TIGA PULUH SATU - "Apa Putus Saja"
Hai, selamat malam minggu
Yang jomblo yuk merapat, daripada bengong ga ada kerjaan wkwk
Kode keras!
Persiapkan jantung kalian. Karena chapter ini swee banget menurut aku uwuuu uwuuu
Vote sebelum baca
Komen sebanyak-banyaknya
Bantu share juga biar cerita ini tambah rame ya
***
Diperjalanan pulang Fay menyempatkan mampir ke mini market untuk membeli beberapa coklat, es krim, dan makanan manis lainnya. Di saat keadaan hatinya yang sakit seperti ini memakan makanan manis biasanya membuat perasaannya sedikit membaik.
Kasir Alfamart menyapa ramah. "Selamat siang." Sapaan itu disusul dengan tatapan aneh.
Jelas saja pembeli yang datang dengan mata merah dengan sisa air mata yang membuat pipi terlihat lusuh pasti menarik perhatiannya. Tatapan serupa juga dilayangkan pembeli pria berhodie hitam yang sedang berdiri di depan lemari pendingin setelah mengambil satu botol air mineral. Ia berjalan lurus melewati pria tersebut menuju lemari pendingin sebelahnya, mengambil satu pack yakult, satu botol cimory. Berbalik pada rak yang berisi biscuit dan kopi di sebelahnya, mengambil malkist kelapa. Berjalan memutar menuju rak dengan aneka permen, berjongkok dan mengambil dua bungkus yupi.
Tanpa Fay sadari, pria berhodie tadi berjalan di belakangnya. Menatapnya yang sedang berjongkok sambil termenung melihat bungkus yupi pink di tangannya. Bahkan pria itu juga melihat saat melihat Fay menghapus air matanya sebelum berdiri.
Fay berdiri di seberang meja kasir. Meletakan belanjaannya di atas meja. Mengambil dua bungkus silverqueen dan meletakannya bersama belanjaannya yang lain. Kasir tersebut masih menatapnya dengan tatapan yang sama seperti saat ia masuk.
"Membernya ada?" tanyanya.
Fay menghela napas kemudian menjawab ogah-ogahan. "Gak ada."
"Tas belanjaannya bawa?" semenjak alfamart dan minimarket di seluruh Indonesia memberlakukan tidak menggunakan kantong plastik pertanyaan itu selalu didengar.
"Gak," jawab Fay tak kalah ogah-ogahan dari sebelumnya. Tanpa bicara, kasir tersebut menarik kantong plastik berukuran sedang.
Kasir itu lalu menunjuk pada keranjang di atas meja kasir berisi satu buah pasta gigi, beberapa bungkus roti, satu bungkus roti tawar, dan lainnya Fay tidak sempat ingin mengabsen semuanya.
Fay sudah mengerti dengan tunjukan tangan kasir tersebut. "Gak usah." ucap Fay sebelum sempat kasir pria tersebut membuka mulut untuk menawarkan produk yang sedang promo. "Minta sedotan aja."
"Yang kecil?"
"Y."
Kasir itu memasukan sedotan menyusul yakult yang sudah dimasukannya. Dengan tabah, sang kasir mulai menghitung belanjaan Fay.
"Yang ini beli dua gratis satu." Kasir tersebut menunjukan bungkus yupi.
Fay menghela kasar, memutar bola mata kemudian meledak. "Dari tadi gue bilang engga-enggak! Kenapa nanya terus sih? Gue tahu itu beli dua gratis satu, tapi gue cuma pengen dua aja. Bungkus aja yang gue ambil."
Kasir itu terdiam, merapatkan bibirnya, mencoba tersenyum memaklumi pembeli yang sepertinya sedang dalam keadaan hati yang tak baik. Memasukan yupi tersebut ke dalam kresek tanpa bersuara lagi. Perempuan yang sedang dalam keadaan hati yang tak baik memang lebih baik dihadapi dengan diam tanpa banyak bicara.
Tak lama kemudian Fay terisak. Tak peduli dengan kasir yang mendongak menatapnya kasihan. Perasaannya sedang terluka sekarang.
"Mas kenapa perhatian banget sama gue?" tanya Fay. Ia tahu ini lebay, tapi sudah terlanjur melakukannya. Suasana hatinya terlalu mellow saat ini.
"Ha?"
"Dia gak ngejar waktu gue pergi. Mas kenapa perhatian sama gue?"
Mengabaikan curhatan tak jelas pembelinya, kasir tersebut menyebutkan nominal yang harus dibayarnya.
Akan tetapi bukannya membayar, Fay malah melengos keluar setelah merebut keresek berisi belanjaannya.
"Mbak! Mbak!" kasir tersebut hendak keluar dari tempatnya menghampiri Fay yang baru saja menjatuhkan bokongnya pada kursi yang berada di luar alfamart. Namun terhenti saat pembeli yang sejak tadi berdiri di belakang pembeli galaunya menyela. "Sekalian aja sama punya saya."
Kasir itu mengangguk. Menyatukan hitungan belanjaan Fay dengan pria berhodie hitam ini.
Fay menenggelamkan kepalanya pada tumpukan tangannya. Menghadapkan kepalanya ke jalanan yang cukup ramai di depan sana. Air matanya kembali tumpah. Peduli setan dengan tatapan orang yang menganggapnya lebay karena menangis di depan umum. Memangnya sakit hati juga peduli dengan kita yang tak mau disakiti? Tidak kan.
Ia lantas bangun dan mulai mengubek-ngubek belanjaannya. Yang pertama kali dikeluarkannya adalah satu pack yakult yang langsung ia tusuk dengan sedotan. Meneguk satu botol dalam satu kali tegukan.
"Lo berhutang lima puluh enam ribu lima ratus sama gue." Ucapan seseorang yang berdiri di hadapannya membuat Fay yang hendak membuka bungkusan silverqueen terhenti. Orang itu meletakan struk belanjaan di hadapannya.
Di tatapnya pria berhodie hitam tadi yang sempat memperhatikannya itu.
"Maksudnya apaan, Vero?" tanya Fay acuh, melanjutkan kembali membuka bungkusan silverqueen. Menarik ingus encer yang seperti akan keluar.
Pria berhodie itu adalah Vero, Jevero Ardano yang mendadak aneh belakangan ini. Mendadak rajin, mendadak pinter, dan mendadak berhenti menjadi orang jahil.
"Lo maling atau apa ha?" tanyanya sewot. Gaya bicara menyebalkan pria ini kembali terdengar. Pria itu lalu duduk di hadapan Fay sambil meletakan sebotol air mineral yang dibelinya.
"Enak aja," tukasnya tak kalah sewot.
"Lo lupa bayar, untung aja ada gue."
Fay termenung beberapa saat baru sadar kesalahannya.
Vero mengetuk-ngetuk meja di hadapan Fay. "Baru nyadar ke bodohan lo?" tanyanya disertai seringaian mengejek.
"Tenang aja nanti gue ganti." Fay menggigit besar-besar silverqueen tersebut.
"Gak usah."
"Yaudah, syukur."
"Tadi lo lebay banget," ujar Vero sambil menahan tawa. Pecicilannya Vero kembali terlihat, entah kenapa Fay merasa terharu melihatnya sampai-sampai air matanya kembali keluar.
Hal tersebut jelas saja membuat Vero mendadak panik. "Kenapa nangis lagi sih." Cemasnya sambil celingak-celinguk mencari orang, siapa tahu ada yang sedang menatapnya dengan tatapan menyalahkan. Untungnya tidak ada.
"Kemarin-kemarin lo berubah. Lo jadi buat gue takut. Gue lebih baik dijahilin sama lo terus daripada harus ngadepin lo yang berubah pendiam." ujar Fay jujur.
Vero meringis melihatnya, mengusap wajahnya kasar. "Berubah gimana sih? Gue tiba-tiba jadi Jaka Tingkir gitu?"
"Lo jadi pinter. Gue takut lo nyaingin gue." Fay akhirnya tertawa karena ucapannya sendiri.
"Lebay banget lo hari ini." Komentar Vero lalu meniru cara bicara Fay tadi saat menangis di depan mas-mas kasir dengan cara yang terlihat najisin. "Dia gak ngejar waktu gue pergi. Mas kenapa perhatian sama gue?"
"Orang lagi sedih malah di ledek." Fay menimpuk Vero dengan sebungkus Yupi.
"Dasar cewek, sedih terus perasaan." Bukannya bertanya kenapa Vero malah meledeknya.
"Tanya gue kenapa kek?" protes Fay.
"Oke, emang kenapa?" tanya Vero terpaksa. Meletakan sebungkus Yupi yang sempat Fay lemparkan padanya.
"Gue rasa hubungan gue sama Kai gak tertolong lagi. Gak ada harapan." Curhatnya sambil melebarkan bungkusan coklat supaya ia bisa memakan potongan berikutnya.
Tanpa Fay sadari Vero menegakan tubuhnya. Menatap Fay penuh harap. Seulas senyum terbit di wajahnya yang langsung ia tutupi dengan cara menggigit bibirnya kuat-kuat. Tidak ingin terlihat senang. Salah-salah Fay malah menimpuknya lagi dengan benda yang lebih besar, kursi misalnya.
"Aruna selalu jadi cewek yang menempati peringkat satu buat Kai. Gue gak ada bandingannya dibanding Aruna. Gue mencoba ngerti kalau mereka sepupuan yang deket...banget." Fay tiba-tiba menggebrak meja, menunjukan wajah yang sangat terluka sambil memukuli dadanya sendiri. "Tapi, sakit!! Sakit banget! Gue coba ngerti tapi dia gak pernah ngerti. Gue cemburu. Gue tahu apapun yang terjadi diantara sesama manusia itu hubungannya timbal balik, memberi dan menerima. Tapi apa gue harus terus memberi? Gue cape memberi pengertian sama Kai tanpa gue mendapatkan hal yang sama."
Punggung Fay tiba-tiba merosot, memasukan kembali coklat ke dalam mulutnya seelah meneguk satu botol yakult yang lain sampai habis. "Apa gue putus aja sama Kai?" tanyanya dengan wajah murung.
Vero lagi-lagi tersenyum yang langsung ia sembunyikan dengan mengulum bibir. Punggungnya semakin menegang. Menghela napas untuk mengontrol emosinya. Tidak ingin terlihat antusias mendengar bahwa Fay mengutarakan keinginan setengah hatinya untuk putus dengan Kai walaupun ia memang senang, sangat senang.
"Lo gak kuat banget yah?" tanya Vero. Matanya memicing menunggu jawaban Fay.
Fay mengangguk. Saat itu juga dada Vero berpacu, ingin terlihat seperti mencegah keinginan Fay putus tapi sebenarnya sangat mendukung hal tersebut. "Lo udah berjuang selama ini, ngertiin mereka kan? Kenapa lo gak coba ngertiin lagi? Ah," Vero menjeda kalimatnya pura-pura baru teringat sesuatu. "Kan lo bilang udah gak tahan. Percuma juga sih kalau berjuang sendirian. Cape sendiri."
"Makanya." Fay meraih yupi setelah menghabiskan satu bungkus silverqueen. "Mending gue putus aja kayanya."
Hening. Tanpa Fay sadari senyum Vero tercetak lebar. Penuh harap bahwa yang Fay utarakan benar-benar gadis itu lakukan. Putus.
"Lo gak enek gitu makan yang manis lagi?" Vero menahan tangan Fay yang hendak membuka bungkusan Yupi.
"Justru karena gue lagi galau, makanan manis gak kerasa enek sama sekali."
"Entar lo gendut." Vero mencoba mengingatkan tentang ketakutan terbesar para kaum hawa.
Namun Fay masa bodo dengan hal itu. "Gue bisa diet."
"Lo bisa diabetes makan yang manis..."
Belum selesai Vero mengingatkan, Fay sudah membuka yupi tersebut. Tetapi, karena terlalu kuat membukanya, isi berbentuk hati berwatna putih-pink bertabur gula itu berhamburan kemana-mana. Sehingga hanya menyisakan satu buah yang nyempil di bungkus yang terbagi dua itu.
Fay menangis lagi. "Lo sih ngajak gue ngomong terus." Gadis itu malah menyalahkan Vero. Padahal insiden tersebut karena salah Fay sendiri yang membukanya dengan kekuatan super.
Vero meringis, menatap yupi berhamburan di sekitar meja. Menatap bingung Fay yang kembali menangis setelah memasukan satu-satunya yupi yang tersisa di bungkusnya.
"Gue beliin yang baru mau?"
"Gak usah!" raungnya. "Dasar cowok gak pernah ngerti."
Vero meringis.
***
Komen dong
Vero manis gak sih?
Pas nulis part ini gak tahu kenapa gue mendadak jatuh cinta sama Vero wkwk
Kelanjutan hubungan Kai sama Fay gimana ya?
Apa merka bakalan putus persis seperti yang Vero harapkan?
Terima kasih sudah membaca
Jangan bosen-bosen sama cerita ini
Salam hangat
Iis Tazkiati N
040519
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top