Kecemburuan Sang Raja
Note: Yg di mulmed Sora-kun desu~ nama asli Iba Hachirou dri otome game Hakuouki. Ada wikiny untuk tokoh asli, Iba Hachirou. Selamat membaca~!
Reader's POV
"Bagaimana? Perkataanku benar kan?"
"Yah kuakui itu memang benar. Kerja bagus, (Y/n)! Bukan hanya cantik tapi juga cerdas! Tidak salah aku mengangkatmu menjadi Putri Uruk sekaligus menjadikanmu sebagai kekasihku!"
"Heh? Terima kasih atas pujianmu Gil."
Aku dan Gilgamesh serta para pekerja sedang berada di pertanian padi ini. Seperti yang kuucapkan kemarin malam, tanah yang ada di sawah ini menjadi kering tapi tidak terlalu kering, kata mereka tanahnya sudah sama seperti sebelumnya.
Hari juga sudah sore, para tetua entah mengapa datang kesini juga. Para pekerja itu berterima kasih kepadaku, juga kepada Gilgamesh. Gilgamesh kembali menceramahi mereka tapi tidak seperti kemarin yang marah-marah.
Sora-kun juga tak kunjung sadarkan diri, kata Ibu dulu aku juga seperti itu. Gilgamesh merasa cemburu ketika aku selalu mengkhawatirkan Sora-kun, katanya aku terlalu berlebihan.
Kabar aku yang menjadi kekasih Gilgamesh juga tersebar luas seperti api yang membakar hutan. Selain itu, kabar aku yang menjinakkan singa yang sedang marah juga tersebar dengan sangat cepat.
Banyak para pelayan dan prajurit yang menyampaikan kekagumannya kepadaku. Ayah dan Ibu juga terkejut dengan aku yang bisa menjinakkan yang raja.
Bukan hanya mereka bahkan Enkidu juga berkali-kali memujiku. Katanya dulu jika Gilgamesh sedang marah, dia sendiripun tidak berani menenangkannya ketika dia sedang meluap-luap.
"(Y/N)!" terdengar suara Ibu yang memanggilku.
Aku dan Gilgamesh membalikkan tubuh kami, melihat Ibu yang sedang berlari menghampiri kami. Kemudian Ibu memberikan hormat kepada Gilgamesh dan mengatakan kabar yang membuatku sangat bahagia.
"Nak! Sahabatmu sudah sadar! Dia sudah sadar!"
Senyuman mengambang di wajahku. Dengan cepat aku dan Ibu serta Gilgamesh --dan tentu Enkidu segera pergi menuju ruangan yang disiapkan untuk Sora-kun.
Ketika aku membuka pintu tersebut, terlihat Sora-kun yang sudah duduk di ranjangnya sambil melihat keluar jendela. Dia terkejut ketika pintu terbuka dan lebih terkejut lagi ketika dia melihatku.
"(Y/n)-san?"
"SORA-KUN!!!!!"
Aku menghampiri Sora-kun lalu memeluknya dengan sangat erat. Air mata langsung tumpah dari mataku, begitu juga dengan Sora-kun.
Ibu meninggalkan kami lalu menutup pintu ini. Hanya ada aku, Sora-kun, Gilgamesh, dan Enkidu yang berada di ruangan ini. Aku bahagia! Aku sangat bahagia!
"Astaga, (Y/n)-san! Mengapa kau bisa berada disini? Astaga! Aku sangat mengkhawatirkanmu! Kami sangat mengkhawatirkanmu! Kau sudah terbaring koma selama beberapa minggu!"
"Koma? Aku koma?"
"Benar! Kau koma dengan alasan yang tidak diketahui! Ayahmu yang sedang berada di lokasi itu menemukanmu pingsan di jalan! Astaga, (Y/n)-san!" Sora-kun kembali memelukku.
"Ahem! Maaf mengganggu acara reuni kalian yang 'romantis' tapi tolong pakai bahasa yang dapat ku mengerti!"
Gilgamesh membuka mulutnya. Aku dan Sora-kun terkejut, kemudian aku tertawa sekilas. Gil adalah tipe pencemburu ya? Lucunya~!
"Kare wa dare? Naze kare wa ... sono gengo o shiyo shite imasu ka?" (siapa dia? Mengapa dia memakai bahasa itu? Bahasa yg dimaksudkan dsni it bahasa Paku).
"Sono ... Lebih baik aku memakai bahasa bangsa ini saja ya? Dia adalah raja yang memerintah disini, namanya adalah Gilgamesh. Dia adalah Gilgamesh yang muncul dalam Epik Gilgamesh," jelasku.
Gilgamesh melihat Sora-kun dengan tatapan yang dingin, tatapan yang sama yang diberikan kepadaku pada saat pertama kali aku bertemu dengannya.
"Dia? Gilgamesh? Ahahaha, tidak mungkin (Y/n)-san! Gilgamesh sudah lama meninggal! Ayolah jangan bercanda!"
"Aku tidak bercanda Sora-kun! Dia Gilgamesh! Aku tidak tahu bagaimana tapi kita terlempar ke ke abad ini! Abad dimana Raja Gilgamesh yang memerintah! Kita sedang berada di Uruk! Kita sedang berada di Mesopotamia!
Aku juga terkejut dan bingung awalnya, tapi disinilah kita! Kita terlempar ke masa lalu, masa dimana para dewa yang berkuasa dan Gilgamesh ..."
"Gilgamesh adalah kunci dimana manusia terlepas dari para dewa," sambung Sora-kun.
Gilgamesh menatap kami dengan bingung dan aneh. Dia melihatku, melihat Sora-kun, lalu melihatku kembali.
"Apa yang kalian bicarakan? Kalian membicarakan masa depanku?"
"Tidak masuk akal! Dengan pikiran logis dan akal sehat, semua ini tidak mungkin terjadi!"
"Jangan bahas tentang akal sehat denganku, Sora-kun! Kamu lihat sendiri ruangan ini berbeda dengan ruangan dimasa kita, lihat juga jendelanya dan pemandangan di luar jendela, semua berbeda! Dan kamu juga sudah melihat salah satu orang dari masa ini! Raja Gilgamesh sedang berdiri dihadapanmu, kamu masih menyangkalnya?"
"Tidak mungkin orang ini adalah Gilgamesh! Dia terlihat berbeda dengan patung yang diukir orang-orang untuknya!"
"Mungkin saat-saat itu adalah saat-saat ketika dia sudah tua dan jelek! Lihatlah wajahnya masih muda, tidak ada kerutan ataupun jenggot! Kamu bahkan kalah tampan darinya!"
"Hei hei terima kasih karena sudah mengatakan aku lebih tampan darinya tapi apa bisa tolong dihilangkan kata-kata tua dan jelek? Aku ini tampan dan aku yakin ketika aku sudah tua ketampananku tidak akan pernah hilang dariku!" ujar Gilgamesh.
"Lihat? Dia bahkan sangat narsis! Masih meragukannya?"
Sora-kun melihat Gilgamesh dengan tatapan terkejut, tapi juga kagum. Sama dengan tatapan pada saat pertama kali melihatku. Kemudian dia melihatku.
"(Y/n)-san ... aku ... tidak tahu harus mengatakan apa tapi ... para ilmuan benar tentang Gilgamesh yang merupakan pria tertampan di dunia," puji Sora-kun.
"Hmp! Tentu saja! Kau pikir kau berhadapan dengan siapa sekarang? Bersyukurlah karena kau dapat berbicara seperti ini denganku, anjing kampung!"
"An--"
"Sora-kun, mengapa yukataku bisa sampai ada bersamamu?"
Aku memotong perkataan Sora-kun, takut kalau Gilgamesh akan marah lalu akan memenggalnya.
"Oh! Aku mengambilnya untuk melepaskan rinduku kepadamu. Ibumu juga memberikan katanamu kepadaku. Di Jepang sedang ada festival Tanabata. Aku berdoa agar aku bisa dapat menemuimu lalu berbincang denganmu lagi dan ternyata doaku terkabul!"
"Mama ... bagaimana dengan kabar Mama dan adik-adikku?"
"..."
Suasana ruangan menjadi sunyi. Aku memegang bahu Sora-kun, tanganku juga gemetar. Apa yang terjadi? Apa yang terjadi kepada keluargaku?
"SORA-KUN! APA YANG TERJADI KEPADA MEREKA KETIKA AKU KOMA? SORA-KUN!"
"Mereka ... mengkhawatirkanmu. Ibumu dan adik-adikmu terus menerus menangis, meratapi satu-satunya putri dan kakak mereka terbaring di ranjang dalam keadaan tak berdaya, terlihat seperti orang yang sudah meninggal. Wajahmu sangat pucat, tanganmu juga sangat dingin sedingin es. Tapi keadaan keluargamu baik-baik saja jadi tenanglah!"
Aku membuang napas lega. Syukurlah mereka baik-baik saja! Aku melepaskan peganganku, berjalan mundur lalu langsung terjatuh di lantai.
"(Y/n)!"
"(Y/n)!"
"(Y/n)-san!"
Gilgamesh dan Enkidu segera menghampiriku. Gilgamesh merangkulku dan memelukku sedangkan Sora-kun berhenti dan membeku di tempatnya.
"(Y/n), kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit?" tanya Gilgamesh khawatir.
"Aku ... tidak apa-apa. Hanya saja, aku merasa lega karena keluargaku baik-baik saja!"
"Syukurlah kalau begitu," Gilgamesh mencium keningku dengan lembut sambil terus memelukku.
Aku menyandarkan kepalaku di bahu Gilgamesh. Enkidu juga membuang napasnya dengan lega. Tak lama Sora-kun berdiri.
Aku melihatnya. Dia menatapku dengan tatapan terkejut sambil mengepalkan tangannya. Ada apa?
"Apa ... hubungan kalian? Mengapa Gilgamesh bisa sampai memeluk dan menciummu?" tanya Sora-kun yang kemudian menyadarkanku.
"Ah, itu ..."
"Aku kekasihnya, calon suaminya dan rajanya! Lalu jangan panggil aku dengan Gilgamesh tapi Raja Gilgamesh atau Yang Mulia! Ingat sopan santunmu anak muda! (Y/n) bahkan masih memperhatikan sopan santunnya ketika dia bertemu denganku dulu!" marah Gilgamesh.
"Kau ... kekasih dari Gilgamesh? Kau kekasih dari orang yang sudah lama meninggal? Apa kau bercanda?"
"Hei aku masih hidup, anjing kampung!"
"Aku sudah mati ..."
Aku tidak menjawab Sora-kun dan hanya membenamkan wajahku di bahu Gilgamesh. Gilgamesh semakin mengeratkan pelukannya.
"(Y/n)-san!"
"Aku mencintainya, Sora-kun!"
"Karena dia tampan? Karena dia adalah seorang raja?"
"Karena dia baik dan sangat pengertian! Hanya dia yang mengerti keadaanku, perasaanku! Dia memikirkan perasaanku, tidak seperti kalian! Apakah kalian pernah memikirkan tentang perasaanku? Kalian bersikap semaunya, bersikap seenaknya!
Kamu bahkan pernah hampir menciumku di atap sekolah. Kamu tahu aku tidak menyukai hal yang seperti itu tapi kamu tetap melakukannya ...," jelasku dengan menggunakan bahasa Jepang.
"Maafkan aku karena aku tidak pernah memikirkan perasaanmu dan hanya memikirkan kepentinganku tapi ... dia orang yang sudah lama mati!"
"Dan sekarang dia masih hidup!"
Aku melihat Sora-kun dengan mata yang berair-air. Aku menahan tangisku. Kenyataan yang ditegaskannya adalah kenyataan yang pahit untukku. Gilgamesh adalah orang yang berasal dari masa lalu, aku tahu itu!
Tapi aku mencintainya! Dia mengerti akan perasaanku, membantuku dan menjadi tempat dimana aku bisa meluapkan perasaan dan emosi yang selama ini ku pendam! Dia membuatku sangat nyaman! Dia membuatku terasa sangat aman! Dia membuatku kagum berulang kali kepadanya, membuatku mengagumi kesempurnaanya.
"(Y/n)?" panggil Gilgamesh.
Dia kemudian membantuku berdiri. Aku melepaskan pelukanku darinya lalu menatap Sora-kun tepat dimatanya.
"Sora-kun, beristirahatlah! Nanti malam aku akan mengantarkan makanan untukmu. Nanti kita bicara lagi ya?"
"Baiklah, (Y/n)-san. Berhati-hatilah dengan orang disekitarmu!"
"Tenanglah, aku akan melindungi gadisku ini! Kau istirahat saja!"
"Ada aku juga~!"
Aku tersenyum dengan perkataan Gilgamesh dan Enkidu. Aku membungkukkan tubuhku sedikit lalu langsung meninggalkan ruangan ini, tak lupa juga aku mengambil katana dan yukataku.
Disepanjang lorong, para pelayan dan prajurit melihatku dengan tatapan bingung, mungkin mereka bingung dengan barang-barang yang kubawa. Ah, aku ingin berlatih pedang. Sudah lama juga aku tidak berlatih dengan katana ini.
Kebetulan hari ini Gilgamesh juga senggang dan besok kami baru akan memulai pencarian pencuri ternak yang terjadi beberapa hari lalu. Kami juga sudah menemukan seorang sukarelawan.
Dia adalah seorang yang kaya, salah satu dari menteri di istana ini. Tubuhnya gemuk, berkumis, bau, dan yah kalian bisa bayangkan sendiri. Tapi aku heran dengannya, begitu-begitu istrinya sangat banyak!
Aku terkejut ketika Gilgamesh memberitahukannya kepadaku. Dia mempunyai 7 orang istri dengan belasan anak. Menteri itu juga pernah memberikan beberapa anaknya untuk dijadikan selir oleh Gilgamesh.
"Jadi ... anda menerimanya?"
"Ya pada waktu itu aku masih sangat muda, kira-kira berumur 15 tahun jadi ku terima saja. Lumayan pikirku, bisa bermain dengan wanita-wanita cantik," jawab Gilgamesh enteng.
"Bocah mesum!"
"Hei, itu sudah lama!"
"(Y/n), jangan dipikirkan! Dulu dia memang sangat mesum! Yah untunglah dia tidak terlalu mesum sekarang," ucap Enkidu pasrah yang membuatku tertawa geli.
Kami berjalan kearah taman istana, sebelumnya aku juga sudah meminta izin kepada Gilgamesh untuk berlatih pedang. Dia dengan cepat memberikan izin kepadaku dan dia ingin melihat teknik bertarung orang-orang di zamanku.
"Baiklah, tunjukkan kehebatanmu (Y/n)! Mana tahu selain Putri Uruk, aku bisa mengangkatmu sebagai Kesatria Uruk!"
"Gil, teknik pedangku tidak sehebat teknik pedang Souji-kun atau Sora-ku--"
"Ah dia lagi! Bisakah kita tidak membahasnya?"
"Baik baik, maafkan aku!"
Aku mendekatinya lalu mengusap pipinya. Akan susah bagiku untuk mengusap kepalanya karena dia sudah memakai sesuatu yang terlihat seperti topi. Tapi aku yakin yang dia pakai itu bukan topi, entah apalah namanya.
Gilgamesh menyentuh tanganku, lalu menyium jemari di tanganku dengan lembut. Seketika pipiku kembali memanas dan Enkidu juga sudah pergi entah kemana.
Gilgamesh menutup matanya dan membenamkan wajahnya di tanganku. Aku dapat merasakan hembusan napasnya di tanganku. Terasa sangat hangat.
"G-Gil ... aku ... akan mulai berlatih sekarang."
"Hm? Baiklah. Maaf tapi sentuhan tanganmu membuatku merasa nyaman."
"T-tidak masalah!"
Aku mengeluarkan pedangku dari sarungnya. Aku mengambil napas dalam-dalam lalu membuangnya dengan perlahan. Tenangkan pikiran, jernihkan pikiran. Aku menutup mataku dan merasakan angin yang berhembus disekitarku.
Ayunkan pedangmu dengan tenang dan tajam. Ayunkan pedangmu mengikuti arus air yang mengalir. Fokus pada satu titik, fokus pada satu tujuan.
Tanpa ku sadari aku mulai mengayunkan katanaku. Perlahan tapi pasti, aku mulai menari dengan pedangku.
"Woah!" terdengar suara perempuan yang tak asing dari arah belakangku.
.... Perempuan?
Aku membuka mataku, terkejut ketika melihat Shamhat berdiri disamping Gilgamesh sambil memerhatikanku. Enkidu terbang disamping Shamhat sambil memeluknya.
.... NNNNNNNOOOOOOOOO!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Pikiranku kacau, wajahku menjadi panas. Aku membeku di tempat, malu karena diperhatikan bukan hanya seorang tapi dua orang --tiga tambah Enkidu sekaligus.
"Yang Mulia Putri? Mengapa dihentikan?"
"Benar! Aku masih ingin melihat tarian unik itu!"
Aku menyarungkan pedangku, lalu berjalan mendekati mereka. Oh ya, aku belum minta maaf kepada Shamhat. Aku harus minta maaf kepadanya dan aku harap dia mau memaafkanku.
"Um, Shamhat?"
"Iya Yang Mulia?"
"Maafkan aku karena aku ... bersikap dingin kepadamu kemarin. Aku benar-benar minta maaf!" aku membungkukkan tubuhku dalam-dalam
"E-eh? Y-Yang Mulia?" Shamhat terlihat panik lalu menatap Gilgamesh. Gilgamesh hanya tersenyum lalu mengangguk kepalanya.
"Y-Yang Mulia Putri--"
"Shamhat, tidak masalah. Berbicaralah dengan adik angkatmu itu," terdengar suara Gilgamesh.
"Yang Mulia Putri, aku mohon, angkat kepalamu! Jangan seperti itu, anda tidak pantas membungkukkan tubuhmu untuk orang sepertiku! Yang Mulia, aku memaafkanmu! Tapi seharusnya akulah yang harus minta maaf! Aku sudah tidur dengan Yang Mulia Raja tapi aku tidak bisa menolaknya! Ini karena ritual suci kam--"
"Aku mengerti Shamhat! Gilgamesh sudah menjelaskannya kepadaku dan aku sangat menyesal karena sudah bersikap dingin kepada kalian! Maafkan aku!"
Aku menundukkan kepadaku. Di dalam hati aku berharap kalau Shamhat mau memaafkanku, memaafkan kecerobohanku, memaafkan kekasaranku.
Tiba-tiba aku merasakan ada yang memelukku dan orang itu adalah Shamhat. Terdengar juga suara isakan darinya. Pelukannya sangat hangat, mengingatkanku kepada pelukan Mama dan adik-adikku.
"Terima kasih, Yang Mulia, karena sudah bersedia menjadi temanku!" ucap Shamhat sambil menangis.
"Terima kasih kembali, Shamhat."
Kami berpelukan. Terlihat Gilgamesh dan Enkidu yang tersenyum lembut sambil melihat kami. Enkidu merangkul Gilgamesh, tapi tentu Gilgamesh tidak bisa merasakan apa-apa.
"Gil, melihat mereka sangat mengingatkanku kepada kita berdua, benar kan?"
"...."
"Yah, aku juga!"
'Enkidu, kamu berbicara dengan dirimu sendiri ...,' ucapku dalam hati.
-------
"Sora-kun, saatnya makan malam~!"
Aku membawakan mapan yang berisikan makanan untuk Sora-kun. Gilgamesh juga mengikutiku, membawa mapan makanan lainnya untuk kita berdua.
Aku memasak bubur gandum untuk Sora-kun, kebetulan mereka mempunyai persediaan biji gandum yang banyak. Mereka sedikit kesusahan dalam memanen padi.
Tentu sebelumnya aku meminta izin kepada Gilgamesh untuk meminjam dapur sebentar. Gilgamesh, Ibu, dan orang-orang yang berada disini terkejut ketika melihatku memasak, memasak sesuatu yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.
Sudah lama juga aku tidak memakan bubur. Kali ini bubur buatanku kubuat agak manis, kebetulan makanan yang manis bagus untuk menambah tenaga di tubuh kita terlebih Sora-kun juga baru sadar dari tidurnya.
"(Y/n)-san, konbanwa!"
"Konbanwa! Aku memasak bubur gandum manis untukmu, aku harap kamu akan menyukainya, Sora-kun!"
"Sudah lama aku tidak memakan masakanmu, (Y/n)-san! Aku merindukan masakanmu dan tentu aku akan menyukai masakan buatanmu!"
"Hmp! (Y/n), kau bahkan belum pernah memasak sesuatu untukku! Teganya!" ujar Gilgamesh.
Ah, dia cemburu lagi? Aku tertawa sekilas lalu meletakkan bubur gandum ini disamping meja ranjang. Gilgamesh juga melakukan hal yang sama kemudian dia menarik dua kursi yang berada di dekat meja lalu duduk di salah satu kursi tersebut.
"Ini Sora-kun! Hati-hati masih panas! Bisa makan sendiri kan? Atau mau ku suapi?"
"Aku--"
"Dia bisa makan sendiri! Ayo kita makan (Y/n)!"
Gilgamesh mengambil mangkuk lalu memberikannya kepadaku. Dia kemudian mengambil mangkuk lainnya dan menungguku untuk duduk. Aku menggeleng kepalaku, merasa lucu dengan tingkahnya.
"Bagaimana cara memakan ini?" tanya Gilgamesh.
"Ambil bubur ini dengan sendok lalu langsung makan. Hati-hati, buburnya masih panas!"
Kami mulai memakan bubur ini. Awalnya aku khawatir karena takut Gilgamesh tidak bisa memakan bubur itu karena pasti lidah kami berbeda. Kami orang Jepang dan kami sudah biasa makan bubur.
"Hm! Lezat sekali!" puji Gilgamesh, "besok aku ingin memakannya lagi! Bisa kau masak untukku?"
"Terima kasih Gil dan tentu saja!"
Hah! Senangnya! Gilgamesh menyukai masakanku! Sesekali mungkin aku bisa memasak masakan yang lain untuknya? Yang gampang seperti omurice mungkin? Tapi apakah mereka mempunyai saus tomat?
Kami memakan makanan ini sambil berbincang. Tapi hanya aku dan Sora-kun saja, Gilgamesh masih diam di tempat sambil menikmati makanannya.
Enkidu tidak bersama kami. Katanya dia ingin menemani Shamhat. Sepertinya dia benar-benar mencintai Shamhat, heh?
"Aku masih tidak percaya kalau orang ini adalah King of Heroes," ucap Sora-kun dengan menggunakan bahasa Jepang.
"Yah, awalnya aku juga tidak percaya. Tapi sekarang dia berada dihadapan kita. Mau bagaimana?"
"Apakah menurutmu kita menjelajahi waktu?"
"Bisa saja."
Gilgamesh melihat kami bingung lalu dia melemparkan tatapan tidak sukanya kepada Sora-kun. Sora-kun bersikap acuh tak acuh kepadanya. Aku hanya bisa berharap kalau Gilgamesh tidak akan memenggal kepala Sora-kun.
"Mengapa dia menatapku dengan tatapan itu?" tanya Sora-kun.
"Dia cemburu karena kita terlihat sangat dekat."
"Bukankah kita memang dekat?"
"Memang sih tapi ... katanya kedekatanku denganmu sudah terlalu berlebihan."
"Bagaimana dengan dia dan sahabatnya itu? Kabarnya mereka pernah melakukan hubungan seksual. Hubungan intim dengan sesama laki-laki, kau yakin mau memacari dia?"
"Itu hanya rumor belaka! Sora-kun, jangan terlalu sensi juga terhadapnya. Dia sudah menolongmu dan kamu belum mengucapkan terima kasih kepadanya."
"Tidak ada mood."
"Oh c'mon!"
"Apa sih yang kalian bicarakan?" tanya Gilgamesh.
"Tidak ada," jawabku dan Sora-kun serempak.
".... Terserah. Ngomong-ngomong, kalian berdua terlihat sangat romantis!" Gilgamesh menaruh mangkuk kosong itu diatas mapan lalu dia segera beranjak keluar dari kamar ini.
"Apa-apaan itu? Apakah itu yang dinamakan seorang raja?" ucap Sora-kun.
"Sora-kun, jangan mengatainya! Aku akan pergi sekarang! Sampai jumpa besok!"
Dengan cepat aku memberesi mangkuk-mangkuk dan mapan ini lalu langsung menyusul Gilgamesh yang sedang merajuk.
Apa yang harus ku lakukan untuk menghiburnya? Hehe, tapi sikapnya yang seperti itu terlihat sangat menggemaskan!
End of Reader's POV
.
.
.
.
.
Author's Note:
Yo dan kembali lagi dengan ane!
Maaf kalau chpter ini membosankan, gaje, bnyak typo, dsb desu! Thor msih tergolong pemula TvT
Tp thor harap kalian akan menyukai chapter ini! Jangan lupa berikan vote, komentar lalu memfollow akun ini jika berkenan!
Jngan lupa juga membaca crita ane yg lain! Tinggal liat di profil ane ne~ sampai jumpa di chapter selanjutnya~!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top