Prolog

Zayn:
Jangan boros! Kamu nggak tahu kan, mencari nafkah di negeri orang itu nggak gampang dan butuh perjuangan?

Sebuah pesan singkat lengkap dengan emoji marah spontan menghentikan langkah Zahara. Gadis itu melenguh pelan lalu melirik ke arah kantung kresek berwarna putih yang menggantung di tangan kirinya.

"Memangnya ini bisa disebut sebagai pemborosan? Ini namanya bertahan hidup, tahu nggak?"

Zahara mengoceh sendiri. Isi pesan Zayn tak bisa diterima gadis itu dengan lapang dada.

Isi kantung kresek itu bahkan tak menyentuh nominal 50 ribu rupiah. Cuma 49 ribu rupiah saja. Dan isinya sangat penting untuk keberlangsungan hidup Zahara. Setidaknya beberapa bungkus mi instan dan cemilan bisa membuat gadis itu terselamatkan dari bencana kelaparan. Tanpa makan, mana mungkin Zahara dan seluruh makhluk di dunia ini mampu bertahan hidup?

Gadis itu bergegas mengetikkan sesuatu di layar ponselnya. Balasan untuk Zayn, kakak laki-laki Zahara.

Zahara:
Anneyong haseyo!
Apa Kak Zayn sudah ketemu dengan Park Seo Joon dan membuktikan dengan mata kepala sendiri kalau dia memang setampan itu?

Balasan dari Zayn datang secepat kilat.

Zayn:
Jangan mengalihkan topik!

Di pesannya kali ini Zayn menyertakan dua emoji marah sekaligus.

"Dasar pemarah," desis Zahara lalu mengetik balasan untuk kakaknya.

Zahara:
Apa Kak Zayn memata-mataiku?

Pasalnya jika dipikir-pikir aneh juga kalau Kak Zayn tiba-tiba bilang 'jangan boros' di saat Zahara baru berjalan beberapa langkah meninggalkan minimarket yang letaknya tidak jauh dari rumah. Hanya butuh waktu sekitar 5 menit jika ditempuh dengan berjalan kaki untuk pergi ke sana.

Zayn:
Memangnya kamu penjahat? Kenapa mesti dimata-matai?

Zahara:
Terus dari mana Kak Zayn tahu kalau aku habis belanja?

Zahara menengok ke belakang dengan gerakan cepat. Sikapnya waspada.

Apa jangan-jangan Kak Zayn menyuruh seseorang untuk memata-matai dirinya?

Berdasarkan penelusuran kedua indra penglihatannya, tak ada satupun hal yang patut untuk dicurigai. Semuanya tampak normal dan baik-baik saja. Cenderung aman. Hanya ada beberapa kendaraan roda dua yang melintas dan tidak ada seseorang yang terlihat mencurigakan.

Apa Kak Zayn memantau pergerakan Zahara dari satelit?

Pemikiran konyol dan tak masuk logika itu berkelebat mengusik benak Zahara. Namun, sejurus kemudian segera ditepisnya jauh-jauh. Kak Zayn bukan tipikal orang yang akan melakukan tindakan seekstrem itu meskipun Zahara adik kandung Zayn satu-satunya. Lagipula Kak Zayn tidak akan sudi membuang uangnya hanya untuk melakukan hal konyol seperti itu. Zahara berani bertaruh demi apapun.

Balasan dari Zayn telah masuk ketika gadis itu kembali mengarahkan perhatiannya ke atas layar ponsel.

Zayn:
Kamu nggak tahu kalau akhir-akhir ini instingku meningkat tajam?

Hasilnya senyum kecut tercetak di bibir Zahara ketika gadis itu membaca isi pesan kakaknya.

Zahara:
Insting apaan?

Jelas-jelas Zayn bukan cenayang. Ia tidak berbakat sama sekali untuk hal-hal semacam itu.

Zayn:
Nggak usah banyak tanya. Cepat pulang dan kunci pintunya rapat-rapat.

Tuh, kan?

Zahara terkesiap. Gadis itu menengok sekali lagi ke belakang untuk memastikan bahwa memang tidak ada seseorang yang sedang menguntit dirinya. Atau mungkin mengawasi dari kejauhan.

Nihil.

Situasinya masih sama seperti tadi. Tak ada yang tampak mencurigakan. Membuat gadis itu kesal bukan main. Kalau tidak ada orang yang membuntuti atau mengawasi gerak-gerik Zahara, lalu dari mana Zayn tahu segala aktifitas adiknya? Apakah ada seseorang yang sedang memantau dirinya dari kejauhan sana dengan menggunakan sebuah teropong?

"Miaw..."

Bukannya menemukan seseorang yang tampak mencurigakan, sepasang telinga Zahara malah menangkap suara yang cukup mengusik nalurinya.

Apa mungkin itu suara si penguntit?

Zahara menoleh ke samping dan menemukan seekor kucing sedang menatap dirinya. Hewan itu terlihat sedang duduk di tepi jalan yang hanya berjarak dua jengkal dari tempat Zahara berdiri. Ia tampak kurus dan mungkin sedang kelaparan.

"Kamu bukan mata-mata Kak Zayn, kan?"

"Miaw..."

Jelas bukan kucing itu penguntitnya. Apalagi mata-mata. Ada-ada saja si Zahara.

Ketika melihat kucing itu, Zahara jadi ingat ia tadi sempat membeli sebungkus sosis di minimarket karena harganya lebih murah dari seminggu lalu. Barangkali si kucing itu begitu kelaparan, pikir gadis itu.

"Apa kamu lapar?" tawar Zahara kemudian. Ia berjongkok lalu membuka kantung kresek dan mencari apa yang melintas di pikirannya.

"Makanlah."

Sejurus kemudian Zahara menyodorkan sepotong sosis ke hadapan kucing itu.

Kucing tabi dengan motif garis-garis hitam dan abu-abu itu terlihat antusias melahap sosis pemberian Zahara usai mengendusnya. Dalam waktu singkat potongan sosis itu telah tandas tak bersisa.

"Apa kamu mau lagi?"

Tanpa menunggu lama Zahara kembali menyodorkan sepotong sosis untuk kucing itu hingga potongan ketiga.

"Apa kamu kenyang?"

Tawa kecil tersungging di bibir Zahara ketika kucing itu tampak menjilati salah satu kaki depannya kemudian mengusapkannya ke muka. Gadis itu tampak senang melihat kucing itu berhasil melahap habis sosis pemberiannya.

"Kucing pintar," puji Zahara seraya mengusap kepala si kucing dengan hati-hati. Ia takut mengganggu aktivitas kucing itu sekaligus takut jika ia tiba-tiba menyerang Zahara. Pasalnya belum jelas kucing itu jinak atau sebaliknya. Hanya sekadar berjaga-jaga.

Gadis itu menegakkan tubuh dan berencana untuk melanjutkan perjalanannya pulang. Kata-kata Kak Zayn masih jelas tersemat di benaknya yang menyuruhnya agar segera pulang ke rumah dan mengunci pintu rapat-rapat. Mungkin saja Kak Zayn masih mengawasinya dari suatu tempat.

"Miaw..."

Zahara urung mengayunkan kedua kakinya dan mengarahkan ekor matanya pada kucing belang itu.

Kira-kira apa maksudnya, ya?

"Apa kamu mau ikut aku pulang? Kalau kamu mau ikut, ayo." Zahara memberi isyarat dengan satu gerakan kepala pada kucing itu agar mengikuti langkah kakinya. Ia berlagak seolah mengerti bahasa binatang.

Dan apa yang terjadi? Si kucing belang juga bertingkah sama. Ia langsung mengekor langkah kaki Zahara dari belakang begitu gadis itu mulai berjalan. Seolah-olah ia paham dengan bahasa manusia.

Ternyata beberapa potong sosis bisa memikat hati seekor kucing, batin Zahara seraya berjalan menuju ke rumahnya. Senyum tipis tersungging di bibirnya diam-diam.

Apa Kak Zayn juga melihat hal ini?

***

29 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top