Bab 16

"Kamu dari mana?"

Kedatanganku disambut Prince di ruang tamu. Cowok itu berdiri di tengah-tengah ruangan dengan tatapan aneh, tapi sanggup menggetarkan dadaku. Ia terlihat tegang, entah apa masalahnya.

"Kenapa?"

Aku melenggang masuk ke dalam tanpa memberi penjelasan padanya. Sikapnya terlihat janggal, tapi aku tak bisa menebak alasannya.

"Aku tadi mencarimu ke kamar, tapi kamu nggak ada," ujar Prince seraya mengikuti langkahku dari belakang.

"Aku habis dari warung Bang Imron," ungkapku.

"Dari warung Bang Imron?" Prince mengulang bagian kalimatku dengan nada meninggi dan kusambut dengan anggukan. "Kenapa nggak pamit dulu sebelum pergi, sih?"

Tadinya aku memang berniat istirahat usai makan, tapi aku berubah pikiran. Dan ketika aku hendak keluar tadi kulihat Prince sedang tidur di atas sofa ruang tengah. Aku tidak tega untuk membangunkannya. Ia pasti kelelahan usai mengerjakan pekerjaan rumah tangga sepagian ini.

"Tadi waktu aku keluar kamar, kulihat kamu tidur. Aku nggak tega membangunkanmu," jelasku.

"Kenapa mesti nggak tega? Ya, ampun, Zahara. Kamu bisa membangunkan aku kapan saja kamu mau. Aku gampang dibangunkan, kok."

Kenapa ia mendadak bersikap sewot, ya? Bukannya ini cuma masalah sepele?

"Aku cuma pergi sebentar karena ada yang harus kubeli," ucapku seraya mengangkat sebuah kantung kresek berisi beberapa lembar kertas folio dan amplop. "Aku akan mencari pekerjaan," tandasku setelah menjatuhkan tubuh di atas kursi ruang makan dan meletakkan belanjaanku di meja. Sikap anehnya yang terkesan dibalut emosi kuabaikan.

"Benarkah? Pekerjaan apa memangnya?" desak Prince tampak antusias. Ia ikut-ikutan beringsut ke ruang makan lalu menempati kursi di seberang tempat dudukku.

Aku mengedikkan bahu.

"Entahlah, aku masih akan mencari lowongan pekerjaan di internet. Mungkin menjadi pelayan toko atau pelayan restoran, semacam itulah." Sebagai lulusan SMU aku tak berharap bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih tinggi dari yang kusebutkan tadi.

Keputusanku sudah bulat. Aku akan segera pensiun dari gelarku sebagai pengangguran yang kusandang semenjak lulus dari bangku sekolah. Menjadi penulis juga tak bisa menopang kehidupanku ke depannya dan aku juga punya alasan lain kenapa aku harus mencari pekerjaan.

Prince. Cowok tampan jelmaan kucing belang peliharaanku itu tidak akan selamanya ada di sisiku. Ia akan pergi suatu hari nanti dan itu pasti. Cepat atau lambat perpisahan itu akan tiba.

Sebelum aku terlanjur menyukai dirinya dan terbiasa dengan keberadaan Prince di rumah ini, lebih baik aku mulai menjaga jarak dengannya. Dengan bekerja, intensitas pertemuanku dengannya akan menjadi berkurang. Sungguh, aku sama sekali tidak siap dengan perpisahan ini karena mustahil aku akan berjumpa dengannya lagi. Aku merasa agak takut tentang ini.

"Kamu nggak akan menulis cerita lagi?"

Aku masih belum tahu, batinku. Selama ini menulis sudah menjadi bagian dari hidupku. Rasanya berat jika tiba-tiba aku berhenti menulis sama sekali. Pasalnya ide-ide kerap bermunculan di kepala saat-saat tertentu. Jika tidak dituangkan ke dalam sebuah tulisan, ide-ide itu akan menghilang begitu saja.

"Mungkin nggak, tapi nggak tahu juga nanti," ujarku tak pasti. Tentang masa depan, memang tidak ada yang tahu, kan? Setelah bekerja nanti mungkin aku akan sibuk dan tak punya waktu untuk menulis. Tapi, itu masih belum pasti.

"Bukannya kamu sangat suka menulis cerita?"

"Iya, tapi aku nggak dapat apa-apa dari cerita-cerita yang kutulis, Prince," tekanku. Sebagai kucing, apa ia paham masalah ini? Kalau kucing cuma butuh makan agar bisa tetap hidup, tapi manusia sangat berbeda. Selain perlu makanan, manusia juga butuh hal-hal lain agar bisa tetap hidup layak, semisal membeli pakaian, membeli pulsa, membayar tagihan listrik, dan masih banyak lagi. "Aku harus mencari uang untuk membiayai hidupku sendiri. Nggak selamanya aku bisa menggantungkan hidup pada Kak Zayn dan Mama."

"Oh ... " Prince manggut-manggut. Perkara ia paham ucapanku atau tidak, anggap saja paham.

"Aku balik ke kamar dulu," pamitku seraya mengangkat tubuh dari atas kursi. Barang belanjaanku turut kuambil dari meja makan.

Aku akan mulai mencari lowongan pekerjaan di internet lalu menulis surat lamaran.

***

01 November 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top