25

Victoria sedang berjalan melewati lorong ketika menyadari beberapa orang yang tampak menghentikan pembicaraan mereka saat melihatnya. Ia hanya bisa menghela napas dan tetap melangkah seakan tidak terjadi apa pun. Sang ratu tahu mereka pasti sedang membicarakan dirinya. Sejak hadirnya Amara membuat posisinya tergeser, apalagi saat ini Amara sedang mengandung anak James yang kemungkinan akan menjadi pewaris tahta. Jika Amara melahirkan seorang putra, habislah sudah. Namanya akan semakin tergeser.

Aku harus melakukan sesuatu, bisiknya. Aku tak mau wanita itu menghancurkan posisiku. Aku harus memiliki pewaris agar posisiku aman. Seorang putra, batinnya.

Oh ibu, apa yang harus aku lakukan?! Bagaimana bisa aku memiliki anak James jika suamiku sudah tak peduli lagi?!

Tanpa sadar Beban yang memenuhi kepala Victoria menuntunnya menuju menara. Ia berhenti dan mendongak. Ingin sekali ia mengunjungi Arabella. Sosok Arabella mengingatkan akan ibunya. Dan ia tahu hanya Arabella yang mendengarkan perasaan serta memahaminya. Namun saat ini masih siang, dan Victoria tak pernah mengunjungi Arabella pada siang hari.

Victoria berdiri dengan bimbang. Perlahan ia mengamati sekitarnya. Dari tempatnya berdiri ia bisa melihat tukang kebun yang sedang bekerja dan beberapa prajurit melangkah melintas. Ia menghela napas.

"Aku harus menunggu malam...."

"Menunggu malam untuk apa?!"

Victoria terpekik kaget. Ia menoleh. "Oh Charles! Kau mengagetkan aku!!!"

Charles terkekeh sambil mendekat hingga berhadapan dengan Victoria. Matanya berkilat jenaka dan mulutnya tersenyum miring. "Jadi....ada apa dengan malam?!"

"Kau mendengarku tadi?"

"Dengan jarakku yang tak terlalu jauh darimu tadi, tentu saja aku mendengarnya."

Victoria mendengus. "Apa yang kaulakukan di sini? Bukankah seharusnya kau rapat bersama James dan anggota dewan?"

"Ah aku sedang tak bersemangat dengan perundingan dan pembahasan yang membuatku mengantuk."tukas Charles.

"Kau kabur?!"sahut Victoria tak percaya.

Charles menyeringai.

"Oh astaga, Charles... Kau..."

"Kenapa? Kau tidak menduga perbuatanku ini? Well, aku sudah sering melakukannya. Kau saja yang tak tahu!" ujar Charles tertawa.

"Kau sama sekali tidak bersikap seperti seorang pangeran. Apa James tidak menegurmu?!"

Charles tertawa. "Sudah sering ia menegurku. Aku tak peduli."

Sang ratu menatapnya. "Charles....."

"Kau tahu? Ia terlalu mengekang dan mengaturku."

"Itu karena kau adiknya...."

"Hahahaha....bukan karena itu, Yang Mulia Ratu. Tapi karena ia tak mau terjadi sesuatu denganku, yang bisa menggantikan dirinya jika ia tiada..."

Victoria menangkap nada getir dalam suara Charles. Pria itu tampak berbeda. Terlihat lemah dan kesepian.

"James memiliki banyak musuh. Tak sedikit yang sudah berusaha membunuhnya."

"Kenapa aku tak tahu hal ini?!"tanya Victoria tak percaya.

"Perintah suamimu untuk tidak menyebarkan setiap percobaan pembunuhan yang terjadi. Ia tak ingin semua orang tahu bahwa terdapat celah dalam keamanan wilayahnya."

Itulah mengapa James melakukan pemeriksaan mendadak seperti malam kemarin, sahut Victoria dalam hati. "Dengan ambisi yang ia miliki, tak heran jika ia di benci oleh banyak orang."

"Aku sudah lelah dengan sikap otoriternya. Juga lelah karena ambisinya. Ia haus kekuasaan...."

Victoria tersenyum. "Kau yakin aman mengatakan semua hal tentang kakakmu padaku?"

Charles meliriknya dan terkekeh. "Aku yakin kau pun membencinya setelah mengetahui James menikah lagi?!"tebaknya. Victoria menaikkan alisnya. "Oh ayolah, aku bisa melihat emosi yang ada di wajahmu setiap melihat mereka berdua. Aku juga tahu kau menendang kakakku malam itu! Kau wanita hebat!"

Victoria tertawa.

"Kau wanita pertama yang berani menendang Yang Mulia Raja!"seru Charles sambil menyeringai. "Kulihat kau sering mendatangi tempat ini."

Victoria menatap Charles sekilas. Apa ia bisa dipercaya jika aku menceritakan semuanya? Tidak, jawabnya dalam hati. Lebih baik simpan rahasia ini. Bukannya Charles tidak bisa di percaya, tapi lebih baik ia tidak tahu. Aku tak mau mengambil resiko, batinnya. Meski Victoria yakin Charles pasti bisa membantunya. Ia juga yakin pria itu pasti ingin bertemu dengan ibunya.

"Aku menyukai pemandangan di sini. Menara dengan latar belakang bukit kecil itu tampak indah...."tukas Victoria.

"Ah ya...." sahut Charles mengamati sekitarnya lalu berhenti menatap menara. Matanya mengarah ke jendela atas.

Victoria melihat sorot mata pria itu yang penuh rindu dan sedih. Ia menarik napas. Kenapa James harus berbuat seperti ini. "Apa menara itu dulu terpakai?" tanya Victoria.

Charles tersadar dan menatapnya. "Ya. Tapi seiring waktu keadaan menara menjadi rusak serta tak terawat. Dan sampai sekarang diabaikan."

"Padahal aku ingin naik ke atas menara itu..."

"Jangan!" sahut Charles dengan nada keras membuat Victoria terkejut. Ia mengaruk tengkuk dengan gugup. "Kondisi menara sudah sangat rusak. Berbahaya jika kau masuk ke sana."

VIctoria memperhatikan sikap Charles yang gugup. Ia pasti tak ingin aku naik dan tepergok oleh James. Ya, James pasti akan marah besar jika tahu. "Ah sayang sekali." ujarnya sambil memperhatikan menara tinggi itu. "Aku yakin dari atas sana pasti bisa melihat pemandangan istana serta padang rumputnya. Jadi, menara itu kosong sejak lama?!"

"Ya." sahut Charles.

"Ah begitu...."

"Yang Mulia Pangeran Charles."sapa seorang prajurit yang berada dekat mereka. Ia membungkuk hormat lalu berkata, "Kehadiran anda di tunggu oleh Yang Mulia."

Charles tertawa kecil. "Ia berhasil menemukanku...."ujarnya. Ia menoleh pada Victoria. "Aku pamit dulu, Yang Mulia."

"Kau menggodaku lagi..." desis Victoria dengan nada tak suka yang menimbulkan suara tawa kembali keluar dari mulut sang pangeran.

"Sampai nanti!"ucap Charles sambil beranjak pergi dari hadapannya diikuti oleh sang prajurit.

"Charles, andai kau tahu kalau aku sudah tahu semuanya. Aku tahu menara itu tidak kosong dan berbahaya...."bisik Victoria menatap kepergian adik iparnya. Ia menarik napas dan mendongak ke atas. Apa yang ia lihat cukup membuatnya kaget. Sosok Arabella terlihat dari balik jendela menara. Meski tinggi dan silau karena cahaya matahari, tapi Victoria yakin Arabella sedang menatapnya.

Apa ia melihat kami dari tadi? Apa ibu melihat aku berbicara dengan Charles? Dan bagaimana dengan Charles? Bukankah ia juga melihat ke atas. Tidak, bisiknya, jika Charles melihat pasti sikapnya akan berbeda tadi. Victoria merasa pedih. Ibu dan anak itu pasti merasa rindu ingin bertemu dan berbincang.

Sebuah suara menyadarkan dirinya. Ia melihat beberapa ksatria yang melangkah melintas dan membungkuk hormat padanya. Victoria hanya memberikan anggukan lalu kembali mendongak setelah para ksatria itu menjauh. Tak terlihat apapun lagi. Ia yakin Arabella bersembunyi tak ingin menimbulkan kecurigaan.

"Aku harus pergi...." bisiknya lirih.


-----------


Saat yang paling di benci Victoria kembali datang. Ia merasa keberatan untuk makan bersama di ruang makan. Karena ia harus melihat pasangan yang memuakkan itu lagi. Semakin hari James semakin memperhatikan Amara. Victoria tahu James pasti sangat bersemangat dengan calon anaknya. Tapi Victoria adalah istrinya. Istri pertamanya. Namun James memperlakukannya seperti barang tak berharga.

Saat kedatangan Amara, putri itu lebih banyak makan di ruangannya karena selalu muntah dan pusing. Dan Victoria merasa lega karenanya. Seiring waktu, kandungannya mulai kuat dan membesar sehingga Amara bisa bergabung di ruang makan.

Dan di sinilah ia sekarang. Duduk berhadapan dengan Amara yang mendapat banyak perhatian dari James. Hati istri mana yang tidak akan panas jika melihat suaminya lebih memperhatikan wanita lain.

"Terima kasih, Yang Mulia." gumam Amara saat James memberikan sepotong daging di atas piringnya.

"Kau harus makan yang banyak, agar anak kita sehat dan kuat."ujar James.

Amara tersenyum dengan wajah merona.

Victoria hanya bisa menahan emosi. Hatinya terasa panas. Ia sungguh marah dengan James. Belum pernah ia mendapatkan perhatian dan sikap lembut dari suaminya sejak menikah. Victoria memegang erat pisau dan garpu di tangannya. Menusuk tajam daging yang berada di atas piringnya.

"Hei, sebentar lagi pesta musim dingin bukan?!"ujar Simon dengan suara keras.

Victoria menoleh pada Simon yang duduk di sebelahnya. Pria itu tersenyum kecil padanya. Seakan memberinya semangat. Dan Victoria pun mengerti bahwa Simon sengaja mengalihkan perhatiannya.

"Ya, lalu kenapa? Apa kau akan memperkenalkan seorang gadis sebagai pendampingmu?" tebak Charles.

"Tidak. Mungkin kau yang seharusnya melakukan itu lebih dulu."

"Ah....aku masih menikmati kebebasanku, adikku." ujar Charles.

"Mau sampai kapan kau terus menghabiskan waktumu seperti itu?" tanya Simon.

"Mungkin Charles belum menemukan pilihan yang tepat. Aku yakin di pesta musim dingin nanti akan ada banyak gadis-gadis cantik. Mungkin kau akan menemukan pilihan hatimu di sana." ujar Victoria.

Charles tertawa. "Kalau memang ada, seharusnya sudah dari dulu aku menemukannya. Ingatlah, aku seorang pangeran. Sudah begitu banyak pesta yang aku hadiri." ujar Charles.

"Jadi, seperti apa tipe calon istri yang kau cari?!" tanya Victoria.

"Itu rahasiaku."ucap Charles tersenyum seraya mengedipkan mata.

"Apa kau masih mengingat gadis itu?! Lupakan dia, Charles." ujar James.

Ucapan James membuat rona wajah Charles berubah pucat dan tegang. Sosoknya yang selalu tersenyum jenaka hilang seketika. Victoria bisa melihat Charles menahan emosi.

"Itu bukan urusanmu." desis Charles.

"Kau adikku, tentu saja menjadi urusanku karena kau adalah tanggung jawabku. Kau seorang pangeran, ingat itu!"

Charles memukul meja. Menimbulkan suara keras serta mengagetkan semua orang, termasuk para pelayan yang berdiri di belakang mereka. "Aku ingat dengan statusku. Aku tahu siapa diriku, tidak seperti kau yang rakus!"

"Apa katamu?!!!" seru James membelalakkan mata dengan wajah merah karena marah. "Lancang kau!"

Charles berdiri dan berkata, "Aku sudah tak ingin makan. Selamat malam!"

"Charles!" panggil James yang diabaikan oleh adiknya.

"Yang Mulia, tenangkan dirimu." gumam Amara menyentuh tangan James.

Victoria menatap kepergian Charles dengan heran. Ada apa dengan mereka berdua? Siapa gadis yang di maksud oleh James?

"Minumlah dulu, Yang Mulia." ujar Amara menyodorkan segelas air padanya

James meneguk cairan dalam gelasnya. Lalu ia menoleh ke arah Amara. "Kau baik saja? Maafkan adikku, dia memang sulit di atur."gumamnya.

Amara tersenyum. "Aku baik saja, Yang Mulia."

"Baguslah."sahut James mengusap tangan Amara.

Victoria mendengus seraya memutar bola matanya. Suatu sikap yang tak pantas, ia tahu itu, tapi tindakan James terhadap Amara sungguh membuatnya muak.

"Ada apa denganmu?" tanya James pada Victoria.

"Aku lelah. Aku undur diri dulu, Yang Mulia." sahut Victoria beranjak bangun dan pergi. Tak peduli meski sang raja belum selesai makan.

Victoria terus berjalan melewati lorong istana hingga tiba dan masuk ke dalam ruangannya. Ia meraih dan melempar vas bunga seraya berteriak, "Aku benci mereka!!!"

Victoria menatap pecahan vas bunga di lantai dengan dada naik turun karena emosi. Ingin sekali rasanya ia mengambil pecahan tersebut dan menusuk James serta Amara. Ia sungguh membenci wanita itu. Kehadiran Amara membuat hidupnya hancur. Membuat hubungannya dengan James menjadi semakin jauh. Namanya pun tercoreng sebagai seorang ratu. Seakan ia tak mampu menjalankan tugas sebagai istri James.

"Yang Mulia!"seru Betty yang masuk dan terkejut melihat keadaan yang kacau lalu segera mendekati majikannya yang berdiri dengan tubuh gemetar. "Anda baik saja?!"

Victoria menoleh dengan air mata mengalir turun.

"Anda tidak terluka bukan?!"

"Aku benci mereka....." desis Victoria.

"Yang Mulia....."

"Apa tak ada yang bisa aku lakukan selain hanya melihat mereka?! Aku tak tahan......"gumam Victoria bergetar.

"Yang Mulia, kau harus kuat."

"Aku tak sanggup..."bisik Victoria memegang lengan Betty dan mencengkeramnya.

Betty merasa pedih melihat majikannya. "Yang Mulia....aku...."ujarnya seraya menarik napas. "Aku memiliki usul untukmu jika anda mau."

Victoria menatapnya. "Beritahu aku."

Betty merasa gugup. Ia menoleh ke arah pintu untuk memastikan sudah tertutup. Lalu Betty mendekati Victoria dan berbisik di telinganya. Membuat mata Victoria membulat.



Tbc...
Part ini sebnrnya msh blm mau publish awalnya. Tapi kok kyknya aq udah ga tahan ya hahhaa.....jd drpd lama update, publish aja deh....smoga suka dgn part ini yg sebnrnya buru2 di buat hehehe...

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top