dan kemampuannya.

Seumur hidup, Yuuna merasa dia hanya akan diorganisir menjadi sampah.

"KENAPA HARUS TANGAN?! KENAPA HARUS TANGAN?! KENAPA HARUS TANGAN?!" Yuuna berteriak lagi. Bertanya entah pada siapa? Siapa pun yang bersedia memberikan jawaban? Kenapa begitu kejam untuk menghancurkan tangannya?

Kenapa tidak ada yang bersedia berbelas kasih padanya?

"DOSA APA YANG SUDAH KULAKUKAN PADA MEREKA SAMPAI MEREKA MEMATAHKAN TANGANKU?! HARUSNYA AKU TIDAK PERNAH DATANG! AKU TIDAK BOLEH DATANG KE KELUARGA TERKUTUK INI!"

"Aku yang terlalu tamak karena berpikir akan memiliki keluarga yang akan mencintaiku, kenyataannya mereka justru merampas hal paling penting dalam hidupku. HAHAHAHAHAHA!"

Yuuna terus tertawa gila.

Terbahak-bahak sampai tersedak.

Dia sudah sangat putus asa.

"SIALAN!"

***

Di luar studio itu, baik Nicole atau Elfrad bisa mendengar semuanya. Keduanya terlihat sangat cemas dan seolah ditularkan rasa sakitnya. Yuuna hancur berantakan, dan saat ini ... dia ditinggalkan sendirian.

"Apa sebaiknya kita masuk?" Nicole berkata cemas pada Elfrad, "Aku khawatir pada Nona- Tuan?" kalimat Nicole terputus saat dia menyadari keberadaan seseorang tidak jauh darinya.

Dia langsung berdiri tegap dan gugup. Elfrad juga melihat sosok agung itu, dia langsung menyapa hormat.

Asura sampai di sini belum lama. Tapi dia juga mendengar segalanya. Termasuk tangisan rasa sakit dari balik pintu studio.

Saat Asura pulang, dia mendengar dari Chris kalau Yuuna dan Edha membuat masalah lagi. Edha bilang dia baik-baik saja, dia meminta Asura untuk tidak marah dan menyalahkan Yuuna.

Lalu dia bermaksud menemui Yuuna, siapa yang menyangka kalau Asura justru akan mendengar setiap tangisan kesedihannya?

Kenapa harus tangannya?

Sekarang ... Asura memikirkannya.

Saat itu, ya ... kenapa Asura harus mematahkan tangan kanannya? Dia sangat kalap. Dia benar-benar bertindak terlalu tergesa. Dia sama sekali tidak memikirkan dampaknya kalau apa yang dia lakukan bisa membuat Yuuna jatuh sampai ke titik terburuk semacam ini.

Dia tidak berpikir ... kalau keputusannya akan benar-benar membuat Yuuna cacat seumur hidup.

Patahkan saja kedua kakiku, tapi jangan lukai tangan kananku!

Asura mengingat dengan jelas setiap permohonan Yuuna. Yuuna bahkan tidak keberatan jika kedua kakinya dipatahkan, selama tangannya dibiarkan.

Tapi Asura seperti tuli. Dia hanya merasa ... kalau Yuuna layak mendapatkan hukuman ini.

Dalam hidupnya ... Asura tidak pernah menyesali keputusan apa pun yang dia ambil, kecuali hari itu.

Hari di mana ... dia mendorong salah satu anggota keluarganya jatuh ke jurang gelap, tidak bisa melihat cahaya lagi.

Pupil Asura menyusut. Dia mengepalkan tangan kanannya, berbalik, lalu melangkah pergi seolah tidak ada yang terjadi.

Menjadi pemimpin ... benar-benar bukan hal yang mudah untuknya.

***

17. Asura Charon

Asura Charon.

sebagai seorang pemimpin klan raksasa di usia muda, ada terlalu banyak beban di pundaknya. Membuat dia tidak bisa selalu memperhatikan apa yang terjadi di dapur rumah.

Asura tidak punya waktu untuk menilai satu per satu. Dia mendengarkan, melihat bukti, mendengar saksi, lalu memberikan hukuman yang menurutnya paling sepadan.

Sejak awal sisi emosionalnya bermasalah, semakin besar, dia merasa kalau sisinya yang sekarang tidak ada masalah. Dia adalah pemimpin klan, pro dan kontra untuk setiap keputusannya selalu ada. Namun tidak ada pihak kontra yang benar-benar bisa menggoyahkannya.

Ini ... benar-benar menjadi kali pertama.

Asura memijat pangkal hidungnya. Dia sakit kepala.

Dia sudah berjanji pada diri sendiri akan lebih menolerir Yuuna di masa depan. Dia juga akan memberikan kompensasi yang sepadan. Tapi Asura sama sekali tidak tahu ... yang sepadan itu, apa?

Kompensasi macam apa yang bisa dia berikan setelah dia menghancurkan hidup seseorang?

Sementara Asura sedang galau karena pemikirannya sendiri, dia terganggu saat mendengar suara ketukan pintu.

Asura saat ini berada di ruang belajar pribadinya, dia meluruskan pandangan, melihat pengawasan dari layar komputernya.

Chris.

Asura mengangkat satu alisnya samar lalu berkata parau, "Masuk."

Chris memutar kenop dan mendorong pintu. Dia melangkah masuk.

Sepasang adik dan kakak itu saling menatap. Lalu Chris mendekat, sedikit canggung. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Asura, mereka hanya dibatasi satu meja kerja selebar 1,5 meter.

Ada apa?

Asura tidak mengatakan apa-apa. Tapi tatapan yang diarahkan pada adiknya bermakna jelas.

Chris ragu-ragu saat berkata, "Apa kita ... tidak bisa menemukan dokter? Dokter ortopedi terbaik yang bisa membantu Yuuna memulihkan cideranya."

Chris tadi melihat Yuuna kembali ke mansion. Matanya bengkak, ekspresinya menyedihkan dan suram, rambutnya sedikit berantakan. Satu tangannya berpegangan ke kruk, satu tangannya yang lain memeluk guci yang hiasannya berantakan.

Jelas Yuuna mencoba untuk menyelesaikan gerabah yang lain, tapi tidak bisa.

Kelopak mata Asura turun beberapa detik sebelum dia menjawab, "Aku selalu mengira kau membencinya."

Chris terlihat muram saat berkata, "Aku memang membencinya." Chris berkata jujur, "Kami mencoba memperlakukannya dengan baik, tapi dia terus membuat masalah dengan Edha."

"Tapi ... aku saat itu terlalu impulsif, aku tidak bermaksud membuatnya cacat seumur hidup." Chris mengerutkan keningnya samar, "Dia adalah anak haram. Pasti akan kesulitan mencari pasangan hidup di masa depan, apalagi dengan kondisinya yang cacat seperti sekarang."

"Aku bukan tidak berusaha mencari." Asura berkata tenang, dia mengetuk meja dengan telunjuknya beberapa kali, "Tapi tidak berhasil."

"Ada beberapa bagian tulangnya yang remuk dan tidak bisa diperbaiki. Panjang tulang kedua kakinya tidak sama sekarang, jadi dia akan selalu pincang, tangannya ... juga sama." Asura menahan napas beberapa detik sebelum mengimbuhkan, "Dia tidak bisa normal seperti dulu."

Mendengar itu, ekspresi di wajah Chris benar-benar jelek. Secara tidak langsung ini menjelaskan kalau 'sedikit' penyesalan karena sudah merusak masa depan adik sepupunya sendiri, orang yang sudah dititipkan Paman Ray pada mereka ... Chris harus menanggungnya seumur hidup.

Kedua orang itu sama-sama diam. Tidak ada yang tahu apa yang dipikirkan satu sama lain.

Chris sebenarnya sedikit menyalahkan Asura. Kalau saja saat itu Asura tidak memberi hukuman mematah tangan dan kaki Yuuna, dia tidak akan melakukannya. Tapi ... di sisi lain dia juga tidak bisa menuduh kakaknya. Walau bagaimanapun, saat itu Asura hanya memberi perintah, dia tidak menunjuk Chris untuk melakukannya.

Chris melakukan hukuman itu atas inisiatifnya sendiri. Karena dia terlalu marah, Yuuna sudah menjatuhkan Edha di tangga, membahayakan keselamatan adik perempuannya, tapi Yuuna bersikeras tidak mengaku.

Jadi ... Chris tidak mengontrol kekuatannya. Pada akhirnya ... dia benar-benar eksekutor yang paling keji hari itu.

Chris merasa dadanya pengap. Dia melihat Asura dan bertanya, "Kau ... apa kau menyesalinya?"

Chris merasakan penyesalan. Jadi dia tidak mau menderita sendirian, "Kakak ... apa kau menyesalinya?"

Jari-jari Asura sesaat melengkung. Pupilnya menggelap, kelopak matanya terkulai saat dia menjawab, "Ya."

Walau bagaimanapun, Yuuna masih adiknya.

"Aku akan berusaha memperlakukannya lebih baik, memberinya kompensasi. Dia tidak akan pernah mengalami kekurangan seumur hidupnya."

Chris mendengar itu dan sedikit puas. Dia juga berjanji, "Aku tidak akan teralu sering memarahinya lagi. Selama dia tidak membuat masalah dengan Edha, apa pun yang dia lakukan, aku hanya akan membuka satu mata dan menutup mata yang lain."

Setelah mengetahui kalau dia tidak terpukul sendirian, Chris lega. Dia berdiri dan berkata, "Aku sudah memesankan orthosis yang lebih baik untuknya, harusnya akan diantarkan sebelum waktu makan malam."

Asura mengangguk.

Chris akan pergi, namun dia berbalik lagi mengatakan, "Dua pelayan itu, kau sudah membuat kelonggaran yang besar."

"Dia bilang dia ingin bersekolah, sebaiknya ada orang-orang yang menjaganya."

Chris setuju, "Wajahnya masih memiliki rona Asia, jadi sebaiknya dia memang memilikinya." dia mengangkat bahu dan mengatakan, "Aku pergi."

Chris kali ini benar-benar pergi.

Asura tetap diam, dia memainkan jari-jarinya. Kedua pupilnya meredup, pikirannya melayang entah ke mana. Lalu dia menghela napas berat, memejamkan matanya rapat.

Sayangnya ... hal-hal yang disebut 'mengulang waktu' hanya akan terjadi di dunia fantasi saja.

Kali ini ... Asura sepenuhnya tidak berdaya.

***

Yuuna tidak turun untuk makan malam.

Suasana hatinya sedang buruk, dia tidak mau melihat orang-orang yang dia benci, jadi dia hanya mengurung diri di kamar, bergulung di balik selimut sambil memejamkan matanya rapat. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Nicole sudah mengingatkannya, namun Yuuna mengatakan dia tidak enak badan.

Jadi, Nicole turun sendiri, menyampaikan permohonan maaf karena malam ini Yuuna tidak akan turun dan makan bersama keluarganya.

"Dia sakit?" Chris mengerutkan kening. Dia mengingat terakhir kali melihat Yuuna yang datang ke mansion beberapa saat lalu, lalu dia menahan napas, "Apa dia demam?"

Edha di sisi Chris menoleh. Menatap kakaknya dengan mata yang sulit diartikan.

Sejak kapan Chris peduli pada Yuuna?

"Miss Yuuna tidak mengizinkan kami menyentuhnya. Beliau hanya berbaring sambil memeluk gucinya. Beliau juga tidak berhenti menangis."

Jawaban ini benar-benar membuat ekspresi di wajah Chris semakin terdistorsi. Dia langsung tahu alasan Yuuna jatuh sakit lagi.

Walau di permukaan tampak tenang, Asura juga mengepalkan kuat kedua tangannya.

Xavier melihat kedua kakaknya itu, lalu berkata dengan tenang, "Panggil Dokter. Kalau dia terlalu banyak menangis, akan ada kemungkinan dia jatuh demam. Bawakan juga makanan hangat dan mudah dicerna ke kamarnya, dia masih harus mengisi perutnya."

"Dimengerti." Nicole mengangguk patuh. "Kalau begitu, saya akan pergi ke dapur. Permisi."

Suasana stagnan di ruang makan membuat semua orang merasa tidak nyaman. Bahkan Xavier yang merasa tidak berhubungan dengan hal ini saja merasa sesak.

Semua orang menjadi saksi apa yang terjadi.

Mereka bisa menebak apa yang ditangisi Yuuna saat ini.

Edha merasa tidak puas karena Yuuna mengambil alih perhatian semua kakaknya. Jadi dia memecah suasana, "Yuuna ... apakah kita harus menjenguk dan melihat kondisinya?"

***

18. Edha Rue Charon

Edha Rue Charon.

Citra Edha selalu murni di depan semua orang. Bukan hanya memiliki paras cantik, temperamen lembut, senyuman yang sehangat mentari, dan karakter yang mudah bergaul. Edha pandai bicara dan tahu momen-momen yang tepat untuk membuat orang lain menjadikan dirinya sendiri sebagai pusat perhatian mereka.

Lahir sebagai satu-satunya putri sah ayahnya, Edha selalu dimanjakan dan disayangi. Terlebih, kebanyakan saudaranya adalah laki-laki. Di antara semua sepupu perempuannya, Edha selalu menjadi favorit semua orang.

Tua dan muda menyukainya.

Bahkan pelayan di mansion juga benar-benar melayaninya.

Dunia Edha selalu lengkap dan sempurna. Jadi ... dia benar-benar hancur berantakan saat dia mengetahui kalau di luar sana, dia memiliki saudara tiri. Anak haram sang Papa yang tidak diketahui keluarga mereka selama ini.

Edha tahu tentang Yuuna sudah cukup lama, namun dia berpura-pura tidak tahu. Bersikap seolah tidak mengetahuinya sama sekali.

Sampai akhirnya Asura menemukan Yuuna dan memutuskan akan membawa Yuuna ke mansion mereka. Jari-jari Edha terkepal kuat, namun dia harus mempertahankan citra murni dan bersihnya. Jadi, dia memaksakan senyum dan meminta Asura untuk membawa Yuuna pulang secepatnya.

"Aku pikir ... akan lebih baik kalau kami tinggal bersama. Memiliki saudari tiri mengejutkanku, tapi tidak apa-apa. Ternyata aku bukan anak tunggal, aku memiliki saudara yang bisa menjadi teman dan tempat berbagi."

Sikap lembut Edha membuat saudara-saudaranya semakin sayang. Kalau orang lain ada di posisinya, mereka pasti akan mengamuk dan menentang keputusan Asura yang akan membawa Yuuna kembali.

Tapi Edha sangat pintar. Dia tahu kalau dijemputnya Yuuna sudah menjadi keputusan Asura yang tidak akan pernah bisa dia ganggu gugat. Daripada merusak citranya sendiri di depan kakak tertua, akan lebih baik kalau Edha mengangguk patuh langsung di depannya. Setidaknya ... dengan itu, Asura akan lebih memperhatikan dan mengasihinya.

Apa yang Edha pikirkan memang benar. Sejak itu, Asura semakin toleran. Mungkin, Asura memahami kalau Edha pasti merasakan kesulitan saat mengetahui kalau ayahnya memiliki anak haram. Tapi Ray memberi wasiat yang tidak bisa digugat, dia ingin anak-anaknya berkumpul bersama. Yuuna hidup sebatangkara, dia juga memiliki keterbatasan dalam bersosialisasi dengan orang-orang. Kalau bukan dirawat oleh keponakannya yang baik, Yuuna mungkin akan sendirian dan kesepian seumur hidupnya.

Kalau Ray tahu keputusan naifnya itu akan membuat Yuuna menderita seumur hidup seperti sekarang, mungkin Ray akan menyesalinya karena membongkar tentang keberadaan Yuuna. Jelas selama Yuuna tinggal sendiri, hidupnya mungkin tidak akan sebaik orang lain, tapi juga tidak akan seburuk ini.

"Kita adalah saudara, jadi jika ada apa-apa, kau bisa mengatakannya padaku dan aku akan mencoba sebisaku untuk membantumu." Edha tersenyum cerah sambil menyambut Yuuna yang baru saja datang ke mansion mereka. Menarik wanita yang lebih mungil darinya itu ke dalam pelukan.

Yuuna tidak semuram yang Edha duga. Walau awalnya canggung, tapi dia memiliki binar hidup di manik cokelatnya. Landang -tahi lalat- di sudut mata kanannya berwarna merah gelap, menambah pesona dan keanggunan. Yuuna berdarah campuran, visualnya seperti boneka hidup yang memanjakan. Rambutnya hitam panjang dan lurus. Kulitnya putih cerah.

Jelas dia hidup dengan baik selama ini.

Penampilannya sederhana. Dia hanya memakai gaun biru gelap selutut dan switer. Rambutnya dibiarkan tergerai begitu saja. Tapi entah kenapa ... Edha merasakan krisis hidup untuk pertama kalinya. Dia merasa ... kalau dia tidak bertindak, posisinya sebagai Ratu di mansion Charon akan direbut.

Di permukaan, Edha menyambut Yuuna dengan bahagia.

Begitu sampai di kamarnya, Edha mengepalkan kedua tangannya erat. Kedua maniknya memerah marah. Kuku-kuku cantiknya menembus telapak tangan, berusaha menahan kemurkaan dan kesedihan.

Sebenarnya ... tidak akan ada yang menyalahkannya kalau dia marah dan sedih. Apa yang terjadi saat ini memang terlalu tiba-tiba. Semua orang akan memahami posisi Edha.

Tidak mudah untuk menerima anak haram yang selama ini tersembunyi tiba-tiba sebagai saudara.

Tapi Edha memperhatikan citranya terlalu banyak, jadi dia hanya bisa menahan kesedihan tanpa dasar itu di dalam sudut tergelap hatinya.

Menangis sendirian semalaman.

"Kau akan terbiasa cepat atau lambat. Tidak apa-apa."

Asura tentu saja bisa melihatnya. Saat keesokan harinya dia melihat Edha pucat dan memiliki mata bengkak, dia menebak kalau Edha semalaman menangis. Wajar. Asura kagum pada Edha yang masih menyambut Yuuna dengan baik di permukaan, menekan keegoisan dan kesedihannya sendirian. Karena itu, Asura lebih memanjakannya. Apa pun yang Edha inginkan, Asura pasti akan mengabulkan.

Edha awalnya berusaha bersikap tenang. Tapi dia melihat Yuuna mulai sering bicara dengan Asura. Sesekali dia akan berkeliaran juga di antara tiga saudaranya yang lain. Para pelayan mulai menyukainya, jadi ... Edha merasa tidak terima.

Hatinya masam dan penuh duka.

"Kau sudah merebut ayahku, jadi sekarang kau ingin merebut semua cinta saudaraku juga, kan?" Sendirian, mengamati Yuuna yang sedang mengobrol dengan Asura di kejauhan, Edha bergumam pada dirinya. Merasa sakit dan hancur. Dia ketakutan. Dia paranoid. Dia begitu khawatir kalau Yuuna akan merebut posisi Edha sepenuhnya.

"Kita lihat, sejauh mana kau bisa melangkah?" Edha tersenyum aneh. "Semampu apa kau mengambil hal-hal yang paling berharga itu?"

Dua minggu kemudian, satu demi satu keanehan mulai terjadi.

Yuuna merasa bingung karena dia jadi sering dimarahi. Dituduh melakukan hal-hal yang tidak pernah dia lakukan sama sekali.

Sikap Asura menjadi lebih dingin dan cuek. Beberapa saudaranya yang lain bahkan nyaris hanya bicara kalau hanya ada perlunya saja.

Sikap pelayan juga semakin kaku. Yuuna kesepian, tapi tidak ada yang bisa dia lakukan.

Edha selalu memperlakukan Yuuna dengan baik di permukaan, jadi Yuuna hanya akan datang menemui saudarinya, sama sekali tidak tahu kalau satu demi satu masalah yang harus dia hadapi adalah ranjau yang ditanam oleh saudarinya yang baik.

"Apa di mansion ini ada pelayan yang tidak menyukaiku? Jadi mereka menjebakku?" Yuuna bertanya sedih pada Edha.

Edha di sisinya tersenyum menyesal, dia berkata lembut, "Posisimu sejak awal sedikit canggung. Orang-orang yang bekerja pada Charon selalu setia pada Tuan mereka. Jadi ... mungkin ada beberapa yang tidak tahan karena kau datang terlalu tiba-tiba." Edha membujuk Yuuna, menenangkannya agar tidak terus gelisah. "Jangan cemas. Lambat laun mereka pasti akan mengerti. tetaplah ceria, Yuuna."

Didukung oleh saudarinya, Yuuna benar-benar mengabaikan beberapa petunjuk dan tetap fokus menjalani hidupnya. Sebagian besar waktunya dia habiskan di studio untuk membuat gerabah.

Yuuna sama sekali tidak menyadari kalau dia sudah seperti domba polos yang digiring seekor serigala jahat. Kalau saja dia sadar sejak awal, hasilnya mungkin tidak akan seburuk ini.

Sayangnya, Yuuna di masa lalu jarang berurusan dengan orang lain. Edha memperlakukan Yuuna dengan baik, jadi Yuuna mempercayainya begitu saja.

Dan saat Yuuna sadar, dia sudah terlambat banyak langkah.

Pada akhirnya ... Yuuna harus merelakannya.

Kecerobohan dan kebodohannya, sudah membuat Yuuna gagal mempertahankan satu tangan dan kakinya.

***

19. Schadenfreude

Edha merasa tidak puas karena Yuuna mengambil alih perhatian semua kakaknya. Jadi dia memecah suasana, "Yuuna ... apakah kita harus menjenguk dan melihat kondisinya?"

Perkataan Edha menarik perhatian semua orang. Ekspresinya jelas sangat cemas dan khawatir. Terlihat sedikit tidak sabar karena ingin segera menemui Yuuna secepatnya.

Asura memikirkannya, lalu berkata, "Tidak perlu. Makanlah."

Saat ini, Yuuna jelas membenci mereka semua. Dia sedang terpukul karena luka-lukanya, kalau mereka semua melihat Yuuna sekarang, bukankah itu seperti melempar garam ke atas lukanya? Itu sama seperti mengorek lukanya yang sudah borok dan bernanah. Hanya akan semakin menyakitinya.

Lebih baik, berikan Yuuna waktu sendiri. Cepat atau lambat, pada akhirnya Yuuna harus membiasakan diri. Terlepas dari bagaimana kondisinya sekarang, Yuuna tetap harus menjalani hidup pada akhirnya.

Dia kehilangan beberapa hal, tapi juga akan mendapatkan hal-hal lain yang baik untuknya di masa depan.

"Kakak, aku pikir kita harus melihat Yuuna." Edha memasang ekspresi getir. "Apa yang terjadi pada Yuuna salahku, aku benar-benar ingin meminta maaf padanya. Kalau saja aku sadar sejak awal dan menjelaskan pada kalian, Yuuna tidak perlu mendapatkan hukuman."

"Jangan menyalahkan diri, gadis bodoh." Chris di sisinya menjawel pipi Edha pelan. "Kau tidak perlu terus berbohong dan membelanya, semua orang memiliki mata dan bisa menilai."

Untungnya, saat ini Yuuna tidak mendengarnya. Kalau tidak, dia akan menatap Chris dan tertawa 'Haha' dengan sinis di depan wajahnya.

Semua orang memang memiliki mata.

Kecuali para pria bodoh yang sudah dikendalikan Edha sepenuhnya. Mereka jelas lebih buta dibanding orang-orang buta yang sebenarnya.

Atlas sudah mulai makan. Dia membuka suara, "Ya, Kakak benar. Tidak perlu menemuinya. Kalau ada orang-orang yang tidak ingin Yuuna lihat wajahnya saat ini, itu adalah wajah kita semua."

Atlas juga sangat menyesalkannya. Kalau saat itu dia lebih jernih dan sedikit membela Yuuna agar tidak diberi hukuman seberat itu, Asura mungkin akan sedikit mempertimbangkan suaranya. Walau bagaimanapun, jarak usia Atlas dan Asura hanya terpaut 2 tahun. Dia lebih muda, tapi mereka terbiasa berdiskusi bersama. Mereka tumbuh sebagai saudara sebaya.

Dibanding dengan Chris yang merupakan adik kandung Asura sendiri, Asura jauh lebih dekat dengan Atlas. Jadi, selama Atlas meminta Asura mempertimbangkan, Asura jelas akan lebih memikirkan.

Tapi saat itu, Atlas juga sangat marah. Apalagi setelah melihat situasi Edha yang sangat berbahaya. Kalau penangannya lebih lambat, Edha mungkin tidak akan selamat.

Jadi, saat hukuman dijatuhkan, semua orang sepakat merasa kalau Yuuna pantas mendapatkannya.

Sekarang setelah memikirkannya lagi ...,

Atlas menahan napas. Dia merasa perutnya bergolak. Seperti ada ribuan kupu-kupu di lambungnya. Membuatnya sedikit mual dan tidak nyaman.

Atlas adalah seorang desainer, dia juga seorang koki handal yang menghabiskan banyak waktunya di dapur untuk membuat hidangan lezat. Kalau dia kehilangan kemampuan tangan kanannya, jelas dia juga tidak akan begitu tabah.

Sudah untung kalau dia tidak mengacak-acak wajah pelakunya begitu mengetahui tangannya akan kehilangan banyak efektivitasnya bahkan setelah melakukan perawatan terbaik.

Xavier mengunyah dan menelan diam-diam. Menjadi satu-satunya orang yang tidak bicara kali ini. Dia menatap Edha beberapa detik, lalu pandangannya sedikit terkulai.

Edha benar-benar peduli pada Yuuna. Xavier berkomentar dalam hati. Namun dia teringat kejadian dua hari sebelumnya. Saat itu, Edha dengan jelas mendorong Yuuna sampai jatuh. Tapi secara tidak langsung Edha menyalahkan Yuuna karena sudah memfitnahnya dan menjatuhkan diri sendiri.

Ekspresi Yuuna saat itu ... Xavier tidak bisa melupakannya. Dia terlihat nelangsa, wajahnya pucat, dan tampak kosong. Sorot matanya redup seolah sudah kehilangan semua harapan hidup.

Dia begitu teraniaya dan difitnah. Tapi dia tidak berani membela diri, hanya mengakui dengan ekspresi sakit hati.

Jadi ... sekarang Xavier sedikit meragukan Edha.

Keraguan itu di masa lalu hanya sebesar titik saja, sekarang dia benar-benar merasa ada yang salah dengan adik perempuannya.

Tingkat penerimaan Edha pada Yuuna terlalu aktif sejak awal. Hal ini jelas sangat abnormal.

Orang mana yang akan tetap tenang setelah mengetahui kalau diam-diam selama ini mereka memiliki saudara tiri? Terlebih anak haram, benih dari ayah kandungnya dengan seseorang yang tidak mereka tahu sama sekali.

Edha tidak mengalami masa pemberontakan. Dia menerima begitu saja. Seperti malaikat murni yang tidak melihat gelap dan salah.

'Apa ada orang yang benar-benar seperti itu?' Xavier makan dengan tenang.

Edha merasakan tatapannya, dia beralih, balas menatap Xavier lalu tersenyum malu, "Kakak, ada apa?"

"Tidak." Xavier mengelak dari pertanyaan saudari yang duduk di kursi yang berseberangan dengannya. "Jangan terlalu banyak memikirkan seseorang yang tidak ada hubungannya denganmu, makanlah."

Edha menahan napas, dia menggeleng pelan, "Yuuna saudariku, jelas aku sangat khawatir. Cemas dengan keadaannya saat ini."

Xavier tidak mengatakan apa pun lagi. Hanya terus menatap menyelisik, mencari setitik saja kebohongan dari ekspresinya.

Benar-benar tidak menemukan.

Kalau bukan karena Edha yang sepenuhnya murni. Itu pasti karena dia terlalu pandai berakting dan mengendalikan ekspresi.

Betapa mengerikannya kalau itu benar-benar yang kedua.

***

Yuuna merasakan kehampaan dan kesedihan. Dia sedang tidak mau berurusan atau bicara dengan siapa pun. Dunianya seolah sudah menjadi gelap. Hatinya rusak dan dadanya terasa pengap.

Dia bersembunyi di balik selimutnya, seolah bersembunyi dari kejinya dunia yang sudah menghancurkannya.

Yuuna selalu tahu kalau pertanyaan itu tidak akan pernah mendapat jawaban. Tapi dia tidak bisa berhenti menggumamkan kata 'kenapa?'

Kenapa harus dia yang mengalaminya?

Kenapa harus tangan yang dirusak mereka?

Yuuna merasa buntu. Masa depannya yang dulu dia gambarkan cerah kini berdarah-darah. Yuuna tidak memiliki apa pun selain kemampuan membuat gerabah. Sekarang hal itu hilang, jadi dia tidak punya tujuan hidup di masa depan.

"Edha. Edha. Edha. Edha." Yuuna menggumamkan nama yang sama berulang. Semakin dia menyebutkannya, semakin besar kebencian yang menggelora di balik dada. Yuuna benar-benar ingin menemui Edha sekarang, menghantam kepala si jalang itu dengan kruknya sampai hancur. Merobek setiap persendian tubuhnya menggunakan kedua tangannya.

Kematian saja tidak cukup. Mati terlalu mudah untuknya. Yuuna ingin Edha merasakan hal yang paling wanita itu takuti selama ini.

Kehilangan.

Ya, Edha harus kehilangan segalanya.

"Dia harus mati. Dia harus mati. Dia harus mati." Kalimat itu berulang dia gumamkan, seperti rapalan mantera yang cepat atau lambat akan dikabulkan.

Gigi Yuuna bergemelatuk sampai sakit. Lagi dan lagi dia menahan diri agar tidak menjerit. Mata cokelatnya yang redup sarat akan kebencian sampai ke tulang-tulang.

"Asura." Lalu, Yuuna teringat nama sosok yang lain. Pria berengsek yang sudah memberi perintah untuk merusak hidupnya.

"Kau ... juga tidak diizinkan untuk hidup dalam damai."

***

Hai manteman~

Untuk kalian yang mau baca novel ini sampai tamat, kalian bisa baca Unforgiven Mistakes di KaryaKarsa akun QueenNakey ya.

Semua chapter sudah selesai posting di sana. Saya merekomendasikan untuk melakukan pembelian paket via browser dan payment via shopeepay/dana/dll. Jangan pilih top up kakoin ya. Pajaknya jatuh lebih mahal. 

Buat yang ngga tau caranya boleh dm ke ig queennakey7

Terima kasih

Keys-sama

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top