Bab 17

"Za ... "

Aku terbangun dari tidur saat sebuah suara memanggil namaku dan tepukan pelan mampir ke atas pundak. Memaksaku harus menegakkan kepala dan punggung.

Agh.

Ternyata aku ketiduran di depan laptop yang masih menyala. Tadi saat aku mencari-cari lowongan pekerjaan di internet, aku merasa sangat mengantuk dan tanpa sadar meletakkan kepala di atas meja lalu ketiduran.

"Ya?" sahutku seraya berusaha untuk melemaskan otot-otot di sekitar leherku yang terasa kaku. Meski tahu posisi tidur yang salah bisa berdampak seburuk ini, tapi aku masih saja mengulangi hal yang sama dari waktu ke waktu.

"Aku sudah selesai memasak. Ayo makan."

"Kamu duluan saja. Aku mau mandi sebelum makan," ucapku tanpa memedulikan Prince yang sedang berdiri tak jauh dari kursi yang kutempati. Jaga jarak dimulai dari saat ini, tekadku.

"Baiklah."

Kupikir Prince makan lebih dulu seperti yang kusarankan padanya, tapi siapa sangka ia malah menungguku. Cowok itu tampak duduk di ruang makan dengan beberapa macam masakan yang terhidang di atas meja ketika aku keluar dari kamar setelah menyelesaikan ritual mandi dan berganti piyama tidur. Semua makanan masih utuh dan belum tersentuh.

"Kamu belum makan?" Aku mengawasi piring-piring yang masih terisi penuh dengan masakan dan tertata rapi di atas meja makan lalu ke arah Prince. Dahiku mengerut cukup dalam. "Kamu menungguku?"

Aku menarik sebuah kursi lalu menempatinya.

"Mana bisa aku makan sendiri sementara kamu kelaparan?" sahutnya sambil menyodorkan sebuah sendok ke hadapanku.

Aku menerima sendok dari tangannya tanpa berkata apa-apa. Ini pasti bagian dari misi balas budinya.

Menu makan malam kami sederhana. Lagi-lagi menu masakan ala-ala warteg. Tapi, rasa masakan Prince semuanya enak. Bumbunya pas dan membuatku semakin merasa takut. Bagaimana jika Prince tiba-tiba menghilang? Pasti aku akan sangat merindukan masakannya. Juga Prince.

Mungkin aku bisa membeli makanan ke warteg saat aku merindukan masakannya, tapi bagaimana jika aku merindukan orangnya?

"Apa kamu sudah memutuskan akan mencari pekerjaan seperti apa?"

Aku inginnya acara makan kali ini tanpa obrolan, tapi Prince malah membuka suara.

"Ya. Besok aku akan melamar pekerjaan."

"Oh, ya? Pekerjaan apa?"

"Pelayan restoran."

"Apa tidak ada pekerjaan lain yang lebih baik?" tanya Prince seolah-olah ia tahu jenis pekerjaan yang tadi kusebutkan. Eh, tapi ia pernah hidup di dekat sebuah warung makan, bukan? Kurasa Prince mengetahui sedikit gambaran tentang pekerjaan pelayan restoran. Selain tampan, Prince juga memiliki segudang pengalaman hidup yang sangat berharga. Dan kupikir ia juga 'sakti'.

"Yang lebih baik banyak, tapi itu bukan kualifikasiku. Kamu tahu, mencari pekerjaan di zaman sekarang cukup sulit. Kakakku saja harus pergi ke negeri yang jauh hanya untuk mencari uang."

"Sejauh apa?"

"Sangat jauh. Kalau kamu menempuhnya dengan berjalan kaki, mungkin perlu bertahun-tahun untuk sampai ke sana. Kamu juga mesti menyeberangi lautan yang luas."

"Apa kakakmu juga berjalan kaki ke sana? Apa dia sudah sampai di negeri yang jauh itu?"

Melihat ekspresi polos dan wajah lugu yang ditunjukkan Prince membuatku ingin meledakkan tawa geli. Ia benar-benar lucu dan menggemaskan!

"Nggak. Dia terbang ke negeri yang jauh itu," ujarku.

"Memangnya kakakmu punya sayap? Atau dia menaiki burung raksasa?"

Astaga!

Aku tak bisa menahan tawa mendengar ucapannya kali ini.

"Seharusnya kamu tinggal di dekat bandara biar kamu tahu alat transportasi paling menakjubkan di dunia," ujarku setelah berhasil meredakan tawa. Melihatnya tampak linglung seperti itu membuatku merasa kasihan. "Kamu tahu, ada sebuah benda yang sangat besar dan biasa dinaiki orang-orang yang akan bepergian ke negeri yang sangat jauh. Benda itu bisa terbang. Kalau di jalanan kamu biasa melihat mobil di motor, kan? Nah, kalau benda besar itu disebut pesawat. Dia semacam mobil, tapi berukuran sangat besar dan bisa terbang," paparku. Penjelasan dengan bahasa yang gampang dimengerti mungkin akan lebih mudah untuk dipahami Prince.

"Sepertinya aku pernah tahu benda seperti itu." Ia tampak berusaha dengan keras untuk mengingat sesuatu. Tapi aku tidak akan menunggunya sampai ia ingat bagaimana bentuk pesawat dan di mana melihatnya.

"Kamu nggak apa-apa kan tinggal di rumah sendirian besok? Aku harus pergi melamar kerja dan belum tahu jam berapa akan pulang."

"Ya, aku bisa. Lagipula sebelumnya aku juga pernah tinggal di rumah sendirian, kan?"

Ya, saat itu aku harus pergi ke rumah Mama karena Kevin sedang merayakan ulang tahun dan ketika aku kembali ke rumah, Prince sedang sibuk menggoreng ikan asin hasil curian. Kali ini aku tidak berharap kejadian serupa akan terulang.

"Selama aku pergi kamu nggak boleh melakukan hal-hal aneh lagi. Jangan mencuri ikan asin milik tetangga, jangan mencakar pintu atau apapun di dalam rumah ini, dan jangan mencari masalah dengan kucing Oren. Mengerti?"

"Aku mengerti," sahut Prince cepat. Dan ia tampak sangat manis saat mengucapkannya. Aku sampai lupa jika aku harus menjaga jarak dengannya.

Good. Itu bagus. Semoga semuanya berjalan dengan lancar esok hari.

***

03 November 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top