SEPULUH - Cara Mencintai
Lagi suka sama lagunya Daniel Caesar yang Best Part wkwk Cuma ngasih tau aja hehhe
Apaan sih?
Gaje yah gue
Emang, dari dulu juga gaje -_-
Okelah, jangan lupa vote sama komennya ya
Gumawooo
"Gue suka, tapi gue cuma bisa ngikutin dia dari belakang. Mastiin dia baik-baik aja."
***
Memiliki perasaan yang mengagumkan seperti ini tidaklah istimewa, karena semua orangpun merasakannya.
Cinta.
Yang istimewa adalah bagaimana cara menjaganya. Bukan cara bagaimana untuk mendapatkan atau mengungkapkannya tapi bagaimana cara untuk melihatnya tersenyum setiap hari. Itu yang selalu Alvin pegang sampai saat ini dan selalu membuat dia bahagia.
Alvin selalu yakin bahwa momentum yang paling membahagiakan saat jatuh cinta itu bukan saat mengungkapkan lalu diterima. Tapi, saat dia bisa memastikan yang dicintai bahagia meski bukan karena dirinya. Bukankah bijak sekali mencintai seperti ini?
Entahlah, Alvin tidak tahu apakah karena ia terlalu takut mengungkapkan atau karena memang seperti inilah caranya mencintai seseorang. Yang jelas semua orang mempunyai caranya masing-masing dalam mencintai bukan?
Seperti dirinya. Yang walaupun Hana tidak pernah tahu bahwa dirinya selalu berada disekitarnya tetapi Alvin akan memastikan bahwa Hana berada dalam lindungannya.
Alvin menatap Hana yang berjalan beberapa meter dihadapannya dengan pandangan terpaku pada buku ditangannya. Perlahan senyumnya mengembang. Alvin menyukai cara berjalan Hana yang lambat dan penuh irama seperti itu. Ia juga menyukai rambut sebahu gadis itu yang selalu dikucir kuda dengan ikat rambut hitam. Ia juga menyukai kacamata bulat yang selalu bertengger di hidungnya yang tidak terlalu mancung. Hana tidak memakai anting, juga tidak pernah terlihat berlipstik, bahkan ia juga tidak yakin apakah Hana memoleskan bedak ke wajahnya. Namun, wajah cewek itu selalu terlihat imut.
Walaupun begitu, Alvin merasa bahwa Hana adalah gadis yang paling menarik yang pernah ia temui. Sikap Hana yang dingin namun penuh perhatian terhadap sekitarnya itu yang membuat Alvin semakin menyukainya. Ya, Alvin menyukai sosok yang di depan layar terlihat tidak berarti tapi sebenarnya dialah yang mendukung dari belakang.
Ingin rasanya ia berlari dan membantu Hana saat gadis itu jatuh tersandung kakinya sendiri karena terlalu fokus pada bukunya. Namun, saat melihat Hana kembali bangkit dan berjalan seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa membuatnya tersenyum lebar.
Seperti itulah seharusnya. Lupakan apakah sebelumnya kamu pernah jatuh dan lanjutkan langkahmu.
Alvin tertawa sendiri dengan apa yang baru saja melintas dipikirannya itu. Akhir-akhir ini saat ia sedang menguntit Hana seperti ini ia sering disusupi oleh roh kata bijak. Sehingga tiba-tiba ia menjadi seseorang yang beda. Ternyata jatuh cinta memang bisa membuat orang berubah.
"Kami baru buka cabang baru silahkan mampir kapan-kapan." ujar seorang wanita paruh baya yang sibuk membagikan brosur restoran baru di pinggir jalan.
Ia melihat Hana sempat mengambil brosur itu dan tersenyum sebelum melanjutkan kembali langkah kakinya. Gadis itu jarang sekali terlihat tersenyum. Akan tetapi, sekali tersenyum rasanya dunia Alvin berubah menjadi hamparan bunga bermekaran di musim semi. Ada angin menyenangkan yang menyapa hatinya saat itu juga. Ah, cinta...
Smartphone Alvin tiba-tiba mengeluarkan getaran panjang. Sejenak ia berhenti. "Iya Kai."
"Dimana bro?"
Alvin cengengesan sendiri sambil melanjutkan mengikuti Hana. "Di belakang Hana."
"Di belakang Hana maksudnya?" tanya Kai dari ujung sana yang tidak mengerti dengan apa yang baru saja Alvin katakan padanya.
"Gue lagi nganterin dia pulang." jawab Alvin cengirannya semakin lebar.
"Bukannya kalau nganterin itu jalannya barengan yah."
"Gak bisa dibilang nganterin. Gue ngikutin dia pulang. Sebagai laki-laki yang baik gue harus mastiin dia pulang selamat." Alvin berhenti membusungkan dadanya dengan bangga. "Hebat 'kan gue?"
"Gue bakalan bilang hebat kalau lo sampai bisa jadiin dia pacar lo."
"Ya ampun bro, mencintai itu gak harus memiliki." timpal Alvin.
"Basi lo!"
"Gue suka, tapi gue cuma bisa ngikutin dia dari belakang. Mastiin dia baik-baik aja." ujar Alvin.
Kai yang ada di ujung sana tertawa. "Sejak kapan lo jadi melankolis plus alay kayak gini."
"Gue emang kayak gini. Lo nya aja yang gak tahu. Udah yah Hana naik bis tuh."
Tanpa mendengar persetujuan dari Kai ia sudah menutup telepon dan memasukkannya ke dalam saku celananya. Segera menyusul Hana yang baru saja naik bis. Seperti biasa gadis itu tidak menyadari bahwa Alvin melewatinya dan duduk tepat di belakangnya.
***
Seseorang tidak mengungkapkan perasaannya bukan berarti dia pengecut. Dia hanya memilih sesuatu yang baik dan membuatnya nyaman. Seperti Vero. Mencintai Fay tidak berarti ia harus bersikap baik lalu mengungkapkan perasannya. Dengan melihat Fay kesal karenanya setiap hari saja sudah membuatnya sangat senang. Karena jujur Vero lebih menyukai mata Fay yang membulat karena marah padanya dari pada matanya yang melengkung mirip bulan sabit saat tersenyum. Walaupun keduanya membuat Fay terlihat sangat cantik. Tetapi, Vero tetap memilih nomor satu.
Jika ada yang mengira bahwa Vero tidak merasa sakit hati karena status Fay yang sekarang sudah bersama yang lain. Jawabannya salah.
Karena meskipun ia tidak pernah menunjukkan rasa sakitnya. Jauh di dalam hatinya ia merasa sakit sekali. Ia juga merasa terkhianati. Merasa bahwa dirinya lah yang lebih dulu menyukai Fay tetapi malah orang lain yang mendapatkannya.
Malah cowok so keren yang mendapatkan dia.
Itu bukan kesalahan orang lain. Melainkan dirinya sendiri yang terus bertahan di zona nyama yang ia buat, dimana ia sendiri tahu terkadang membuatnya ingkar pada dirinya sendiri.
Tapi itu adalah pilihannya.
Pilihan tetap sebuah pilihan. Apa yang sudah dipilih sudah seharusnya dilakukan dengan sebaik mungkin dan sepenuh hati.
Dari kejauhan Vero melihat Fay yang sedang berdiri berdampingan diantara rak buku. Tak jauh dari gadis itu ada Kai yang sedang sibuk memilih sesuatu diantara jajaran komik.
Mereka berdua datang ke toko buku bersama.
Itu sudah jelas. Tadi ia mendengarnya sendiri saat Kai bertengkar dengan sepupunya Aruna. Bahwa mereka berdua akan pergi ke toko buku.
Dan entah kenapa semakin hari Vero semakin terbiasa dengan melihat mereka berdua bersama seperti itu. Terbiasa dengan perasaan cemburu dan rasa sakit maksudnya.
"Aw!" teriak Fay saat sebuah buku jatuh di kakinya.
Segera saat melihat kejadian itu Vero yang berada tak jauh dari Fay berlari menghampiri Fay yang sedang terduduk lemas sambil memegangi kakinya.
"Lo gak apa-apa 'kan?" tanya Vero.
Seketika beberapa pengunjung yang sama-sama tak jauh dari Fay pun ikut mengerubunginya. Namun bubar seketika setelah Fay mengatakan bahwa dia baik-baik saja.
"Makanya hati-hati." ujar Vero kembali pada watak antagonis menyebalkan yang selalu dia tunjukan.
"Kenapa gak hati-hati sih. Jadinya begini kan?!" Kai yang baru saja menghampiri Fay langsung memberondong dengan omelannya.
Vero bisa melihat dengan jelas ada gurat kekhawatiran di wajah Kai melihat keadaan Fay saat ini. Kemudian Vero sadar bahwa hatinya mulai bergejolak. Ia tidak suka dengan rasa khawatir yang Kai tunjukan pada Fay.
Ia cemburu.
Sadar akan posisinya, Vero pun mundur selangkah. Sadar bahwa ada orang yang berhak menunjukan kekhawatirannya pada cewek itu. Menyandarkan bagian belakang tubuhnya pada rak buku. Menatap Fay dan Kai dihadapannya dengan tangan melipat di depan dada.
"Ceroboh sih lo." ucapnya bersikap menyebalkan seperti biasanya.
Fay mendelik kearahnya. Jelas sekali bahwa gadis itu tidak suka melihat dirinya. "Kenapa juga lo ada disini!"
"Woy woy woy santai. Segitu senengnya lo ketemu sama gue sampai-sampai kayak mau makan gue aja." celetuk Vero.
"Saraf lo!" umpat Kai sambil membantu Fay berdiri.
"By the way kebetulan banget yah kita ketemu disini." ujar Vero so mengakrabkan diri. "Kalian lagi ngapain."
"Lagi garap sawah." celetuk Fay sekenanya.
"Wah wah wah jangan lampiasin rasa kangen lo sama gue kayak gitu dong Fay."
Kali ini giliran Kai yang mendelik kea rah Vero. "Saraf." umpatnya.
"Setuju." Timpal Fay menyetujui. "Gak ada yang lebih gak berotak dari dia."
Vero mengangguk-angguk sambil terkekeh keras. "Makasih atas pujiannya."
***
Tadinya Kara merasa penasaran tentang kenapa wajah Aruna tampak tidak bersahabat. Sebelumnya ia bertemu dengan Aruna saat gadis itu lewat di depan kelasnya. Sebenarnya tidak bisa dikatakan bertemu karena kenyataannya mereka tidak saling menyapa satu sama lain.
Kara memang sempat ingin menyapa namun karena melihat Aruna yang tampak sedang kesal ia pun mengurungkan niatnya dan memilih untuk mengikutinya saja.
Tanpa disangka Aruna berbalik membuat jantung Kara hampir saja berhenti karena kaget.
"Lo ngikutin gue lagi." tembak Aruna sambil menatap Kara yang sedang memegangi dadanya.
Kara berjalan beberapa langkah sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Gue cuma takut lo kenapa-kenapa. Mm...maksud gue takut lo ngelakuin sesuatu yang membahayakan diri lo sen.."
Kalimat Kara berhenti saat ia melihat sebelah alis Aruna terangkat.
Ia menghela napas. "Lo kelihatan lagi kesel makanya gue ngikutin lo." ucapnya dalam tempo yang sangat cepat.
Aruna tidak membalas apa yang dikatakannya. Hanya diam dengan kening berkerut seperti sedang menimbang-nimbang sesuatu.
"Hari ini lo mau kemana?" tanya Aruna.
"Gue ada pemot.." Kara segera menggeleng. "Gue gak kemana-mana. Emangnya kenapa?"
Kara tidak mengatakan bahwa hari ini ia ada pemotretan akan tetapi karena ia merasa bahwa Aruna sedang membutuhkannya saat ini ia pun berbohong. Mbak Diana mungkin akan mengerti. Lagipula bukan pemotretan rutin, hanya pemotretan untuk endorse instagram. Besok juga bisa.
"Anter gue beli kue buat papa gue yah."
"Dia ulang tahun?"
"Enggak."
"Oh."
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju parkiran dimana mobil Aruna terparkir disana.
"Lo gak nanya lagi?"
"Emang mau gue nanya apa?"
Aruna menggeleng. "Enggak. Gue cuma heran kenapa lo gak nanya kuenya buat apa."
"Mmm...oke. Gue bakalan nanya. Kuenya buat apa kalau papa lo gak ulang tahun?"
"Buat dimakan lah."
"Gue juga tahu kali."
Saat itu juga Kara menyesal karena sudah menuruti Aruna.
***
Diantara tiga cowok ini (baca: Alvin, Vero, dan Kara) cara mencintai siapa yang paling kalian suka?
Alvin
Vero
Kara
Kalau gue Alvin wkwk
Vote sama komentarnya yaaa
Maksa hahha
Flower Flo
031018
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top