4

"Kalian sudah siap?"tanya James seraya memakai topeng besinya untuk berperang dan menyiapkan pedang.

"Ya."

"Charles, Simon...jangan lupakan tugas kalian."ujar James menatap ke dua adiknya yang sudah memakai baju zirah.

"Ya, kak."sahut Charles.

Mereka bertiga akan segera menyerang kerajaan selatan. Charles ditugaskan memimpin barisan depan bersama James sementara Simon memimpin pasukan pemanah.

James, Charles dan Simon keluar dari tenda melangkah ke arah kuda mereka diikat. Pasukan istana sudah siap di sana. Lengkap dengan peralatan perang serta kuda. James memandang barisan pasukannya. Ia masih ingat dulu jumlah pasukannya masih terbatas. Lalu berkembang semakin banyak seiring meluasnya wilayah kekuasaannya. Semakin kuat hingga tak ada yang berani menentangnya. Anggota dewan pun tunduk pada James. Ia tak segan untuk menghukum siapapun yang melawannya.

James tersenyum melihat jumlah pasukannya dan yakin kali ini pasti menang. Ia melangkah mendekati kuda hitamnya yang besar dan gagah. Hewan berkaki empat yang sudah menemaninya sejak remaja. Ia menepuk leher sang kuda yang membalas dengan meringkik. James segera naik ke atas punggung kuda. Diikuti oleh Charles dan Simon di sampingnya.

"Ayo kita berangkat!"seru James menghentakkan tali kekang kuda dan mulai melaju pergi diikuti iringan pasukannya.

———

Sejak pagi istana sudah mulai sibuk. Pelayan berjalan ke sana kemari membawakan barang, gaun atau pun pita untuk keperluan keluarga kerajaan. Sebagian lagi membawa peralatan untuk membersihkan setiap sudut istana. Para prajurit ikut sibuk dengan menjaga dan memperhatikan keadaan sekitar istana.

Beberapa tamu mulai berdatangan. Kereta kuda mewah memasuki kawasan istana. Para pengurus istal pun mulai sibuk mengatur kereta kuda. Membiarkan kuda rehat dan memberi mereka minum. Istana menjadi ramai dengan dengungan para tamu kehormatan yang sedang bertukar sapa ataupun berbincang. Suasana pesta dan meriah sudah terasa. Aroma makanan yang lezat bercampur harum bunga tercium hingga keluar. Sementara itu, anggota kerajaan mempersiapkan diri untuk pesta hari ini, termasuk Victoria.

Victoria mengerang. "Haruskah kau menarik sekencang itu? Apa kau mau aku sesak napas?!"desisnya

"Tuan putri, hari ini adalah hari istimewamu. Kau harus tampil menawan. Korset ini akan membantu penampilanmu."

"Hentikan, Betty, sudah cukup!"pinta Victoria menarik napas karena ketatnya korset yang membungkus tubuhnya.

"Baiklah, kurasa sudah."sahut Betty seraya menarik napas setelah mengerahkan tenaganya. Ia mengambil gaun pesta Victoria. Membantu sang putri memakainya lalu memintanya duduk agar ia bisa merias dan menyanggul rambutnya.

Betty membuat kepangan pada rambut Victoria lalu membentuk sanggul. Ia mengambil bunga kecil berwarna putih. Menyelipkannya pada sanggul Victoria. Membuat Victoria terlihat seperti malaikat.

"Sudah selesai. Kau sungguh terlihat menakjubkan!"seru Betty.

------

"Hari ini, saat kita menyerang wilayah selatan, di istana sedang diadakan pesta perayaan ulang tahun putri kerajaan. Mungkin pengawasan akan diperketat tapi ini saat bagi kita untuk menyerang. Sebanyak apapun prajurit yang berjaga, aku yakin jumlah mereka tak sebanyak milik pasukan kita."ujar James kepada para prajurit. Mereka sedang rehat di balik hutan. Menunggu waktu yang tepat untuk menyerang.

"Aku mengijinkan kalian untuk membunuh semua orang yang kalian temui, kecuali keluarga kerajaan Selatan! Aku yakin banyak tamu kehormatan akan menghadiri pesta ini. Mereka harus tahu kita kuat dan tak kenal takut! Ini kesempatan kita untuk membuat pihak lawan menjadi lemah dan memperluas kekuasaan kita. Demi kesejahteraan kerajaan kita!"

Para prajurit bersorak. Sementara Charles dan Simon hanya berdiri diam. Mereka ingin membantah tapi tak berani.

"Apa kalian sudah siap?!"seru James.

Sekali lagi prajurit bersorak. James tersenyum puas melihat reaksi pasukannya. Ia menoleh pada ke dua adiknya. Berbicara sekali lagi mengenai rencana penyerangan mereka. James tak ingin misi ini gagal. Ia harus menguasai kerajaan selatan.

Para prajurit kembali bersiap di posisi masing-masing. Ada yang naik ke punggung kuda, ada juga yang berjalan kaki dengan senjata di tangan. Mereka sudah siap untuk penyerangan ini.

"Ayo kita pergi."ujar James melangkah menuju kudanya.

Charles dan Simon hanya bisa mengangguk dan mengikuti kakaknya. Simon melihat jumlah pasukan milik kakaknya sungguh besar kali ini. Ia merinding membayangkan saat penyerangan nanti. Penduduk wilayah selatan yang tak tahu apa-apa akan mendapat kejutan. Mereka akan menjadi korban ambisi kakaknya.

Simon berharap James akan menghentikan ambisinya. Kakaknya berhasil menguasai wilayah barat dan utara. James kini menjadi sosok yang dihormati sekaligus disegani. Ia sudah memiliki apapun yang orang inginkan. Tapi hal itu seakan tak cukup baginya.

------

"Kau sudah siap, tuan putri."ujar Betty menatap penampilan Victoria dengan puas. Majikannya kini terlihat sangat cantik dan anggun. Ia yakin para tamu pria pasti tak akan bisa mengalihkan mata darinya.

Victoria menarik napas. Hari ini adalah hari ulang tahunnya. Seharusnya ia merasa bahagia. Tapi nyatanya tidak. Entah kenapa seakan ada menganjal di hatinya dan Victoria tak tahu apa penyebabnya. Perasaannya tak enak. Ia menduga mungkin karena tugas yang diberikan ibunya.

"Suara apa itu?!"

Betty menatapnya bingung. Sedetik kemudian ia juga mendengarkan suara aneh dari luar. Victoria dan Betty saling memandang. Mereka menajamkan pendengaran. Terdengar suara teriakan dan jeritan.

"Ada apa di luar? Apakah para tamu sudah gila karena mabuk?!"tanya Betty heran.

"Aku juga tak tahu...."sahut Victoria memutuskan untuk memeriksa apa yang terjadi melalui jendela. Ia pun melangkah menuju jendela. Dan apa yang dilihatnya sungguh mengejutkan. Ia membekap mulutnya karena kaget.

Di luar, suasana tampak kacau. Meski gelap tapi Victoria bisa melihatnya. Tampak banyak orang berlarian ke sana kemari. Asap mengepul di beberapa tempat juga di kejauhan. Terdengar jeritan ketakutan serta teriakan minta tolong di bawah.

"Apa yang terjadi?!"seru Victoria shock.

"Oh tuan putri, bagaimana ini?! Kenapa ada serangan di sana?! Kita harus segera pergi!" seru Betty ketakutan.

"Tapi...bagaimana... Dan siapa mereka?!"

"Ayolah putri, kau harus bersembunyi di tempat yang aman!"

"Ibu dan kakakku! Kita harus menemukan mereka dulu!"sahut Victoria panik. Betty menganggukkan kepala.

Mereka berdua bergegas menuju pintu. Betty membuka dan segera keluar dari ruang tidur. Di ikuti oleh Victoria. Tercium bau asap. Dari depan pintu, mereka semakin jelas mendengar kekacauan di bawah. Suara pedang beradu, jeritan orang minta tolong, suara langkah kaki yang berlari. Juga terdengar suara sesuatu yang jatuh atau pecah. Suasana di bawah sungguh mengerikan. Sedangkan di lantai atas sepi, tak ada prajurit. Semua prajurit yang berjaga kini sedang bertarung.

"Ayo..."gumam Victoria berlari menuju ruang tidur milik ibunya.

Jantung Victoria bertalu kencang. Ia bergegas menuju ruang tidur Milicent. Berharap ibunya masih ada di dalam. Begitu pula dengan kakaknya. Semoga tak akan terjadi apapun, doanya.

"Ibu!" seru Victoria seraya membuka pintu. Ia segera berhenti saat melihat di dalam ruang tidur ibunya tak ada siapapun. Ruangan di depannya kosong. Tampaknya Milicent sudah turun ke bawah.

"Yang mulia tak ada...."gumam Betty di belakang Victoria.

"Ayo kita ke ruang kakakku!"ucap Victoria membalikkan badan. Kakinya berlari semakin cepat mendengar suara dari bawah.

Ruang tidur Arthur berada di sisi lain lantai atas. Mereka harus melewati tangga. Ketika semakin dekat dengan tangga, Victoria mendengar suara dari bawah. Suara seorang pria yang meminta memeriksa ke atas. Victoria tak mengenali suara itu. Dan ia tak tahu apakah orang itu lawan atau kawan. Victoria menghentikan langkah dan diam di balik pilar.

"Putri, kenapa...."

"Ssst....."gumam Victoria meminta Betty diam. Matanya memandang ke arah tangga. Ia mendengar suara langkah kaki menaiki tangga. Victoria menanti dengan gelisah dan tegang. Jika yang naik adalah prajuritnya, ia tak perlu takut. Tapi kalau itu musuh, Victoria harus mengambil langkah lain. Ia harus bersembunyi. Victoria menyesal tak pernah menyimpan pedang dalam ruang tidurnya.

Napas Victoria tertahan melihat helm sang prajurit dengan lambang yang tak ia kenal. Musuh, serunya dalam hati. Dan yang naik ke lantai atas ada beberapa orang.

"Betty, cepat mundur! Kembali ke ruanganku! Cepat!" bisik Victoria panik menarik tangan Betty.

Mereka berdua membalikkan badan dan berlari menuju ruang tidur Victoria. Victoria bisa mendengar musuh sudah berada di atas. Seseorang telah melihat dan menyuruh untuk mengejar mereka. Victoria memaki dalam hati dan mempercepat larinya.

Tiba di ruang tidurnya, Victoria menutup dan mengunci pintu. Lalu menyuruh Betty berdiri dekat jendela. Ia melihat keadaan di bawah begitu mengenaskan. Darah menodai lantai dan tembok. Ia bisa melihat beberapa tamu yang terluka. Juga ada yang sudah tak bernapas.

Betty menjerit kaget ketika musuh di luar mencoba membuka pintu. Betty mencengkeram lengan Victoria. Ia sudah pucat dan ketakutan.

"Tenang, Betty...."gumam Victoria.

"Buka paksa pintu ini!" seru sebuah suara di luar.

Victoria dan Betty hanya bisa berpegangan tangan dengan jantung berdebar mendengar suara pintu yang terus didobrak dari luar. Setiap suara dobrakan membuat jantung mereka seperti meloncat keluar dari tubuh. Betty sudah pucat dan gemetar. Victoria mencoba menenangkannya meski ia sendiri juga takut. Ia memikirkan ibu dan kakaknya. Di mana mereka? Apa ibu dan kakak baik saja?!

Betty terpekik kaget ketika akhirnya daun pintu jatuh. Para penyerang itu berhasil merubuhkan pintu ruang tidur Victoria yang kokoh. Ia menahan napas melihat bayangan banyak orang di depan pintu. Sosok paling depan melangkah maju menginjak daun pintu, diikuti orang yang ada di belakang.







Tbc...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top